Meski nyaris seperti tidak terendus, proses perekrutan anggota baru oleh kelompok radikal ternyata masih terus berlangsung. Dengan dilakukan secara tersembunyi, proses perekrutan tersebut dilakukan secara masif dan terstruktur. Lembaga pendidikan sekolah ternyata menjadi salah satu sasaran empuk yang ditarget kelompok ideologi radikal tersebut. Hal ini diungkapkan oleh mantan petinggi kelompok radikal Negara Islam Indonesia (NII) Ken Setiawan saat memberikan pembinaan dan sosialisasi ke beberapa sekolah di wilayah Purworejo beberapa waktu yang lalu.
Ken Setiawan yang kini menjadi aktivis NII Crisis Center itu juga menjelaskan, biasanya, justru sekolah-sekolah bonafit dan favorit yang menjadi sasaran proses perekrutan. Hal ini karena anak-anak yang sekolah di sekolah favorit itu lebih menguntungkan untuk direkrut. Mereka pintar-pintar, sehingga akan cepat memahami logika-logika yang dibangun perekrut dan akhirnya justru dapat merekrut temannya lagi. Modelnya ini seperti jejaring sistem multi level marketing.
Kelompok radikal biasanya juga memanfaatkan organisasi keagamaan yang ada di sekolah sebagai pintu masuk. Ada sinyalemen kelompok ini masuk melalui lembaga rohis. Awalnya semua seperti tampak baik dan ideal untuk mendukung program keagamaan di sekolah, namun lama kelamaan, tanpa disadari mereka masuk dalam perangkap untuk kemudian setelah terjerat akan dicekoki dengan ideologi faham radikal.
Dari fenomena yang ada, maka langkah preventif dan antisipatif jauh lebih penting. Perlu diketahui, kelompok radikal ini sangat berbahaya. Segala cara dihalalkan agar kelompok ini dapat berkembang. Merampok, mencuri, bahkan membunuh pun diperbolehkan. Pasalnya, siapa pun selain anggota mereka berarti kafir, sehingga halal darah dan hartanya. Jika ini dibiarkan tentu akan merusak tatanan negara. Harapan kita, semoga pihak terkait mulai mewaspadai dengan secara masif, mulai melakukan langkah pencegahan dengan kegiatan pembinaan dan pemantauan secara intens. Termasuk agar sekolah-sekolah tidak menjadi ruang kaderisasi kelompok radikal yang membahayakan NKRI.
Guna mencegah faham radikalisme yang banyak menyasar lembaga-lembaga pendidikan tersebut, perlu kiranya ada materi khusus deradikalisasi yang diajarkan mulai dari pendidikan usia dini, TK, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Mengingat saat ini, proses perekrutan, ajakan dan kampanye radikalisme disebarkan melalui media sosial, di mana setiap orang akan membaca. Hal ini berbahaya karena siapa saja bisa terpengaruh dan akhirnya masuk mengikuti gerakan-gerakan tersebut.
Dengan adanya materi khusus deradikalisasi, diharapkan generasi muda memahami radikalisme dan terhindar dari jeratan faham radikalisme tersebut. Faham radikalisme bisa masuk lewat mana saja. Salah satunya adalah lewat sebuah gerakan. Mengapa sekarang ada kelompok yang muncul mengusung isu khilafah Islamiyah?. Mungkin maksud dan tujuannya baik, tetapi penerapan pada zaman sekarang yang tidak sesuai. Gerakan ini pun rawan sekali menjadi tunggangan bagi para kelompok ekstremis. Pun mereka mengkampanyekan untuk menegakkan khilafah, padahal yang paling utama bagi seorang muslim bukan perkara menegakkan khilafah, tetapi menegakkan shalat.
