Wejangan Ajaran Hastha Brata Bagi Seorang Pemimpin


Raden Rama dan Gunawan Wibisana

Setelah berakhirnya perang brubuh Alengka, dimana Dasamuka berhasil dikalahkan dan dikurung di Gunung Sumawana oleh Hanoman, Sang Prabu Rama Wijaya, Ratu Negeri Pancawati menghendaki supaya Gunawan Wibisana, adik dari Dasamuka dilantik menduduki singgasana Keraton Alengka menggantikan kakaknya.

Sebelum hal itu terlaksana, Prabu Rama Wijaya terlebih dulu memberikan beberapa wejangan penting kepada Gunawan Wibisana untuk dipatuhi. Wejangan-wejangan tersebut mengandung delapan sifat atau perilaku yang harus ia jalankan atau wujudkan saat telah memegang tampuk kekuasaan di negeri Alengka.

Delapan wejangan ini disebut dengan istilah "Hasthabrata". Apa saja isi wejangan dalam hastha brata itu?, berikut uraiannya. 

Pertama: Kadya Surya (Seperti Sang Surya, Matahari)


Maksudnya bahwa seorang pemimpin harus mampu memberi pencerahan, semangat, menghidupkan, dan menumbuhkan. Seorang pemimpin yang menguasai sifat matahari harus senantiasa memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya dalam menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Energi positif seorang pemimpin dapat memberi petunjuk dan solusi atas masalah yang dihadapi pengikutnya.

Kedua: Kadya Candra (Seperti Bulan) 


Maksudnya bahwa seorang pemimpin harus menciptakan suasana keteduhan, tenang, rukun, tentram cinta, sabar, dan indah. Seorang pemimpin yang belajar dari sifat rembulan harus senantiasa mengayomi anak buahnya, memperlakukan mereka dengan baik, memberikan penerangan dan membimbing rakyatnya yang berada dalam kegelapan.

Selain memperhatikan harkat dan martabat pengikutnya, seorang pemimpin juga harus menjadi penuntun dan memberikan pencerahan bagi sesama, sehingga hidup dapat berjalan dalam tentram dan penuh cinta kasih. 

Ketiga: Kadya Kartika (Seperti Bintang) 


Maksudnya bahwa seorang pemimpin haruslah bisa menjadi pembimbing, dan dapat dijadikan teladan bagi rakyatnya. Dalam kehidupan sehari-hari, bintang memang dapat menjadi pedoman bagi mereka yang kehilangan arah, sehingga keberadaannya dibutuhkan oleh manusia.

Dalam kaitannya dengan hal ini, seorang pemimpin harus belajar bertindak seperti halnya bintang yang bisa menjadi pedoman perilaku bagi rakyatnya, menjadi teladan serta panutan bagi masyarakatnya.

Keempat: Kadya Samirana (Seperti Angin) 


Maksudnya bahwa meski tanpa harus selalu menonjolkan dirinya, seorang pemimpin harus selalu bisa mengisi ruang yang kosong, masuk ke dalam jurang paling dalam dan memberikan nafas bagi kehidupan. Pemimpin yang menguasai sifat angin haruslah selalu berperan bagi rakyatnya, menghidupkan suasana, setiap perkataannya harus selalu disertai dengan argumentasi serta dilengkapi data dan fakta.

Dengan demikian, pemimpin yang menguasai sifat angin ini akan selalu melakukan check and recheck sebelum berbicara atau mengambil keputusan.

Kelima: Kadya Tirta (Seperti Air) 


Maksudnya bahwa seorang pemimpin harus bertindak layaknya air, dimana air mengalir selalu ke bawah. Ia yang di atas harus berlaku adil dan jujur, luwes, dan dapat menyelaraskan dengan keadaan. Laksana air yang bisa meresap ke dalam lubang terkecil dan memiliki sifat membersihkan, seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan siapapun. Selain itu, pemimpin juga harus selalu memperhatikan potensi, kebutuhan dan kepentingan pengikutnya, bukan semata mengikuti kebutuhan dirinya sendiri.

Keenam: Kadya Dahana (Seperti Api) 


Maksudnya bahwa seorang pemimpin haruslah mempunyai sifat tegas dan siap untuk menghukum siapa saja yang berbuat salah atau melanggar hukum tanpa pandang bulu. Selain itu, seorang pemimpin yang menguasai sifat seperti api maka ia harus cekatan dan bertindak tuntas dalam menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi. Ia juga mesti selalu konsisten dan objektif dalam menegakkan aturan, tegas, tidak pandang bulu dan objektif, serta berlaku adil tidak memihak.

Ketujuh: Kadya Samodra (Seperti Samudra) 


Maksudnya bahwa seorang pemimpin harus mempunyai wawasan luas dan pikiran yang dalam, dapat menemukan solusi dari mana saja dan memiliki sifat dinamis. Artinya, seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan hati dan pandangan, serta dapat menampung semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan pengertian terhadap rakyatnya. Ibarat luas dan dalamnya samudra, pemimpin memang sudah seharusnya memiliki wawasan yang luas dan dalam. 

Kedelapan: Kadya Bantala (Seperti Bumi) 


Maksudnya bahwa ibarat bumi, seorang pemimpin haruslah bisa menjadi tempat berpijak dan bersatunya orang banyak, tanpa membedakan satu dengan lainnya. Selain itu, ia juga harus bisa memberikan kesejahteraan bagi orang banyak tanpa pamrih atau mengharap imbalan. Seperti halnya ibu pertiwi yang mengayomi putra-putrinya, seorang pemimpin juga harus mampu memelihara, menjadi pengasuh, pemomong, dan pengayom bagi rakyat yang berada di bawah kekuasaannya. 

Itulah penjabaran singkat dari wejangan yang keluar dari mulut Prabu Rama Wijaya, tidak lain dia adalah perwujudan titisan dari Bathara Wisnu. Kedelapan wejangan tersebut merupakan kutipan atau cuplikan adegan dari epos atau wiracarita Ramayana yang sudah dikenal umum sejak puluhan abad lalu. Epos ini sendiri berasal dari budaya Hindu di kaki pegunungan Himalaya yang kemudian menyebar hingga pulau Jawa dan tumbuh menjadi bagian dari budaya Jawa lewat kesenian wayang.

Wejangan berupa delapan perilaku dalam hasthabrata ini semuanya tertuju kepada 8 unsur alam di atas, dimana kesemua unsur alam tersebut mempunyai kegunaan dan manfaat bagi manusia, bahkan makhluk hidup secara keseluruhan.

Unsur-unsur alam tersebut dalam memberikan manfaat sama sekali tidak pilih kasih atau diskriminasi. Matahari saat memberikan cahayanya tidak hanya diberikan kepada bangsa tertentu, rembulan juga tidak hanya memberikan penerangannya kepada agama tertentu, begitu seterusnya.

Ajaran "Hastha Brata" memberikan pegangan kepada setiap orang yang mendapatkan amanah kepemimpinan, baik itu dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun negara agar belajar kepada delapan sifat luhur dari unsur-unsur alam tersebut.

"Hasthabrata" memberikan piwulang atau pelajaran kepada seorang pemimpin atau bahkan semua orang agar mau mengayomi seperti halnya mentari, bulan, bintang, angin, air, api, laut dan bumi. Kiranya itulah inti atau saripati dari ajaran "Hastha Brata". Demikian, semoga bermanfaat. 

Labels: Seni Budaya

Thanks for reading Wejangan Ajaran Hastha Brata Bagi Seorang Pemimpin. Please share...!

0 Komentar untuk "Wejangan Ajaran Hastha Brata Bagi Seorang Pemimpin"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.