Dalam kehidupan sosial, kita seringkali memandang orang lain dari segi lahiriahnya saja. Padahal di muka bumi ini, kita berada di tengah-tengah lautan manusia dengan beragam karakter dan sifat yang berbeda-beda. Tidak jarang pula karakter-karakter yang kelihatannya biasa saja atau bahkan terlihat nyeleneh sebetulnya adalah orang-orang yang menjalani kehidupan batiniah dengan jiwa-jiwa spiritual yang tinggi. Artinya, seringkali manusia dengan jiwa spiritual seperti ini justru ditemukan dalam bentuk kehidupan yang tidak dapat dibayangkan. Oleh karena alasan inilah, orang-orang bijak selalu mengajarkan kepada kita untuk senantiasa hormat kepada orang lain, apapun karakter luarnya. Selain itu, kita juga diajarkan untuk melihat di balik bentuk lahiriahnya.
Mursyid Hazrat Inayat Khan dalam bukunya "The Way of Illumination" mengatakan bahwa dari sekian banyak karakter manusia, setidaknya ada lima jenis manusia yang memiliki karakter berjiwa spiritual.
Pertama, adalah karakter religius. Dia adalah orang yang menjalani kehidupan religius, berpegang teguh pada aturan agama sebagaimana orang lain. Dia tidak memperlihatkan jejak pengetahuan mendalam atau pandangan yang lebih luas, meskipun dia merealisasikannya dalam dirinya. Secara lahiriah dia pergi ke masjid atau surau seperti orang lain, membaca Al Qur'an, berdoa dan beribadah kepada Tuhan sebagaimana orang lain. Dari luar, dia tampak tidak memperlihatkan perbedaan dengan orang lain, tidak ada karakter khusus yang secara lahiriah mengindikasikan bahwa dia memiliki jiwa spiritual yang tinggi. Tetapi pada saat yang sama, ketika orang lain melakukan ibadah agama secara lahiriah, dia menyadarinya dalam hakikat. Oleh karenanya, meski dari luar dia tampak hanyalah manusia religius seperti orang lain pada umumnya, namun secara batiniah dia adalah manusia spiritual.
Kedua, adalah karakter yang memiliki pemikiran filosofis. Dia mungkin tidak memperlihatkan tanda-tanda ketaatan atau kesalehan. Dia mungkin tampak sebagai manusia biasa yang sibuk dengan persoalan-persoalan duniawi. Dia hidup dengan tenang dengan pemahamannya. Namun dia juga memahami semua hal-hal secara batiniah, meskipun secara lahiriah dia beraktivitas sesuai tuntutan hidup. Banyak yang tidak menyadari kalau dia sesungguhnya menjalani kehidupan rohani.
Dia mungkin disibukkan dalam bisnis, tetapi pada saat yang sama dia menyadari kebenaran dan Allah. Dia mungkin tidak tampak bertafakur atau melakukan perenungan sama sekali, meskipun setiap detik dalam hidupnya adalah perenungan. Dia mungkin sibuk setiap harinya, tetapi kehidupannya adalah sarana realisasi spiritual. Tidak ada yang secara lahiriah melihatnya sebagai manusia spiritual, kecuali orang-orang dekat yang berhubungan erat dengannya dan kemudian yakin bahwa dia adalah manusia spiritual yang bersikap adil dan jujur dalam prinsip-prinsipnya, serta dia adalah orang yang tulus. Itulah yang diperlukan dalam agama. Dengan cara ini, kehidupan lahiriahnya merupakan realisasi batin dari spiritualitasnya.
Ketiga, adalah karakter abdi atau pelayan, yang selalu melakukan kebaikan kepada orang lain. Dalam bentuk ini dia mungkin seorang wali yang tersembunyi. Filosofi dan agamanya ada dalam perbuatannya. Cinta mengalir dari dalam hatinya setiap saat, dan dia selalu sibuk berbuat amal baik kepada orang lain. Dia menganggap bahwa setiap orang adalah saudara, atau anak-anaknya. Dia berbagi suka dan duka dengan orang lain, dan melakukan segala upaya untuk membimbing mereka, memandu mereka, menasehati mereka, di sepanjang hayatnya.
Dalam bentuk ini manusia spiritual mungkin tampak seperti guru, da'i, atau seseorang yang selalu mengedepankan ajaran cinta kasih kepada sesama manusia. Tetapi apa pun penampakan lahiriahnya, hal utama dalam hidupnya adalah melayani orang lain, melakukan kebaikan bagi orang lain, dan memberi kebahagiaan kepada orang lain dalam berbagai hal. Kebahagiaan itu muncul dari ektasi spiritualnya yang tinggi, karena setiap kebaikan dan keramahan mengandung kebahagiaan khusus, yang membawa aroma surgawi.
