Bahu merupakan bagian tubuh yang rawan terkena cedera akibat ketegangan otot, salah posisi hingga salah urat. Cedera bahu biasanya sering menimpa para olahragawan, terbukti 20 persen cedera karena olahraga terjadi pada bahu. Latihan beban dan olahraga seperti tenis, bulu tangkis, voli, sepak bola, rugby, hingga renang terbilang kegiatan yang rentan cedera bahu. Beban atau aktivitas berlebih dan gerakan yang salah di daerah tersebut sering kali mencederai tendon (urat).
Meskipun demikian, cedera bahu juga dapat terjadi dari kebiasaan mengangkat benda-benda berat. Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari kita juga sering memberi beban berlebih pada bahu. Para kuli angkut barang misalnya, mereka sering membawa barang-barang berat pada bahunya. Para backpacker, para petualang atau para pendaki gunung juga sering membawa tas ransel selama berjam-jam dengan beban yang cukup berat. Bagi para wanita, cedera bahu juga dapat menimpa mereka yang mempunyai kebiasaan membawa segala kebutuhannya secara bersamaan dalam satu tas, yang diselempangkan di bahu dan dibawa kemana-mana.
Sendi bahu terdiri dari tiga tulang, yakni tulang atas, tulang belikat dan tulang selangka, yang bersamaan dengan kombinasi otot dan tendon, yang disebut manset rotator. Ada beberapa penyebab utama nyeri bahu. Yaitu cedera manset rotator, cedera labum (jaringan fibrosa yang mengelilingi sendi bahu) dan dislokasi bahu yang umumnya disebabkan cedera bahu, dan bahu yang membeku.
dr Roland Chong MBBS, ahli bedah ortopedi Gleneagles Hospital Singapore menjelaskan, "Tulang sendi bahu merupakan salah satu tulang yang paling sering digerakkan dan rentan terhadap cedera, karena penggunaan yang berat dari lengan dan bahu".
Seseorang yang mengalami peradangan, robekan manset sebagian, hingga robek secara penuh, bisa dikategorikan menderita cedera manset rotator. Cedera ini bisa timbul karena keausan. Penderita manset rotator, merasakan dampak paling besar ketika mereka harus terus menerus mengangkat lengan lebih dari 90 derajat. Adapun robekan yang besar, biasanya disebabkan luka yang berat. Misalnya karena kecelakaan saat berolahraga, atau ketika menggunakan tangan untuk berlindung saat jatuh.
Jika yang dialami peradangan atau robekan yang lebih kecil, kadang bisa sembuh sendiri tanpa perlu operasi. Hanya perlu melakukan pengobatan seperti memberi anti-inflamasi non-steroid, untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit. Pengobatan biasanya juga bisa dibarengi dengan fisioterapi untuk memperkuat otot-otot manset rotator lainnya. Pengobatan lainnya, suntikan kombinasi steroid dan anestesi ke dalam area manset rotator, yang fungsinya sebagai penghilang rasa sakit dan mengurangi peradangan hingga enam bulan.
Perubahan aktivitas juga penting dalam pengobatan dan pencegahan, termasuk latihan fisik untuk memperkuat manset rotator, dan tidak lupa, mengubah postur tubuh selama berkegiatan sehari-hari. Siklus pengobatan non-operasi ini biasanya berlangsung antara tiga hingga enam bulan.
Ketika yang terjadi robekan serius, atau ketika terapi non-operasi tidak efektif, barulah dilakukan pembedahan. Ini dilakukan untuk memperbaiki manset rotator agar sempurna, sehingga pasien bisa kembali melakukan olahraga atau beraktivitas dalam waktu enam hingga tujuh bulan.
