Kisah Tsumamah al Yamamah, Sang Pembenci Yang Menjadi Sang Pecinta


Ada banyak riwayat kisah yang menceritakan tentang akhlak paripurna Kanjeng Rasul Muhammad SAW dalam menuntun umat manusia menuju cahaya Islam. Hari ini saya mendapatkan sebuah kisah menarik berkaitan dengan akhlak Rasul yang saya dengar dari isi khutbah saat mengikuti shalat jum'at di masjid Az Zuhud Petanahan.

Kisah ini menceritakan tentang masuk islamnya seorang sahabat yang sebelumnya sangat membenci Nabi, bahkan pernah hendak membunuhnya. Namun karena akhlak luhur Nabi, akhirnya ia mendapat hidayah dari Allah dan menjadi orang yang berbalik menjadi cinta kepada Kanjeng Rasul Muhammad SAW. Seperti apa kisahnya?, simak kisah berikut ini.

Kisah Tsumamah masuk Islam
ilustrasi

Pada tahun keenam hijriyah, Rasulullah SAW berkehendak untuk memperluas dakwah Islam ke wilayah - wilayah di luar kota Madinah. Di antara salah satu usaha yang beliau lakukan adalah dengan mengirimi beberapa surat ajakan Islam kepada para penguasa yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah.

Tercatat ada delapan Raja atau penguasa di kawasan Arab dan Ajam yang beliau kirimi surat ajakan masuk Islam tersebut. Beberapa di antara para penguasa tersebut ada yang menerima dengan baik, dan ada pula yang menolaknya mentah-mentah seruan Nabi kepada mereka untuk masuk Islam. 

Di antara para penguasa yang mendapat surat ajakan dari Nabi tersebutlah Tsumamah Utsal al-Hanafi, salah seorang pemuka Bani Hanifah yang terpandang. Ia juga seorang raja tanah Yamamah yang perintahnya senantiasa ditaati oleh kaumnya. Pada masa Jahiliyah, Tsumamah sendiri merupakan salah seorang pembesar orang-orang Arab yang begitu disegani.

Tatkala surat ajakan dari Rasul telah sampai di hadapannya, ia menerimanya dengan sikap angkuh dan bernada melecehkan. Tak sudi bagi harga dirinya untuk tunduk kepada ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Ia bahkan sampai menutup kedua telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar dakwah kepada kebaikan dan kebenaran dari ajakan Rasulullah tersebut. 

Begitu bencinya dia kepada Rasulullah sampai-sampai ia merencanakan untuk membunuh Rasulullah SAW. Berulang kali dia mencari peluang agar mendapatkan kesempatan untuk membunuh Rasulullah SAW. Selain sangat membenci Nabi, Tsumamah juga benci kepada para sahabat pengikut Rasulullah SAW. Ia bahkan pernah menangkap beberapa orang sahabat Nabi dan membunuhnya secara emosional, sehingga Rasulullah pun kemudian menghalalkan darahnya dan mengumumkan hal itu di hadapan para sahabatnya.

Suatu ketika, Tsumamah hendak melaksanakan umrah di Ka'bah. Dia pun berangkat meninggalkan Yamamah menuju Makkah menggunakan kendaraannya. Dalam perjalanan, ia sudah membayangkan akan melaksanakan thawaf dan menyembelih kurban untuk berhala-berhalanya. Namun malang baginya, tatkala ia sampai di dekat kota Madinah, ia dipergoki oleh pasukan kaum Muslimin yang sedang berpatroli di sekeliling Madinah.

Sedangkan riwayat lain menyebutkan bahwa Tsumamah memang sengaja datang ke Madinah dengan maksud mencari Rasulullah dan hendak membunuhnya, namun upayanya berhasil dicegah oleh Umar bin Khattab. Tsumamah kemudian ditangkap dan dibawa ke kota Madinah.

Saat itu para sahabat tidak tahu bahwa yang mereka tangkap adalah Tsumamah, sehingga akhirnya mereka mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid, sembari menunggu kedatangan Rasul untuk memberi keputusan atas diri orang yang mereka tawan itu. 

Ketika Rasulullah SAW telah tiba dan melihat Tsumamah terikat di salah satu tiang masjid, Rasulullah bertanya kepada para sahabat, "Apakah kalian tahu siapa dia?". Para sahabat menjawab, "Tidak, ya Rasulullah".

Beliau kemudian berkata, "Dia adalah Tsumamah bin Utsal al-Hanafi, tawanlah dia dengan baik".

Rasulullah kemudian berkata kepada Tsumamah, "Wahai Tsumamah, apakah engkau sudah minum? dan Apakah engkau sudah makan?". Tsumamah hanya terdiam.

Rasulullah SAW kemudian pulang dan berkata kepada keluarganya, "Kumpulkanlah makanan lezat yang kalian miliki dan hidangkanlah kepada Tsumamah bin Utsal". Tidak hanya itu saja, Rasulullah juga memerintahkan agar memerah susu onta dan kemudian menyuguhkannya kepada Tsumamah. 

Rasulullah pun kemudian menemui Tsumamah dan kemudian bertanya kepadanya, "Apa yang engkau miliki wahai Tsumamah?". 