Indonesia memang bukan negara Islam, tetapi nilai-nilai agama dijadikan landasan dan spirit dalam berbangsa dan bernegara, sehingga masyarakatnya damai. Daripada sibuk mengurusi khilafah, lebih dahulu tegakkanlah shalat dengan benar, karena jika tidak tegak shalatnya maka akan runtuh agamanya. Di sini jelas tidak ada dalil yang mengatakan untuk menegakkan khilafah. Harusnya kita juga banyak belajar dari negara-negara di jazirah Arab, di mana kekuatan politik penegakkan khilafah Islamiyah justru pada akhirnya menjadi sumber konflik yang berkepanjangan.
Dengan adanya materi deradikalisasi yang dipahami oleh kalangan-kalangan terdidik, maka pemahaman-pemahaman yang salah tentang kehidupan bernegara itu dapat dihindari, sehingga bangsa ini tetap bersatu dalam damai berlandaskan pancasila dalam bingkai NKRI. Oleh karenanya, pihak terkait juga mesti mendorong agar sebisa mungkin materi-materi khusus deradikalisasi ini bisa disampaikan sedini mungkin, tentunya disesuaikan berdasarkan kemampuan jangkauan pemikiran peserta didik.
Materi Deradikalisasi Perlu Masuk Kurikulum
Guna mencegah faham radikalisme yang banyak menyasar lembaga-lembaga pendidikan tersebut, perlu kiranya ada materi khusus deradikalisasi yang diajarkan mulai dari pendidikan usia dini, TK, sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Mengingat saat ini, proses perekrutan, ajakan dan kampanye radikalisme disebarkan melalui media sosial, di mana setiap orang akan membaca. Hal ini berbahaya karena siapa saja bisa terpengaruh dan akhirnya masuk mengikuti gerakan-gerakan tersebut.
Dengan adanya materi khusus deradikalisasi, diharapkan generasi muda memahami radikalisme dan terhindar dari jeratan faham radikalisme tersebut. Faham radikalisme bisa masuk lewat mana saja. Salah satunya adalah lewat sebuah gerakan. Mengapa sekarang ada kelompok yang muncul mengusung isu khilafah Islamiyah?. Mungkin maksud dan tujuannya baik, tetapi penerapan pada zaman sekarang yang tidak sesuai. Gerakan ini pun rawan sekali menjadi tunggangan bagi para kelompok ekstremis. Pun mereka mengkampanyekan untuk menegakkan khilafah, padahal yang paling utama bagi seorang muslim bukan perkara menegakkan khilafah, tetapi menegakkan shalat.
Indonesia memang bukan negara Islam, tetapi nilai-nilai agama dijadikan landasan dan spirit dalam berbangsa dan bernegara, sehingga masyarakatnya damai. Daripada sibuk mengurusi khilafah, lebih dahulu tegakkanlah shalat dengan benar, karena jika tidak tegak shalatnya maka akan runtuh agamanya. Di sini jelas tidak ada dalil yang mengatakan untuk menegakkan khilafah. Harusnya kita juga banyak belajar dari negara-negara di jazirah Arab, di mana kekuatan politik penegakkan khilafah Islamiyah justru pada akhirnya menjadi sumber konflik yang berkepanjangan.
Dengan adanya materi deradikalisasi yang dipahami oleh kalangan-kalangan terdidik, maka pemahaman-pemahaman yang salah tentang kehidupan bernegara itu dapat dihindari, sehingga bangsa ini tetap bersatu dalam damai berlandaskan pancasila dalam bingkai NKRI. Oleh karenanya, pihak terkait juga mesti mendorong agar sebisa mungkin materi-materi khusus deradikalisasi ini bisa disampaikan sedini mungkin, tentunya disesuaikan berdasarkan kemampuan jangkauan pemikiran peserta didik.
Dikutip dari Suara Merdeka.
Labels:
Horizon
Thanks for reading Waspadai Masuknya Faham Radikal di Lembaga-Lembaga Pendidikan. Please share...!
0 Komentar untuk "Waspadai Masuknya Faham Radikal di Lembaga-Lembaga Pendidikan"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.