Ketika tulang lengan atas muncul keluar dari persendian bahu yang seharusnya masuk ke dalam, ini merupakan dislokasi bahu. Dislokasi bahu terjadi pada saat bonggol tulang lengan atas bergeser dari tempatnya di tulang belikat. Dislokasi bahu sering terjadi pada atlet atau orang yang sering berolahraga kontak fisik. Misalnya pencak silat, gulat, judo, atau olahraga dengan resiko jatuh tinggi seperti balap motor dan panjat tebing.
Penderita dislokasi bahu akan mengalami rasa sakit dan tidak bisa menggerakkan lengan. Rasa sakit yang langsung terasa nyeri pada bahu. Sendi bahu pun akan terlihat bengkak. Posisi lengan setelah trauma yang terjadi, bisa ditandai untuk membedakan arah pergeseran sendi bahu. Bila dalam keadaan rileks lengan menjadi terputar ke arah luar (sehingga lipat siku menghadap ke depan), maka yang terjadi adalah pergeseran sendi ke arah depan. Sedangkan lengan yang terputar ke arah dalam (lipat siku menghadap ke belakang), dan terdapat nyeri saat lengan diputar ke arah luar, ini adalah pergeseran sendi ke belakang.
Langkah pertama untuk melakukan diagnosis dislokasi bahu adalah menjalani x-ray dan scan untuk mengetahui penyebab cedera. Selain itu juga dilakukan tes untuk mengetahui seberapa longgar sendinya untuk mengetahui kemungkinan cedera lainnya. Jika dislokasi bahu tidak diobati dengan baik, tulang yang tersisa dari sendi bisa merusak tulang rawan di sekitarnya. Akan terjadi pengeroposan tulang karena gesekan antara sendi dan tulang di sekitarnya.
Selain dislokasi bahu, cedera bahu lainnya yaitu bahu membeku. Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak bisa menggerakkan bahunya ke segala arah. Ini disebabkan penebalan kapsul jaringan ikat yang mengelilingi sendi bahu. Rasa sakit dan ketidakmampuan bergerak yang sangat parah, menyebabkan penderitanya sulit melakukan kegiatan sehari-hari. Bahu beku juga dikenal sebagai adhesive capsulitis.
Ada tiga fase bahu yang membeku, yakni pembekuan, membeku dan pelunakan. Tahap pertama adalah ketika berbagai gerakan bahu menjadi terbatas, dan muncul rasa nyeri ketika coba digerakkan. Pada tahap membeku, bahu menjadi lebih kaku tetapi rasa sakitnya berkurang. Sedangkan tahap pelunakan adalah ketika penderita perlahan-lahan mendapatkan kembali jangkauan pergerakannya. Proses pelunakan ini bisa berlangsung lebih dari setahun, sehingga menyulitkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pilihan pengobatannya, bisa melalui fisioterapi, suntikan steroid dan anestesi ke dalam sendi, untuk membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat pemulihan, serta pembedahan untuk mengeluarkan kapsul yang menebal.
Kondisi bahu yang tidak normal akan berdampak besar dalam kegiatan sehari-hari. Untuk itu, jika sudah merasakan nyeri bahu, apalagi jika sudah berlangsung hingga dua minggu, jangan abaikan. Berhentilah melakukan kegiatan atau olahraga tertentu, sebab hal itu dapat menyebabkan kerusakan bahu. Dan jangan lupa untuk mengurangi beban pada bahu kita.
Cedera bahu adalah dilema yang selalu menghantui para olahragawan. Dalam berolahraga, gerakan sempurna sendi bahu memang sangat diperlukan, karena hampir semua gerakan olahraga memerlukan keleluasaan fungsi sendi tersebut. Atlet voli profesional merupakan salah satu dari sekian banyak olahragawan yang sering mengalami cedera bahu. Mereka biasanya mengalami gejala cedera arteri atau pembuluh darah pada bahu. Cedera itu membuat mereka menderita penipisan dinding pembuluh darah atau aneurisma arteri di bahu.
