Jejak Sejarah Petanahan Pada Masa Lalu


Pasar Petanahan saat baru selesai dibangun kembali pada 2014
Pasar Petanahan (2014)
Petanahan adalah nama sebuah kota kecamatan di Kebumen bagian selatan. Jejak masa lalu dari wilayah ini salah satunya adalah keberadaan pasar petanahan. Pasar Petanahan merupakan sebuah pasar tradisional yang berada di dekat pusat kota kecamatan Petanahan. Letaknya yang strategis berada di jalur lintas pesisir selatan Kebumen membuat pasar petanahan menjadi rujukan bagi warga masyarakat sekitar Kebumen bagian selatan yang hendak berbelanja memenuhi kebutuhan sehari-hari. Letak Pasar petanahan juga tidak begitu jauh dari salah satu wisata andalan Kebumen yakni pantai Petanahan. Banyak dari para wisatawan yang mampir ke pasar petanahan tatkala berwisata ke wisata pantainya. 

Sebagai pasar rakyat tradisional, keberadaan pasar petanahan ternyata telah eksis semenjak zaman kolonial Belanda. Sebenarnya hal ini bisa diketahui dari bentuk bangunan pasar sebelum dipugar dan dibangun kembali oleh pemerintah pada 2013 yang lalu. Bukti lain dari jejak peninggalan lama dari pasar petanahan juga sepintas dapat diketahui dari keberadaan sisa-sisa bangunan tua yang ada di lingkungan sekitar area pasar. Keberadaan sisa-sisa bangunan tersebut menyimpan kisah sejarah yang kini semakin tergerus oleh zaman. 

Bangunan-bangunan tua tersebut pada masa lalu digunakan sebagai toko pada bagian depannya, sedangkan bagian belakangnya difungsikan sebagai rumah tempat tinggal. Banyak yang tidak tahu bahwa deretan bangunan tua yang berada di sekitar area pasar tersebut dulunya adalah milik warga keturunan bangsawan asal Yogyakarta. Hal ini juga dibuktikan dengan keberadaan sebagian warga masyarakat petanahan yang leluhurnya dahulu merupakan orang Yogyakarta. Biasanya bagi yang keturunan bangsawan, maka akan punya gelar nganten atau raden. 

Para bangsawan asal Yogyakarta tersebut diperkirakan datang ke wilayah Petanahan sejak zaman Sultan Agung (1613-1645) dari kesultanan Mataram hingga masa Perang Diponegoro (1825-1830). Beberapa dari mereka ada yang berstatus sebagai kerabat keraton, abdi dalem, prajurit, hingga orang biasa. Meski sekarang Petanahan berada di jalur alternatif lintas selatan, pada zaman dahulu jalur ini justru merupakan jalur utama pada masa kekuasaan Mataram Islam. Sultan Agung pun saat menyerang VOC di Batavia melalui jalur petanahan ini pada tahun 1629. 

Peristiwa lain yang berkaitan dengan Petanahan adalah sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro. Pada masa itu Pangeran Diponegoro juga menggunakan wilayah Kebumen selatan ini sebagai basis perjuangan gerilyanya, termasuk juga dalam merekrut personil pasukannya. Meskipun wilayah sentral perlawanan Pangeran Diponegoro berada di Yogyakarta, namun area gerilyanya meluas mulai dari Madiun, Surakarta, Ambarawa, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Purworejo, hingga Kebumen. Di wilayah selatan jawa ini, Pangeran Diponegoro melalui panglima perangnya yang masyhur, Senthot Alibasyah Prawiradireja, juga merekrut masyarakat yang anti-kolonial untuk bergabung dalam perang gerilya.
Baca juga: Sejarah Jalan Daendels di Selatan Jawa, Jejak Diponegoro yang Terlupakan
Selain untuk merekrut basis pasukan, kawasan selatan jawa ini juga punya nilai strategis sebagai area pelarian dan menyusun kekuatan. Secara militer, Jalur selatan Jawa, termasuk yang melintasi wilayah Petanahan ini juga terbilang strategis karena letaknya tersembunyi, yaitu di pesisir selatan yang jauh dari jalan utama yang mungkin dilalui pasukan Kompeni Belanda. Jejak sepak terjang Pangeran Diponegoro ini masih dapat dilihat dalam bentuk jalan apabila menyusuri jalur Petanahan ke timur hingga ke wilayah Ambal.

Jalur selatan petanahan kini semakin ramai sebagai jalur alternatif selatan-selatan Jawa Tengah, terlebih setelah dibangunnya jalur baru di dekat pesisir pantai selatan. Jalur selatan ini kini biasa digunakan oleh pengguna jalan raya yang hendak menuju Yogyakarta dengan jarak tempuh yang lebih cepat. Sekarang juga banyak dijumpai bus-bus jarak jauh jurusan Jakarta-Yogyakarta yang biasa menggunakan jalur ini untuk mempersingkat waktu dan menghindari antrean panjang kendaraan di jalur Kebumen-Kutoarjo saat masa mudik lebaran. Dari Petanahan, jalur lintas selatan-selatan membentang lurus melewati kawasan pantai selatan hingga ke Wates dan Yogyakarta.


Labels: Kebumen, Sejarah

Thanks for reading Jejak Sejarah Petanahan Pada Masa Lalu. Please share...!

0 Komentar untuk "Jejak Sejarah Petanahan Pada Masa Lalu"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.