Kumpulan Paribasan Jawa dan Maknanya (A - I)



Seperti halnya istilah peribahasa dalam bahasa Indonesia, paribasa Jawa bisa dipahami sebagai pepatah yang mengandung aturan-aturan berperilaku, prinsip, atau nasihat tentang kehidupan ala orang jawa. Paribasa jawa dibentuk dan diciptakan dengan satu ikatan bahasa yang padat, lugas dan jelas sehingga mudah dipahami maksudnya. Gaya penyampaiannya ada yang dilakukan secara lugas, menggunakan perbandingan, dan ada pula yang menggunakan perumpamaan.

orang jawa peribahasa

Sebagai salah satu kekayaan sastra budaya masyarakat jawa, banyak pesan-pesan bijak dan nilai-nilai positif di dalam paribasa jawa yang dapat kita jadikan sebagai pelajaran dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Meski susunan kalimatnya sedikit ringkas dan mudah dihafalkan, namun kandungan maknanya yang mendalam membuatnya tetap terjaga dengan baik, dituturkan secara turun temurun, dan masih kental dalam kehidupan masyarakat Jawa. 

Berikut ini kami sajikan kumpulan paribasa jawa beserta maksudnya yang kami nukil dan terjemahkan dari buku Kabeh Bisa Basa Jawa karya Dr. H. C. Sudi Yatmana dkk. Semoga ada manfaatnya. 


A

Adigang, adigung, adiguna : mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kepandaiannya.

Ana catur mungkur : tidak mau mendengarkan atau menghindari pembicaraan yang tidak baik.

Ana daulate ora ana begjane : hampir saja mendapat keberuntungan tapi tidak jadi.

Ana dina ana upa : jika mau giat bekerja pasti bakal mendapat rezeki.

Ana gula ana semut : tempat yang banyak rezekinya pasti banyak orang mengerubunginya.

Anak polah bapak kepradah : orang tua ikut kena getahnya akibat tingkah polah anak.

Ancik-ancik pucuking eri : selalu tidak tenang (khawatir, was-was) jika telah berbuat salah.

Anggayuh-gayuh luput : semua yang hendak direngkuh tidak ada yang jadi kenyataan. 

Anggenthong umos : orang yang tidak bisa menyimpan rahasia.

Angon mangsa : cari waktu yang baik. 

Arep jamure emoh watange : mau enaknya, tidak mau bersusah payah. 

Asu rebutan balung : berebut suatu barang yang sepele (remeh). 

Asu belang kalung wang : orang rendahan (kalangan bawah) tetapi kaya. 

Asu gedhe menang kerahe : orang berpangkat tinggi mesti lebih besar kuasanya. 

Asu marani gepuk : sengaja mendatangi bahaya. 

Ati bengkong oleh oncong : punya niat tapi tidak punya jalannya. 

B

Baladewa ilang gapete : hilang keluhuran (kekuasaan) nya

Banyu pinerang ora bakal pedhot : Perselisihan antar-saudara tidak akan menghilangkan hubungan saudara itu sendiri.

Bathang lelaku : bepergian jauh sendirian melewati jalan yang berbahaya. 

Bathok bolu isi madu : orang kalangan bawah tetapi kaya akan ilmu (pandai). 

Bebek mungsuh mliwis : orang pandai lawannya adalah orang pandai juga. 

Becik ketitik ala ketara : perbuatan baik dan buruk seseorang bakal kelihatan pada akhirnya. 

Belo melu seton : hanya ikut-ikutan saja, tanpa tahu maksudnya. 

Beras wutah arang mulih marang takere : suatu barang yang sudah rusak jarang bisa pulih kembali seperti sedia kala. 

Bidhung (mbidhung) apirowang : pura-pura menolong, tapi sebetulnya justru membuat rusuh. 

Balilu tan pinter durung nglakoni : orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang suatu hal, meskipun sering menjalaninya, masih kalah pandai dengan orang yang memiliki pengetahuan, meski tidak pernah menjalaninya.

