Sejarah telah mencatat mengenai hubungan bangsa Hindustan (India) dengan masyarakat Nusantara yang telah berlangsung sejak dahulu kala. Banyak aspek budaya India yang telah diserap oleh bangsa ini seiring dengan masuk dan berkembangnya ajaran Hindu-Budha di tanah Nusantara pada masa lalu. Kisah Epos Ramayana dan Mahabharata telah menjadi bukti di antara sekian banyak pengaruh budaya India yang telah diserap bangsa Indonesia, dimana keberadaannya tetap dilestarikan saat masuknya Islam di negeri ini lewat seni pewayangan.
via makalahirfan.blogspot.com |
Kepulauan Nusantara memang menjadi jembatan penghubung antara dua benua, karena terletak dalam jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yakni India dan China. Meski begitu, J. C. Van Leur dan O. W. Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang antara India dengan Nusantara lebih dulu berkembang daripada hubungan dagang antara Nusantara dengan Cina. Para ahli bahkan berpendapat bahwa hubungan dagang antara Nusantara dengan India telah terjadi sejak zaman prasejarah.
Di India bagian selatan terdapat beberapa suku bangsa yang memiliki kesamaan ciri-ciri fisik dengan penduduk Nusantara, misalnya suku bangsa Parawar dan Shanar. Orang-orang Parawar sejak dulu dikenal sebagai penyelam mutiara di teluk Manar. Mereka juga menggunakan perahu bercadik, perahu khas bangsa bahari Austronesia yang digunakan dalam penjelajahan dan penyebaran mereka di Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Sedangkan suku Shanar kehidupan utamanya dari perkebunan kelapa, dimana konon pohon-pohon kelapa tersebut diperkirakan berasal dari Indonesia yang dibawa melalui Srilangka.
Pulau Emas dalam Kitab-Kitab Kuno
Di samping itu, wilayah kepulauan Nusantara juga banyak disebutkan dalam kitab-kitab kuno dari India. Dalam kitab Jataka yang berisi tentang kehidupan Sang Budha, disebutkan tentang Suvarnabhumi sebagai negeri yang memerlukan perjalanan jauh dan penuh bahaya untuk mencapainya. Istilah Suvarnabhumi ("Negeri Emas") memang umumnya dianggap mengacu kepada Semenanjung Asia Tenggara, termasuk Burma bawah dan Semenanjung Malaya. Namun terdapat istilah lainnya berkaitan dengan emas, yakni Suwarnadwipa ("Pulau Emas"), yang mungkin berhubungan dengan Kepulauan Indonesia, terutama Sumatra.
Selain itu, dalam kitab Ramayana juga disebutkan nama Yawadwipa yang diperkirakan adalah pulau Jawa. Pulau Jawa dalam Kitab karangan Walmiki dari era 500 tahun sebelum masehi ini dianggap sebagai sebuah wilayah di seberang laut yang sangat asing dan jauh dari India. Dikisahkan bahwa tentara kera yang bertugas mencari Sinta di negeri-negeri sebelah timur telah memeriksa Yawadwipa yang dihias oleh tujuh kerajaan. Pulau ini adalah "pulau emas dan perak". Di samping itu, kitab ini juga menyebutkan nama Suwarnadwipa yang berarti "pulau emas". Suwarnadwipa memang kemudian dipergunakan untuk menyebutkan nama dari pulau Sumatera.
Berkaitan dengan sebutan pulau emas, sebuah sumber dari Barat, kitab Geographike Hyphegesis, berisi petunjuk cara-cara membuat peta, ditulis oleh Claudius Ptolomeus, seorang Yunani di Iskandaria pada abad ke 2 Masehi juga pernah menyebutkan nama-nama tempat yang berhubungan dengan emas dan perak. Tempat-tempat tersebut adalah Argyre Chora (negeri perak), Chryse Chora (negeri emas), dan Chryse Chersonesos (semenanjung emas). Kitab ini menyebutkan pula nama Labadiou (pulau jelai).
Ywa dalam bahasa Sanskerta berarti jelai, sedangkan Diou dalam bahasa Pakrit adalah diwu dan dwipa dalam bahasa Sanskerta yang artinya pulau. Jadi, yang dimaksud dengan labadiou adalah Yawadwipa yang besar kemungkinan adalah pulau Jawa. Dalam prasasti Canggal berangka tahun 654 Saka atau tahun 732 Masehi, pulau Jawa juga disebut dengan nama Yawadwipa. Dalam bait-baitnya, prasasti Canggal juga menyebutkan mengenai pujian kepada pulau Yawa (Jawa) yang subur dan banyak menghasilkan gandum atau padi dan kaya akan tambang emas.
Motivasi Kedatangan Bangsa India ke Nusantara
Motivasi utama kedatangan orang-orang India ke wilayah Nusantara adalah untuk berdagang. Menurut Van Leur, barang-barang yang diperdagangkan pada masa itu adalah barang-barang bernilai tinggi seperti logam mulia, perhiasan, berbagai jenis tenunan, barang-barang pecah belah, bahan-bahan baku untuk berbagai kerajinan, bahan-bahan ramuan untuk wangi-wangian, obat dan sebagainya.
Selain itu, tentang berpindahnya minat para pedagang India ke daerah timur, Coedes menjelaskan bahwa menjelang awal tarikh Masehi, India kehilangan sumber emas yang utama, yaitu Siberia. Sebelumnya emas didatangkan oleh para kafilah dari Siberia melalui Baktria. Akan tetapi, gerakan berbagai bangsa di Asia Tengah telah memutuskan jalan-jalan kafilah dari utara itu. Sebagai gantinya, India mengimpor mata uang emas dalam jumlah besar dari Romawi. Usaha ini kemudian dihentikan oleh Kaisar Vespasianus (69-79) karena mengalirnya emas ke luar negeri ternyata telah membahayakan ekonomi negara sehingga hal ini mendorong para pedagang India untuk mencari emas di daerah lain dan sampailah mereka ke tanah Nusantara.
Selain emas, barang-barang lain yang diperdagangkan dari Nusantara berupa kayu cendana dan cengkeh dari wilayah Nusantara bagian timur. Dalam kitab Raghuvansa karangan Kalidasa, menurut para ahli hidup sekitar tahun 400 Masehi, disebutkan tentang lavanga (cengkeh) yang berasal dari dvipantara. Wolter percaya bahwa yang dimaksud dengan dvipantara adalah kepulauan Nusantara (dwipa = nusa = pulau). Dalam perkembangan berikutnya, kehadiran orang-orang India di wilayah kepulauan Nusantara ternyata juga turut berpengaruh besar pada perkembangan budaya di negeri ini, khususnya dalam proses penghinduan dan berdirinya beberapa kerajaan besar Hindu di Nusantara. (diolah dari berbagai sumber)
Labels:
Sejarah
Thanks for reading Awal Mula Hubungan India dan Nusantara Pada Masa Lalu. Please share...!