Keunikan Bahasa Ngapak (Banyumasan) Beserta Contohnya


Bocah ngapak
via screenshot youtube/ Rendra Polapike

Pada artikel terdahulu, pernah saya ulas mengenai asal usul perkembangan bahasa Ngapak di sebagian masyarakat Jawa (baca: Asal Usul Bahasa Ngapak dan Keunikannya). Nah, pada artikel kali ini, saya akan coba ulas mengenai keunikannya dibanding dengan bahasa jawa pada umumnya.

Seperti pernah saya singgung di artikel sebelumnya, Bahasa Jawa Ngapak atau Logat Banyumasan ditengarai merupakan logat bahasa Jawa tertua yang pernah digunakan.

Hal ini ditandai dengan beberapa kata dalam bahasa Kawi/Sansekerta (nenek moyang dari bahasa Jawa) yang masih dipakai dalam logat Banyumasan seperti rika (jw = kowe, Ind = kamu), juga kata inyong yang berasal dari igong serta pengucapan vokal a yang utuh tidak seperti å (baca a tipis/miring), yang menjadikan pengucapan dialek Banyumasan masih seperti halnya bahasa Sansekerta.

Sebelum terkena pengaruh dari keraton/kerajaan, bahasa Jawa hampir tidak ada perbedaan antara krama inggil dan ngoko. Namun setelah masuknya masa kerajaan-kerajaan Jawa, maka bahasa Jawa pun mengalami penghalusan, yaitu menjadi bahasa untuk dipakai rakyat biasa dan dipakai oleh keluarga kerajaan, dimana keduanya dibedakan pengucapannya walaupun maknanya sama.

Krama (inggil/madya) merupakan bahasa jawa tingkatan paling tinggi karena paling halus, sopan atau formal. Penggunaannya untuk berbicara kepada orang yang lebih tua atau dihormati. Sedangkan ngoko (alus/lugu) merupakan bahasa jawa sehari-hari yang penggunaannya santai, untuk berbicara kepada orang yang lebih muda, sebaya, atau memiliki keakraban.

Adapun bahasa Jawa logat Ngapak atau Banyumasan mempunyai ciri khas sendiri yang membuatnya unik dan berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya. Salah satu di antaranya yaitu berupa pengucapan pada vokal a yang diucapkan utuh bukan å (baca a tipis) seperti kebanyakan logat bahasa jawa umumnya.

Logat ngapak atau Banyumasan juga mempunyai penekanan huruf-huruf dengan lebih jelas atau lebih tebal, contohnya seperti huruf k di akhir kata yang dibaca mendekati huruf g, huruf p mendekati b, akhiran ki menjadi ti (cth: goleki menjadi goleti), huruf l yang pengucapannya tebal dan lain sebagainya.

Ada juga beberapa partikel tambahan yang biasa dijadikan ciri logat ngapak banyumasan lainnya seperti lah, yuh, la, thok, aring, baén, géh, giyéh, baé, tuli, tulin, teli, acan, dan lain sebagainya.

Pada masa kini, bahasa Jawa logat ngapak ini mungkin sebetulnya tergolong bahasa ngoko dalam penggunaannya, dimana lebih banyak dipakai untuk percakapan sehari-hari (bahasa pergaulan) oleh khalayak umum, teman akrab, seumuran, atau sesama anak-anak. Sedangkan untuk bahasa pergaulan dengan orang tua atau orang yang dihormati, maka bahasa yang dipakai tidak berbeda jauh dengan krama inggil bahasa Jawa pada umumnya.

Jadi bisa dipahami bahwa meski masyarakat berbahasa Ngapak mempunyai gaya berbicara apa adanya, cablaka, atau juga biasa disebut blakasuta, namun dalam hal unggah-ungguh mereka tetap menggunakan bahasa sopan-santun yakni menggunakan krama inggil seperti bahasa Jawa pada umumnya. Meski begitu, memang tidak bisa dipungkiri mungkin ada sebagian wilayah dimana masyarakatnya berbahasa ngapak namun tidak bisa menggunakan krama inggil. 

Ora ngapak ora kepenak
via screenshot youtube/ Agus Kurniawan

Wilayah pemakai bahasa Ngapak atau logat Banyumasan meliputi sebagian besar eks karesidenan Banyumas (Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara) dan beberapa daerah yang berbatasan dengan wilayah Banyumas seperti Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Bumiayu/Brebes dan Pengandaran.

Pada beberapa wilayah, logat Banyumasan juga menjadi beberapa dialek unik seperti dialek Tegal yang lebih ke gaya pesisir, atau dialek Cirebon yang merupakan bahasa Banyumasan yang bercampur/terpengaruh dengan Bahasa Sunda.

Selain itu, dialek Ngapak di beberapa wilayah tersebut juga ada kalanya memiliki sedikit perbedaan yang menjadi ciri khas bahasa ngapak di daerah tersebut. Jadi bisa dikatakan meski sama-sama ngapak, namun ngapaknya orang Banyumas mungkin ada sedikit perbedaan dengan ngapaknya orang Cilacap, Kebumen, Brebes, dan sebagainya.

Berikut ini beberapa contoh kosa kata Bahasa Ngapak dan Perbedaannya

Banyumasan (Ngapak) Jawa (Bandék) Bahasa Indonesia
sarap, nyarap, sémék mangan, sarapan makan pagi, sarapan
madhang, mindho mangan makan siang
nyoré mangan bengi makan malam
kencot ngelih, luwé lapar
rika, ko sampeyan, kowé kamu
nyong, inyong, enyong aku aku, saya
baén, baé waé, aé aja, saja
kepriwé, kepribén, keprimén piyé, kepriwé gimana, bagaimana
kan, sekang saka dari
kiyé iki ini
kuwé iku itu
égin, mégin esih, isih masih
téyéng, télés iso, bisa bisa
dhisit, dhingin, giri dhisik dulu
dhimin, gimin dhisik dulu
maén apik, sip baik, bagus
acan babar blas (belum) sama sekali
entong, enténg enték habis
gigal, rogol tiba, ceblok jatuh
katisen kadhemen kedinginan
semriwing isis sejuk, angin, semilir
gasik esuk-esuk, cepet lebih pagi/cepat
gethak, keplak jithak keplak jitak
lebuh, awu bledug debu
budin, boléd téla pohung singkong
cengis lombok rawit cabe rawit
gandhul katés pepaya
nyigit (mangan cengis) mangan lombok makan cabai rawit mentah
ngajog getun menyesal
bebeh aras-arasen males
jimot, jiyot jupuk ambil
nclekamin pisan enak banget, nikmat banget, sip banget enak sekali, nikmat sekali
mboké, biyung si mbok ibu
mbekayu mbakyu, mbak kakak perempuan

Labels: Info & Sains, Mozaik

Thanks for reading Keunikan Bahasa Ngapak (Banyumasan) Beserta Contohnya. Please share...!

0 Komentar untuk "Keunikan Bahasa Ngapak (Banyumasan) Beserta Contohnya"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.