Menurut peneliti Universitas Amsterdam dr Mario Maas, biasanya tanda-tanda gejala utama cedera arteri di bahu muncul selama atau sesudah atlet bola voli bermain secara intens. Cedera itu disebabkan adanya tekanan tinggi atau kompresi yang dialami tiap atlet voli saat melakukan smash atau servis. Entakan yang kuat membuat pembuluh darah pada bahu mengalami penciutan.
Selain voli, sepak bola juga memiliki kemungkinan resiko timbulnya cedera bahu. Hal itu mungkin terjadi saat pemain bertabrakan dan mengenai bahu antar pemain ataupun ketika pemain menggunakan tangan untuk menopang tubuh saat terjatuh. Otomatis bahu akan tertekan lantaran menerima beban berat tubuh hingga akhirnya cedera tidak terhindarkan, apalagi jika posisi jatuhnya salah.
Ketika yang terjadi robekan serius, atau ketika terapi non-operasi tidak efektif, barulah dilakukan pembedahan. Ini dilakukan untuk memperbaiki manset rotator agar sempurna, sehingga pasien bisa kembali melakukan olahraga atau beraktivitas dalam waktu enam hingga tujuh bulan.
Dislokasi Bahu
Ketika tulang lengan atas muncul keluar dari persendian bahu yang seharusnya masuk ke dalam, ini merupakan dislokasi bahu. Dislokasi bahu terjadi pada saat bonggol tulang lengan atas bergeser dari tempatnya di tulang belikat. Dislokasi bahu sering terjadi pada atlet atau orang yang sering berolahraga kontak fisik. Misalnya pencak silat, gulat, judo, atau olahraga dengan resiko jatuh tinggi seperti balap motor dan panjat tebing.
Penderita dislokasi bahu akan mengalami rasa sakit dan tidak bisa menggerakkan lengan. Rasa sakit yang langsung terasa nyeri pada bahu. Sendi bahu pun akan terlihat bengkak. Posisi lengan setelah trauma yang terjadi, bisa ditandai untuk membedakan arah pergeseran sendi bahu. Bila dalam keadaan rileks lengan menjadi terputar ke arah luar (sehingga lipat siku menghadap ke depan), maka yang terjadi adalah pergeseran sendi ke arah depan. Sedangkan lengan yang terputar ke arah dalam (lipat siku menghadap ke belakang), dan terdapat nyeri saat lengan diputar ke arah luar, ini adalah pergeseran sendi ke belakang.
Langkah pertama untuk melakukan diagnosis dislokasi bahu adalah menjalani x-ray dan scan untuk mengetahui penyebab cedera. Selain itu juga dilakukan tes untuk mengetahui seberapa longgar sendinya untuk mengetahui kemungkinan cedera lainnya. Jika dislokasi bahu tidak diobati dengan baik, tulang yang tersisa dari sendi bisa merusak tulang rawan di sekitarnya. Akan terjadi pengeroposan tulang karena gesekan antara sendi dan tulang di sekitarnya.
Selain dislokasi bahu, cedera bahu lainnya yaitu bahu membeku. Kondisi ini terjadi ketika seseorang tidak bisa menggerakkan bahunya ke segala arah. Ini disebabkan penebalan kapsul jaringan ikat yang mengelilingi sendi bahu. Rasa sakit dan ketidakmampuan bergerak yang sangat parah, menyebabkan penderitanya sulit melakukan kegiatan sehari-hari. Bahu beku juga dikenal sebagai adhesive capsulitis.
Ada tiga fase bahu yang membeku, yakni pembekuan, membeku dan pelunakan. Tahap pertama adalah ketika berbagai gerakan bahu menjadi terbatas, dan muncul rasa nyeri ketika coba digerakkan. Pada tahap membeku, bahu menjadi lebih kaku tetapi rasa sakitnya berkurang. Sedangkan tahap pelunakan adalah ketika penderita perlahan-lahan mendapatkan kembali jangkauan pergerakannya. Proses pelunakan ini bisa berlangsung lebih dari setahun, sehingga menyulitkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pilihan pengobatannya, bisa melalui fisioterapi, suntikan steroid dan anestesi ke dalam sendi, untuk membantu mengurangi rasa sakit dan mempercepat pemulihan, serta pembedahan untuk mengeluarkan kapsul yang menebal.
