Filosofi Jawa dari Pacul

Petani mencangkul

Mungkin ada yang belum mengetahui bahwa banyak istilah - istilah kata dalam bahasa jawa yang bisa jadi mempunyai makna ajaran luhur yang berisikan pedoman dan tuntunan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. "Pacul'' mungkin biasa dipahami hanya sebatas nama bagi sebuah alat pertanian tradisional yang digunakan para petani untuk menggarap sawah. 

Secara lahir, pacul atau dalam bahasa Indonesia disebut cangkul memang betul demikian adanya. Namun dari kata "pacul" ini, ternyata terkandung makna sejati yang tidak sembarangan. Orang - orang jawa pada masa lalu memang terkenal sebagai orang - orang yang memiliki filosofi tinggi, sehingga tidak jarang mereka menyelipkan makna luhur pada sebutan nama barang atau istilah dalam bahasa jawa, seperti halnya kata pacul ini. 

Dikisahkan bahwa Ki Ageng Selo pernah berguru kepada Sunan Kalijaga. Pada suatu waktu Sunan Kalijaga memberi wejangan kepada Ki Ageng Selo. Sang Sunan menyuruh Ki Ageng Selo untuk membaca dan memahami makna sejati dari kata "pacul". Sunan Kalijaga kemudian menjelaskan bahwa Pacul atau cangkul itu terdiri dari tiga bagian. Ketiga bagian tersebut adalah Pacul (bagian yang tajam untuk mengolah lahan pertanian), Bawak (lingkaran tempat batang doran), dan Doran (batang kayu untuk pegangan cangkul). Kanjeng Sunan Kalijaga menerangkan bahwa dari kata pacul, bawak dan doran ini terkandung makna sejati yang luhur.

Pacul. Kata ini memiliki arti "ngipatake barang kang muncul". Artinya menyingkirkan bagian yang mendugul atau bagian yang tidak rata. Maknanya adalah kita sebagai manusia harus selalu berbuat baik kepada orang lain dengan menyingkirkan sifat-sifat yang tidak rata, seperti ego yang berlebih, cepat marah, mau menang sendiri dan sifat-sifat buruk lainnya.

Bawak. Kata ini memiliki arti "obahing awak ". Arti obahing awak adalah gerak tubuh. Maknanya adalah kita manusia wajib menggerakkan badan untuk berikhtiar mencari rezeki Allah guna memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, rezeki yang kita dapatkan juga kita gunakan untuk beribadah semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Doran. Kata ini memiliki arti "Donga marang Pengeran" atau ada juga yang mengartikan "Ojo Adoh Saking Pengeran". Makna "Donga Marang Pengeran" adalah bahwa sebagai makhluk yang lemah, kita harus senantiasa meminta dan memohon doa kepada Allah Sang Pengeran. Kata Pengeran berasal dari kata Allah kang dingengeri (Allah yang diikuti). Sedangkan "Ojo Adoh Saking Pengeran" memiliki arti janganlah kita jauh dari Allah. Kita harus selalu ingat dan berusaha mendekat beribadah kepada Allah.

Jika makna ketiganya digabung maka memiliki arti bahwa manusia hendaknya mampu menyingkirkan sifat-sifat buruknya, berikhtiar untuk mencari rezeki Allah dan tidak lupa untuk selalu berdoa dan menyembah Allah SWT.

Selain dari wejangan Sunan Kalijaga di atas, ada juga penafsiran lain dari istilah "pacul" ini. Penafsiran ini tentunya tidak jauh berbeda dari yang telah diuraikan di atas, hanya sedikit berbeda penjabarannya. "Pacul", dalam keratabasa Jawa, juga dapat dijabarkan sebagai "Sipat Papat Sing Ora Keno Ucul" (empat sifat yang tidak boleh lepas satu dengan lainnya). Keempat sifat ini kemudian dijabarkan dari empat bagian dari bentuk pacul yaitu: doran, tandhing, bawak dan landhep.

Doran. Yang merupakan gagang pacul ini memiliki arti "aja maido Pangeran". Maknanya adalah sebagai manusia jangan sampai kita membantah/ mendebat Pangeran (Allah). Kita hendaknya ridha terhadap ketentuan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT.

Tandhing. Tandhing ini adalah ganjal yang “mengikat” bagian tangkai dan mata pacul agar kuat dan tidak mudah lepas. Tandhing memiliki arti bahwa sejatinya hidup adalah bertanding setiap saat, tidak mudah menyerah dan siap berjuang menghadapi segala rintangan hidup.

Bawak. Artinya sebagaimana di atas yaitu "Obahing Awak" atau Tubuh yang bergerak. Maknanya adalah kita harus berikhtiar dengan bekerja mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup ini.

Landhep. Landhep adalah bagian mata pacul bagian depan yang sangat tajam, berfungsi untuk menggali tanah, membersihkan rumput, menggemburkan tanah dsb. Maknanya adalah pikiran harus selalu tajam dan terus diasah agar berdaya guna dan tetap cermat/ bijaksana dalam mengatasi segala sesuatu.

Itulah makna - makna luhur yang tergali dari kata "pacul", sebuah nama yang sepertinya remeh namun sarat makna. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari penjabaran di atas.


Diolah dari berbagai sumber

Labels: Refleksi, Seni Budaya

Thanks for reading Filosofi Jawa dari Pacul. Please share...!

0 Komentar untuk "Filosofi Jawa dari Pacul"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.