Blaba wuda : karena saking dermawannya sampai-sampai hidupnya sendiri kesulitan. 

Blubuk oleh leng : punya niat tidak punya jalannya. 

Buru (mburu) uceng kelangan deleg : memburu barang remeh malah kehilangan barang berharga. 

Busuk ketekuk, pinter kablinger : orang pintar dan orang bodoh sama-sama apes. 

Buwang (mbuwang) tilas : menutupi kesalahannya dengan pura-pura tidak tahu perbuatan buruk yang dilakukannya. 

C

Car cor kurang janganan : bicara asal ceplas ceplos tanpa dipikir terlebih dulu. 

Cathok gawel : suka ikut campur padahal tidak diajak rembugan. 

Cebol nggayuh lintang : punya harapan yang mustahil bisa terlaksana. 

Cecak nguntal empyak : memiliki ambisi yang tidak seimbang dengan kekuatannya. 

Cedhak celeng boloten : berteman dekat dengan orang jahat bisa ikut ketularan berbuat jahat. 

Cedhak karo kebo gupak : dekat orang berbuat jahat bisa ketularan jahat. 

Cincing-cincing meksa klebus : tujuannya hendak berhemat, tapi akhirnya malah habis banyak. 

Ciri wanci lelahe ginawa mati : kebiasaan buruk yang tidak bisa hilang. 

Criwis cawis : banyak omong tetapi juga mampu bekerja dengan benar. 

Cuplak andheng-andheng, ora prenah panggonanane : orang atau barang yang bisa menyebabkan berbuat jelek sebaiknya disingkirkan. 

D

Dadia suket suthik nyenggut : tidak mau bertegur sapa karena saking jengkelnya menerima perlakuan buruk (menyakitkan) dari orang lain.

Dadi cuplak andheng-andheng : orang menjadi beban negara sebab kelakuannya. 

Dalan gawat becik disingkiri : orang yang sulit diajak negosiasi lebih baik tinggalkan saja. 

Derman golek momongan : sudah punya pekerjaan tetap tapi masih cari sampingan. 

Desa mawa cara, Negara mawa tata : setiap tempat punya cara dan aturan masing-masing. 

Dhalang kerubuhan panggung : suatu hal buruk dikatakan baik. 

Dhandhang diunekake kuntul, kuntul dionekake dhandhang : buruk dikatakan baik, dan baik dikatakan buruk. 

Dhemit ora ndulit, setan ora doyan : selalu diberi keselamatan, tidak ada yang mengganggu. 

Dhoyong-dhoyong aja rubuh : orang yang sering menemui kesulitan dalam pekerjaannya tapi bisa tanggap cepat jika mendapat sarana yang memadai. 

Dicuthatake kaya cacing : diusir dengan paksa. 

Dijuju kaya manuk : orang yang dicukupi semua kebutuhannya. 

Diwenehi ati ngrogoh ampela : sudah diberi malah minta lebih banyak. 

Dolanan ula mandi : orang yang sengaja mencari perkara. 

Dom sumurup ing banyu : mencari tahu rahasia orang lain dengan pura-pura menjadi temannya. 

Dudu berase ditempurake : menanggapi suatu percakapan tapi tidak sesuai temanya. 

Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan : meskipun orang lain (tidak ada hubungan darah), kalau mendapat kesusahan tetap akan dibantu. 

Duk sandhing geni : pergaulan pria dan wanita yang tidak ada batasnya. 

Durjana mati raga : durjana atau penjahat yang nekat berani mati.

Durniti karetna hadi : orang yang punya ilmu tapi tidak mau mengamalkan. 

Durung acundhuk acandhak : belum tahu duduk permasalahan tapi ikut cawe-cawe. 

Durung bisa ngaku becus : belum bisa mengaku bisa atau bodoh mengaku pintar. 

Durung ilang pupuk lempuyange : dianggap anak kecil, tidak ada faedahnya. 