Tsumamah menjawab, "Aku mempunyai kebaikan wahai Muhammad, jika engkau membunuh maka engkau membunuh pemilik darah, namun jika engkau memberi maaf maka engkau memberi maaf kepada orang yang berterima kasih. Jika engkau menginginkan harta, maka katakan saja niscaya kami akan berikan apa yang engkau inginkan". 

Rasulullah pun membiarkannya dalam keadaan demikian selama beberapa hari. Makanan serta minuman lezat selalu disuguhkan kepadanya, dan susu onta juga tetap diperah untuknya. 

Saat Rasulullah menemuinya kembali, beliau kembali bertanya, "Apa yang engkau miliki wahai Tsumamah?". 

Tsumamah menjawab, "Aku hanya mempunyai apa yang aku katakan sebelumnya. Jika engkau memberi maaf maka engkau memberi maaf kepada orang yang berterima kasih, jika engkau membunuh maka engkau membunuh pemilik darah. Jika engkau menginginkan harta, maka mintalah niscaya akan kami beri seberapapun yang engkau mau". 

Rasulullah SAW pun kembali meninggalkannya. Pada hari berikutnya, Rasulullah SAW datang lagi kepadanya dan kembali bertanya kepada Tsumamah, "Apa yang kamu miliki wahai Tsumamah?". 

Tsumamah menjawab, "Aku mempunyai apa yang telah aku katakan kepadamu. Jika engkau memberi maaf maka engkau memberi maaf kepada orang yang berterima kasih, jika engkau membunuh maka engkau membunuh pemilik darah. Jika engkau menginginkan harta, maka mintalah niscaya kami akan memberi seberapa saja yang engkau mau". 

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah juga mengajak kepada seruan Islam dengan bertanya kepada Tsumamah, "Apakah engkau mau masuk Islam dan bersaksi bahwasanya aku adalah utusan Allah?". Tsumamah pun menjawab dengan tegas, "Tidak". Tiga kali Rasulullah bertanya demikian kepada Tsumamah dan dijawab pula olehnya dengan jawaban "Tidak".

Selanjutnya Rasulullah kemudian berkata kepada para sahabat di sekelilingnya, "Lepaskan Tsumamah". Dengan berat hati, para sahabat pun membuka ikatan Tsumamah dan kemudian melepaskannya. 

Tsumamah pun kemudian pergi meninggalkan Rasulullah dan para sahabat. Tatkala ia sampai di sebuah kebun kurma di pinggir Madinah dekat al-Baqi’, di mana di sana ada mata airnya, Tsumamah menghentikan kendaraannya dan kemudian bersuci menggunakan air tersebut.

Selesai bersuci, ia kemudian berbalik melangkahkan kakinya untuk kembali menuju masjid tempat Rasulullah dan para sahabat berada.

Begitu tiba di masjid, Tsumamah berdiri di hadapan Rasulullah dan kaum muslimin sembari berkata dengan lantang, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak di sembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah". 

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa setelah Tsumamah berikrar syahadat di hadapan Rasul dan para sahabat, Rasulullah bertanya kepada Tsumamah, "Mengapa engkau tidak mengatakan (ikrar syahadat) itu sewaktu engkau masih kami tawan sebelumnya?"

Tsumamah pun menjawab, "Aku tidak ingin masuk Islam karena dipaksa, sehingga aku tidak melakukannya saat itu. Aku ingin masuk Islam karena mengharap keridhaan Allah semata". Selanjutnya Tsumamah juga berkata:

"Wahai Muhammad, Demi Allah! di muka bumi ini sebelumnya tidak ada wajah yang paling aku benci melebihi wajahmu, namun sekarang wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai.

Demi Allah!, sebelumnya tidak ada agama yang paling aku benci melebihi agamamu, namun saat ini agamamu menjadi agama yang paling aku cintai. Dan Demi Allah!, sebelumnya tidak ada negeri yang paling aku benci melebihi negerimu, namun saat ini ia menjadi negeri yang paling aku cintai". 

Konon begitu ia masuk Islam, kaum kafir Quraisy pun begitu merasakan dampaknya, karena sebelumnya mereka mendapat kiriman gandum dari tanah Yamamah. Namun setelah Tsumamah masuk Islam, kiriman itu pun dihentikan. Kesulitan dan kelaparan pun mendera kaum kafir Quraisy penduduk Makkah. Hingga pada akhirnya Rasulullah kemudian menulis surat kepada Tsumamah agar mengirimkan kembali gandum kepada kaum Quraisy, maka dia pun melakukannya.

Demikianlah Kisah Tsumamah Al Yamamah, seorang pembenci Islam dan Rasulullah SAW yang pada akhirnya berbalik menjadi orang yang begitu mencintai agama Islam dan Rasulullah Muhammad SAW. Wallahu A'lam.

Sumber: khotbah jum'at dan pelengkap dari kisahmuslim.com

Labels: Kisah Hikmah

Thanks for reading Kisah Tsumamah al Yamamah, Sang Pembenci Yang Menjadi Sang Pecinta. Please share...!

0 Komentar untuk "Kisah Tsumamah al Yamamah, Sang Pembenci Yang Menjadi Sang Pecinta"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.