Godaan duniawi memang sering kali membuat sebagian orang gelap mata dalam mempertahankan kekayaan yang dimilikinya. Tidak jarang, antar tetangga saling bertikai karena memperebutkan sesuatu yang masing-masing merasa menjadi haknya.
Sebagai seorang Muslim, penting bagi kita untuk senantiasa mematuhi akan perintah agama, salah satunya yaitu dengan tidak mengambil apa yang bukan menjadi milik kita, karena itu haram hukumnya.
Beberapa waktu lalu, saya mendengarkan sebuah kisah menarik dari pengajian yang diputar di salah satu stasiun radio di kota saya. Kisah ini menceritakan tentang salah seorang sahabat Nabi yang selalu buru-buru pergi setiap usai menjalankan shalat shubuh berjamaah bersama Nabi.
Setelah ditelusuri, ternyata ada alasan mengapa ia melakukan itu. Seperti apa kisahnya?. Berikut kami sajikan untuk anda.
Di zaman Rasulullah SAW, tersebutlah salah seorang sahabat Nabi bernama Abu Dujanah. Dia adalah seorang Muslim yang taat kepada agamanya, serta selalu menyertai Nabi kala berjihad di jalan Allah.
Suatu ketika, didapati bahwa setiap usai menjalankan shalat shubuh berjamaah bersama Nabi, Abu Dujanah selalu terburu-buru pulang ke rumahnya tanpa menunggu Rasulullah SAW selesai memanjatkan doanya. Hal ini terjadi beberapa kali hingga menimbulkan tanda tanya di kalangan para sahabat.
Pada suatu waktu, Rasulullah SAW akhirnya berkesempatan untuk menanyakan langsung kepada Abu Dujanah perihal tindakannya tersebut:
"Apakah engkau tidak punya permintaan yang perlu engkau sampaikan kepada Allah sehingga engkau tidak pernah menungguku hingga selesai berdoa?. Kenapa engkau buru-buru pulang seperti itu? Ada apa gerangan?", tanya Rasulullah kepada Abu Dujanah.
"Anu Rasulullah, saya punya satu alasan", jawab Abu Dujanah.
"Apa alasanmu? Coba kau jelaskan!” pinta Rasulullah SAW. Abu Dujanah kemudian menjelaskan:
"Begini Ya Rasul, kebetulan rumah kami berdampingan persis dengan rumah seorang laki-laki tetangga kami. Nah, di atas pekarangan rumah milik tetangga kami ini berdiri menjulang sebuah pohon kurma yang dahannya menjuntai hingga ke rumah kami. Setiap kali angin bertiup di malam hari, kurma-kurma tetanggaku tersebut berjatuhan dan mendarat di rumah kami",
"Ya Rasul, keluarga kami bukanlah orang berada. Anakku kurang makan bahkan sering kelaparan. Saat mereka bangun, apa pun yang mereka dapat itulah mereka makan. Oleh karenanya, saya bergegas langsung pulang setiap usai shalat sebelum anak-anak kami terbangun dari tidurnya. Kami kumpulkan kurma-kurma milik tetangga kami yang berceceran di depan rumah kami dan kemudian kami serahkan kepada pemiliknya".
"Suatu waktu, saya agak terlambat pulang sehingga salah seorang anakku sudah terlanjur makan kurma hasil temuannya. Saya bahkan menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri anakku sedang mengunyah kurma basah yang ia pungut dari kurma milik tetangga kami yang jatuh di depan rumah kami semalam".
"Melihat hal itu, saya kemudian memasukkan jari-jari tanganku ke dalam mulut anakku untuk mengeluarkan kurma yang sudah ia makan. Saya katakan kepadanya, "Nak, janganlah engkau permalukan ayahmu ini di akhirat kelak".
Anakku pun menangis. Tampak air mengalir dari kedua pasang kelopak matanya sembari menahan rasa lapar yang kian sangat".
"Saya katakan juga kepada anakku itu, 'Hingga nyawamu lepas pun, aku tidak akan rela meninggalkan harta haram di dalam perutmu. Seluruh isi perut yang haram itu akan kukeluarkan dan akan kukembalikan bersama kurma-kurma lainnya kepada pemiliknya".
Mendengar cerita Abu Dujanah, pandangan mata Rasulullah SAW pun berkaca-kaca. Tampak butiran air mata mulianya berderai begitu derasnya.
