Sering kali kita jumpai orang yang mementingkan ibadah-ibadah sunnah atau amalan-amalan tertentu namun justru meninggalkan yang wajib. Berpuasa di bulan Ramadhan dengan shalat tarawihnya dijalankan sebulan penuh namun shalat wajib lima waktu justru bolong-bolong. Atau rajin bersedekah namun kewajiban zakat justru ditinggalkan. Berkaitan dengan hal ini, Abi Malih mengisahkan bahwa Abu Bakar ash Shiddiq RA ketika menjelang wafatnya pernah berwasiat kepada Umar bin Khattab RA. Di antara isi wasiat tersebut yaitu:
"Aku wasiatkan kepadamu semoga engkau sudi menerimanya: Sesungguhnya Allah mempunyai hak pada malam hari yang tidak diterima ketika siang hari. Begitu pula Dia berhak atas siang hari yang tiada diterima jika dilakukan malam hari. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima amalan sunnah sebelum melaksanakan amalan yang wajib". (Ibnu Zubur ar Rib'i, Washayal Ulama 'inda Khudluri Maut, hlm. 32).
Kalimat tersebut adalah kata-kata rahasia yang ditujukan Abu Bakar untuk Umar bin Khattab RA. Sebab, Umar lah yang akan menerima tongkat estafet kepemimpinan setelah Abu Bakar RA. Maka, Umar harus piawai dalam menyusun agenda kehidupan, pemanfaatan waktu, dan paham terhadap tangga skala prioritas amal dari segi urgensinya dan ketepatan waktu pelaksanaannya, sehingga tidak bercampur aduk antara amalan malam dengan amalan siang.
Barangsiapa menukar kedua amalan tersebut, maka Allah SWT tidak akan pernah menerimanya, karena memang waktunya tidak tepat dan benar, sehingga tidaklah mengherankan bila banyak manusia yang kedodoran dalam mengerjakan amal ibadahnya. Seringkali manusia terjebak dalam memprioritaskan amal kebajikan (ibadah) yang seharusnya ditempatkan sesuai dengan proporsi dan ketinggian nilainya di sisi Allah SWT. Bukanlah suatu pemandangan yang asing bagi kita bila banyak di antara kita yang sering berinfak (bersedekah) namun justru meninggalkan zakat.
Ada pula yang sudah mampu menunaikan ibadah haji maupun berzakat, tetapi meninggalkan kewajiban shalat lima waktu. Maka semua itu merupakan kesalahan dalam melakukan amal dan kerancuan dalam merealisasikan beban amanah serta buta dalam memilih tangga skala prioritas. Dengan demikian, pemanfaatan waktu dan kepiawaian dalam mengalokasikannya adalah sederetan masalah penting yang diwasiatkan Abu Bakar RA ketika beliau menghadapi sakaratul maut, mengingat akan urgensinya hal itu. Dan itulah kata-kata terakhir yang beliau sampaikan.
Perkara ini merupakan azas penting bagi orang yang beramal saleh semasa hidup di dunia untuk mengalokasikan waktunya serta mengetahui hak-hak malam dan siang hari, serta mana yang merupakan amalan wajib dan mana yang merupakan amalan sunnah yang harus dipenuhinya. Jika meninggalkan ibadah sunnah tidak diganjar dengan dosa apapun, namun jika kita meninggalkan ibadah wajib, ancaman dosa akan menyertai bagi siapapun yang melanggarnya. Seyogyanya seorang hamba lebih mengutamakan amalan ibadah wajib, meski seyogyanya tetap dibarengi amalan sunnah mengingat hakikat fungsinya yang dapat menyempurnakan nilai ibadah wajib.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
"Sesungguhnya perkara pertama kali yang dihisab pada hari kiamat dari amal seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika terdapat suatu kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, "Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?" Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu". (HR. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466, shahih)
Dalam hadits lain juga disebutkan:
Allah Ta’ala berfirman, "Siapa saja yang memusuhi waliKu, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hambaKu terus-menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaKu, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepadaKu, sungguh akan Aku lindungi". (HR. Bukhari no. 6502)
Demikianlah urgensi menjalankan amalan ibadah wajib dan sunnah bagi seorang muslim. Jika keduanya dapat dijalankan dengan baik, insya Allah ibadah kita akan lebih bernilai dan diterima di sisi Allah SWT. Wallahu A'lam.
Labels:
Horizon
Thanks for reading Antara Amalan Wajib dan Sunnah. Please share...!
0 Komentar untuk "Antara Amalan Wajib dan Sunnah"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.