Kondisi bahu yang tidak normal akan berdampak besar dalam kegiatan sehari-hari. Untuk itu, jika sudah merasakan nyeri bahu, apalagi jika sudah berlangsung hingga dua minggu, jangan abaikan. Berhentilah melakukan kegiatan atau olahraga tertentu, sebab hal itu dapat menyebabkan kerusakan bahu. Dan jangan lupa untuk mengurangi beban pada bahu kita.
Dilema Olahragawan
Cedera bahu adalah dilema yang selalu menghantui para olahragawan. Dalam berolahraga, gerakan sempurna sendi bahu memang sangat diperlukan, karena hampir semua gerakan olahraga memerlukan keleluasaan fungsi sendi tersebut. Atlet voli profesional merupakan salah satu dari sekian banyak olahragawan yang sering mengalami cedera bahu. Mereka biasanya mengalami gejala cedera arteri atau pembuluh darah pada bahu. Cedera itu membuat mereka menderita penipisan dinding pembuluh darah atau aneurisma arteri di bahu.
Menurut peneliti Universitas Amsterdam dr Mario Maas, biasanya tanda-tanda gejala utama cedera arteri di bahu muncul selama atau sesudah atlet bola voli bermain secara intens. Cedera itu disebabkan adanya tekanan tinggi atau kompresi yang dialami tiap atlet voli saat melakukan smash atau servis. Entakan yang kuat membuat pembuluh darah pada bahu mengalami penciutan.
Selain voli, sepak bola juga memiliki kemungkinan resiko timbulnya cedera bahu. Hal itu mungkin terjadi saat pemain bertabrakan dan mengenai bahu antar pemain ataupun ketika pemain menggunakan tangan untuk menopang tubuh saat terjatuh. Otomatis bahu akan tertekan lantaran menerima beban berat tubuh hingga akhirnya cedera tidak terhindarkan, apalagi jika posisi jatuhnya salah.
Sementara cedera dislokasi bahu biasanya lebih banyak dialami oleh atlet yang sering berolahraga kontak fisik atau yang kerap menggunakan tangan. Selain itu, cedera dislokasi bahu juga banyak dialami oleh atlet olahraga dengan resiko jatuh tinggi seperti pembalap MotoGP, pemain rugby, tenis, atlet beladiri dan beberapa jenis olahraga lainnya. Juara Dunia MotoGP seperti Valentino Rossi dan Marc Marquez juga pernah mengalami dislokasi sendi bahu.
Tiga Langkah Pencegahan
Cedera pada bahu bisa menimpa siapa saja. Bukan hanya para olahragawan, saya dan anda bisa saja mengalaminya. Apabila saat beraktivitas anda merasakan denyutan di bahu ketika mengangkat lengan, atau mengalami kesulitan meregangkan lengan ke belakang, kemungkinan anda menderita cedera sendi bahu. Sendi bahu merupakan poros yang menghubungkan gerak tangan dengan tubuh, sehingga sebisa mungkin kita harus menghindari terjadinya cedera. Namun sayangnya, karena gerakannya yang sangat leluasa, sendi itu memiliki stabilitas yang rendah. Sendi bahu gampang cedera, mudah mengalami pergeseran dan berpotensi menimbulkan nyeri saat terjadi ketidaksesuaian gerak.
Kita tentu tidak ingin aktivitas terganggu karena sendi bahu sering terkilir, terasa nyeri, atau bahkan cedera yang lebih parah hingga mengandaskan karir. Tips berikut ini perlu disimak agar terhindar dari cedera sendi bahu :
1. Upayakan Pencegahan: Kecuali memiliki ketidaknormalan fisik, kita sebenarnya selalu bisa menanggulangi munculnya rasa sakit di sendi bahu. Tubuh kita memiliki satu fungsi normal, termasuk di persendian dan organ-organ yang melekat di sekitarnya. Kenalilah bagian-bagian tersebut, lalu pelajari.