Ketika seseorang sepanjang hidupnya sibuk berbuat baik kepada orang lain, maka kebahagiaan pun akan muncul terus-menerus. Kebahagiaan dan kegembiraannya memunculkan atmosfir surgawi, atau menciptakan surga di dalam hatinya. Dunia ini penuh dengan duri, kesulitan, kesedihan dan kepedihan. Di dunia ini pula dia hidup, tetapi dia berusaha menyingkirkan duri-duri dari jalan orang lain, meskipun tangannya sendiri terluka, dan dengan cara seperti ini dia mendapatkan kebahagiaan rohani yang merupakan realisasi spiritualnya.
Keempat, adalah bentuk karakter mistik. Bentuk ini sulit untuk dimengerti. Seorang mistikus mungkin wajahnya menghadap ke selatan ketika sejatinya dia menatap ke utara. Seorang mistik mungkin menunduk dan pada saat yang sama dia mendongak. Matanya secara lahiriah mungkin terbuka saat dia melihat secara batiniah, atau matanya mungkin tertutup namun dia melihat secara lahiriah.
Orang awam tidak dapat memahami mistikus, dan karena itu orang-orang selalu bingung saat berhubungan dengannya. Jika dia berkata "ya", ucapannya itu pada hakikatnya berbeda dengan ucapan "ya" dari orang awam, demikian pula dengan ucapan "tidak"-nya. Dalam kalimat-kalimat yang diucapkannya mengandung makna-makna simbolik. Setiap perbuatan lahirnya memuat signifikansi batin. Seseorang yang tidak memahami makna simbolisnya akan bingung mendengar ucapannya.
Mistikus adalah seseorang yang menjalani kehidupan rohani dan pada saat yang sama menutupinya dengan tindakan lahiriah. Kata-kata atau gerakannya tidak lain adalah selubung dari perbuatan batinnya. Sesungguhnya jiwa-jiwa sang mistikus adalah jiwa-jiwa yang menari. Jiwa yang merealisasikan hukum rohani. Seluruh hidupnya menjadi sebuah misteri. Sang mistikus adalah contoh dari misteri Tuhan dalam wujud manusia.
Kelima adalah bentuk karakter yang aneh. Sebuah bentuk yang hanya segelintir orang yang dapat memahaminya. Dia mengenakan topeng kemurnian secara lahiriah sedemikian rupa, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya akan segera menganggapnya kurang waras, ganjil atau aneh. Namun dia tidak peduli akan hal itu, karena itu hanyalah topeng. Jika dia mengakui kekuatan yang dimilikinya dihadapan orang lain, orang-orang akan mencarinya sehingga dia tidak punya waktu untuk menjalani kehidupan rohani.
Kekuatan luar biasa yang dia miliki secara batiniah melingkupi daratan dan lautan, mengendalikannya dan mengamankannya dari bencana seperti banjir atau wabah penyakit, dan juga perang, menjaga kerukunan tempat di mana dia tinggal. Semua ini dilakukannya dengan diam, dengan realisasi kehidupan batinnya, sehingga bagi orang yang kurang tajam mata hatinya dia tampak seperti makhluk yang aneh.
Bentuk karakter seperti ini hidup dalam jubah realisasi batin, namun secara lahiriah dia tidak memperlihatkan tanda-tanda kekhususan filosofis, religius, atau mistikus, atau tanda-tanda moral istimewa lainnya. Namun kehadirannya adalah seperti sumber energi, tatapannya sangat mengilhami. Apapun yang dikatakannya adalah kebenaran, meskipun dia jarang berbicara, dan sulit membuatnya mengucapkan sepatah kata. Tetapi begitu dia berbicara, apa yang dia katakan akan terjadi.
Itulah lima jenis karakter manusia dengan jiwa-jiwa spiritualnya. Tidak ada habis-habisnya penampakan lahiriah dari jiwa spiritual dalam kehidupan. Tetapi bagi kita manusia biasa, tidak ada yang lebih baik dalam menjalani kehidupan rohani di dunia ini selain menjadi diri sendiri, lahir dan bathin. Apa pun pekerjaannya di dunia lahir, hendaknya kita lakukan dengan ikhlas dan penuh amanah, dan pada saat yang sama kita tetap menjaga realisasi kehidupan rohaniah kita, dan merefleksikannya dengan realisasi kebenaran batiniah.
Labels:
Refleksi
Thanks for reading Jenis-jenis Karakter Manusia Spiritual. Please share...!
0 Komentar untuk "Jenis-jenis Karakter Manusia Spiritual"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.