Durung pecus keselak besus : belum cukup mampu sudah kepingin yang tidak-tidak. 

E

Emban cindhe emban siladan : pilih kasih, tidak adil, satu dan lainnya tidak sama bagiannya. 

Embat-embat celarat : bekerja dengan sangat hati-hati. 

Emprit abuntut bedhug : perkara remeh menjadi besar. 

Endhas gundul dikepeti : hidup sudah enak masih mendapat keberuntungan. 

Endhas pethak ketiban empyak : mendapat kesulitan bergonta-ganti.

Enggon welut didoli udhet : orang pandai dipameri kepandaian yang tidak seberapa, atau orang sedikit tahu pamer kepandaian kepada orang yang lebih tahu. 

Entek golek kurang amek : memarahi orang sampai sebegitunya. 

Entek jarake : habis kekayaannya.

Entheng tangane : ringan tangan atau senang membantu. 

Esuk dhele sore tempe : pendirian mudah berubah (goyah), tidak konsisten. 

Esuk-esuk nemu gethuk : datangnya rizki yang tidak terduga.

G

Gagak nganggo laring merak : orang kalangan bawah perilakunya seperti orang berkuasa. 

Gajah alingan suket teki : lahir dan batin yang sangat berbeda pasti akan ketahuan. 

Gajah marani wantilan : orang yang sengaja mencari perkara (masalah). 

Gajah ngidak rapah : orang yang menerjang larangannya sendiri. 

Gajah tumbuk, kancil mati tengah : orang berkuasa bertengkar dengan sesama orang berkuasa, orang kecil yang mendapat sengsara. 

Gambret singgang merkatak, ora ana sing ngundhuh : wanita yang punya banyak teman. 

Garang-garing : bicara seakan-akan orang kaya, tapi sebetulnya hidup kesulitan. 

Gawe buwana balik : nasib orang itu tidak tetap (bisa berubah). 

Gawe luwangan, ngurugi luwangan : mencari hutangan hanya untuk membayar hutang lainnya. 

Gedhang apupus cindhe : keadaan yang tidak bakal kesampaian. 

Gedhe dhuwur ora pangur : orang yang tidak tahu sopan-santun (tatakrama). 

Gedhe endhase : orang berwatak sombong. 

Geguyon dadi tangisan : kejadian menyenangkan berubah menjadi kejadian menyedihkan. 

Giri lusi, janma tan kena ingina : jangan sok menghina orang lain. 

Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh : meskipun pelan-pelan, tapi terlaksana maksudnya. 

Glundung suling : seorang pria kok tidak membawa harta ketika memulai hubungan dengan seorang wanita. 

Golek banyu bening : mencari pitutur yang baik. 

Golek-golek ketanggor wong luru-luru : maksud hati ingin mencari hutangan malah dimintai hutang. 

Golek karo epek-epek : ingin berdagang (usaha) tapi tidak punya sarananya (modal). 

Gondhelan poncoting tapih : seorang pria yang dikuasai istrinya. 

Greget-greget suruh : ingin marah, tapi tidak sampai hati. 

Gupak pulute ora mangan nangkane : ikut bersusah payah, tapi tidak ikut merasakan enaknya. 

I

Idhep-idhep nandur pari jero : berbuat baik tapi mengharapkan balasannya.

Idu didilat maneh : menarik pembicaraan (janji) yang sudah terlontarkan. 

Ilang jarake, kari jahile : hilang kepribadian buruk, tinggal kepribadian yang baik. 

Ilo-ilo ujaring wong tuwo : menjalankan petuah dari orang tua akan sering mendapat keberuntungan karena orang tua lebih berpengalaman. 

Iwak kalebu ing wuwu : mudah dibohongi.


Labels: Seni Budaya

Thanks for reading Kumpulan Paribasan Jawa dan Maknanya (A - I) . Please share...!

0 Komentar untuk "Kumpulan Paribasan Jawa dan Maknanya (A - I) "

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.