Beberapa kebiasaan fisik juga perlu diperhatikan, semisal posisi duduk atau tidur. Jangan pernah menyepelekan sikap duduk atau tidur, karena acapkali nyeri bahu berawal dari kebiasaan buruk dalam dua sikap tersebut. Duduk berlama-lama menonton televisi atau berada dalam posisi duduk yang sama berjam-jam saat menyelesaikan pekerjaan adalah dua hal yang barangkali sering dilakukan. Sikap itu kurang baik, terlebih jika dibarengi dengan kelelahan otak.
Jangan lupa tidur dengan bantal yang baik dan nyaman guna meminimalisasi resiko salah tidur. Jika bahu terasa lelah akibat aktivitas fisik berlebih, istirahatkan bagian tersebut dan hindarkan dari aktivitas berat selama beberapa hari.
2. Ketahui Kemampuan Fisik: Memahami batas ketahanan fisik penting untuk mengenali batas kemampuan. Misalnya dalam berolahraga, jangan terlalu memaksakan diri. Fungsi olahraga adalah menyegarkan diri dan memperoleh ketahanan fisik, bukan sebaliknya, membuat tubuh kesakitan. Ketahanan fisik dipupuk secara bertahap. Karena itu, olahraga pun harus dilakukan sesuai tingkatan yang benar.
Berolahraga melebihi kemampuan akan memperbesar potensi cedera. Tetap beraktivitas seperti bekerja lembur, saat tubuh sudah kelelahan juga akan berakibat buruk bagi tubuh. Maka, penting untuk mengatakan "cukup" saat tubuh sudah melambaikan tangan.
Yang tidak kalah penting, lakukanlah pemanasan. Pemanasan bukan hanya saat akan berolahraga. Gerakan-gerakan ringan sebelum beraktivitas juga termasuk pemanasan. Tujuannya, agar fisik lebih fleksibel saat bergerak, tidak kaku dan berfungsi dengan sempurna.
3. Lakukan Pertolongan pertama: Tidak jarang, meski telah berhati-hati dan melakukan beberapa pencegahan, nyeri atau cedera sendi bahu tidak terelakkan. Selain berkonsultasi ke dokter, upayakan pertolongan awal terlebih dahulu.
Segera istirahatkan sisi yang sakit. Jika sendi bahu terasa nyeri, jangan mengangkat beban menggunakan sisi tersebut. Istirahatkan selama beberapa hari hingga rasa sakit hilang. Kurangi aktivitas di daerah yang sakit. Kalau sudah membaik, perlahan latih kembali sisi tersebut agar tidak kaku.
Menurut neurologist Dr S Saunderajen SpS MSi Med, mengompres bagian yang terasa nyeri dengan air es selama 15 - 17 menit bisa membantu mengurangi rasa nyeri. Jangan menggunakan air panas, terutama di fase awal selama 2 - 3 hari.
Bila nyeri bahu disertai bengkak, berbaringlah sembari menggunakan bantal. Usahakan posisi tangan lebih tinggi dari jantung. Namun, kalau terjadi cedera yang lebih mengkhawatirkan, semisal dislokasi sendi bahu, pastikan agar sisi tersebut tidak bergerak, bisa dengan membebat tangan agar tidak terjadi pergeseran yang lebih parah, lalu segeralah dibawa ke rumah sakit atau dokter untuk penanganan lebih intensif.
Sumber: Suara Merdeka, Juni 2014.
Labels:
Kesehatan
Thanks for reading Mengenal Cedera Bahu dan Pencegahannya. Please share...!
0 Komentar untuk "Mengenal Cedera Bahu dan Pencegahannya"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.