Rasulullah SAW kemudian mencoba mencari tahu siapa sebenarnya pemilik pohon kurma sebagaimana diceritakan oleh Abu Dujanah. Ternyata diketahui bahwa pemilik pohon kurma tersebut adalah seorang laki-laki munafik tetangga Abu Dujanah.
Baginda Rasul pun kemudian mengundang pemilik pohon kurma tersebut dan berkata kepadanya:
"Bisakah tidak jika aku meminta engkau untuk menjual pohon kurma yang kau miliki itu? Aku akan membelinya dengan sepuluh kali lipat dari pohon kurma itu sendiri. Pohonnya terbuat dari batu zamrud berwarna biru, disirami dengan emas merah, dan tangkainya dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari cantik jelita sesuai dengan hitungan buah kurma yang ada", Demikian tawar Rasulullah, maksudnya adalah balasan di surga kelak.
Lelaki yang dikenal sebagai orang munafik ini lantas menjawab dengan tegas, "Saya tidak pernah berdagang dengan memakai sistem jatuh tempo. Saya juga tidak mau menjual apa pun kecuali dengan uang kontan dan tidak pakai janji kapan-kapan".
Di tengah usaha tawar-menawar ini, tiba-tiba datanglah Abu Bakar as-Shiddiq RA dan kemudian berkata kepada Sang pria munafik, "Baiklah kalau begitu, aku beli pohon kurmamu itu dengan sepuluh kali lipat dari tumbuhan kurma milik Fulan yang varietasnya tidak ada di kota ini (lebih bagus jenisnya)".
"Oke, ya sudah, aku jual pohon kurma itu kepada anda", kata Sang pria munafik dengan girangnya. Abu Bakar pun menyahut, "Bagus, aku beli pohon kurma itu".
Setelah sepakat, Abu Bakar pun menyerahkan pohon kurma yang baru dibelinya tersebut kepada Abu Dujanah seketika. Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Hai Abu Bakar, aku yang menanggung gantinya untukmu". Mendengar sabda Nabi ini, Abu Bakar gembira bukan main. Begitu pula dengan Abu Dujanah.
Waktu pun berlalu, sang pria munafik pulang dan menceritakan apa yang baru saja terjadi kepada istrinya. Dengan bangganya ia berkata, "Aku telah mendapat untung banyak hari ini. Aku dapat sepuluh pohon kurma yang lebih bagus. Padahal kurma yang aku jual itu masih tetap berada di pekarangan rumahku. Aku tetap yang akan memakannya lebih dahulu dan buah-buahnya pun tidak akan pernah aku berikan kepada tetangga kita itu sedikit pun".
Malam harinya, saat si munafik tidur dan bangun di pagi harinya, atas kuasa Allah pohon kurma yang tadinya masih berada di pekarangan rumahnya tiba-tiba telah berpindah posisi menjadi berdiri di atas tanah milik Abu Dujanah. Bahkan seolah-olah tak sekalipun tampak kalau pohon tersebut pernah tumbuh di atas tanah si munafik. Tempat asal pohon itu pun tumbuh rata dengan tanah. Si pria munafik dibuat keheranan tiada tara. Apa boleh buat, itulah balasan bagi orang dzalim.
Dari kisah di atas, kita dapat mengambil banyak pelajaran akan pentingnya sebuah kehati-hatian dalam menjaga diri dan keluarga agar terhindar dari mengkonsumsi barang-barang haram yang bukan menjadi hak kita. Jika hal ini bisa kita lakukan, insya Allah akan ada balasan setimpal kita dapatkan, baik itu kita terima di dunia atau pun di akhirat kelak.
Sekedar tambahan, Abu Dujanah atau bernama lengkap Simak bin (Aus bin) Kharasyah bin Laudzan adalah salah seorang sahabat Nabi dari kaum Anshar dari kabilah Bani Sa'idah. Beliau pernah ikut serta dalam Perang Badar, Uhud dan perang-perang lainnya bersama Nabi SAW.
Abu Dujanah tergolong seorang sahabat yang militan karena tidak pernah lepas dari Nabi SAW bahkan pada Perang Uhud sekalipun saat kaum Quraisy mendapatkan kemenangan.
Sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Dujanah gugur sebagai syahid dalam perang Yamamah saat melawan Musailamah al-Kadzdzab (Nabi palsu). Demikian. Wallahu A'lam. (Diolah dari berbagai sumber)
Labels:
Kisah Hikmah
Thanks for reading Kisah Abu Dujanah, Pohon Kurma dan Pria Munafik. Please share...!
0 Komentar untuk "Kisah Abu Dujanah, Pohon Kurma dan Pria Munafik"
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.