Merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya (baca: Kumpulan Paribasan Jawa dan Maknanya (A - I)), pada artikel kali ini akan kami lanjutkan uraian mengenai kumpulan peribahasa Jawa yang sarat akan aturan-aturan berperilaku, prinsip, atau nasihat tentang kehidupan ala orang jawa. Harapannya, semoga kita dapat mengambil pesan-pesan bijak dan nilai-nilai positif di dalamnya sebagai pelajaran dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Semoga bermanfaat.
J
Jagakake (njagagake) endhoge si blorok : mengandalkan hal-hal yang belum pasti atau belum jelas kapan datangnya.
Jajah (njajah) desa milang kori : menjelajah/ bepergian ke mana-mana (berbagai daerah).
Jalma angkara mati murka : mendapatkan celaka lantaran akibat angkara murkanya sendiri.
Jalma limpat seprapat tamat : cerdas dan terampil akan dapat menyelesaikan masalah.
Jalukan ora wewehan : senang meminta tapi tidak mau memberi.
Jangkrik mambu kili : gampang marah dan kurang perhitungan.
Janma tan kena kinaya ngapa : manusia tidak bisa dikira atau diterka.
Jaman iku owah gingsir : zaman itu akan berubah, silih berganti.
Jamur tuwuh ing sela : kejadian yang entah kapan kesampaiannya.
Jarit luwas ing sampiran : mempunyai kepandaian tapi tidak digunakan.
Jati ketlusuban luyung : kumpulan orang baik yang kemasukan orang jahat.
Jer basuki mawa beya : terwujudnya cita-cita atau harapan itu membutuhkan dana (biaya).
Jujul (njujul) wuwul : perkara yang menambah masalah menjadi semakin sulit.
Junjung (njunjung) ngentebake : pujian yang bermaksud untuk menghinakan/ menjatuhkan.
Jurang grawah ora mili : orang yang suka mengiyakan pekerjaan tapi tidak pernah dikerjakan.
K
Kacang ora ninggal lanjaran : anak biasanya akan meniru kebiasaan orang tuanya.
Kadang konang : mengaku saudara hanya pada yang kaya saja.
Kadang tunggal welat : saudara seayah seibu.
Kaedusan banyu sesiwur : mendapat bagian sedikit karena banyak dibagikan pada orang lain (hanya mendapat sisa).
Kakehan gludhug kurang udan : kebanyakan omong tapi tidak ada buktinya.
Kalah cacak menang cacak : tergantung keberuntungan, bisa kalah juga bisa menang.
Kandhang langit, kemul mega : orang yang tidak memiliki tempat tinggal.
Karna binandhung : hanya mendengar dari orang lain, tidak mendengar sendiri sumber beritanya.
Katon cepaka sewakul : disukai orang banyak.
Katoya rasa upaya : mudah tergoda rayuan manis.
Kawuk ora weruh marang slirane : mencari keburukan orang lain, tapi dirinya sendiri banyak cacat.
Kaya banyu karo lenga : orang yang tidak bisa rukun (selalu bermusuhan).
Kaya mimi lan mintuna : rukun, selalu menepati janji, sulit dipisahkan.
Kebanjiran segara madu : mendapat keberuntungan sangat besar.
Kebat kliwat gancang pincang : bekerja dengan tergesa-gesa hasilnya mesti tidak baik.
Kebo bule mati setra : orang pandai tapi tidak ada yang mendayagunakan.
Kebo ilang tombok kandhang : sudah kehilangan malah harus keluar biaya lagi.
Kebo kabotan sungu : orang yang hidupnya susah karena berat dalam menghidupi anak-anaknya (banyak beban hidup).
Kebo lumaku dipasangi : orang yang meminta pekerjaan kepada orang lain.
Kebo lumumpat ing palang : mengadili suatu perkara tanpa memakai aturan.
Kebo mulih menyang kandhange : orang atau barang yang hilang kembali pulang ke asalnya.
Kebo mutung ing pasangan : orang yang meninggalkan pekerjaannya karena merasa keberatan.
Kebo nusu gudel : orang tua meminta perlindungan kepada orang muda.
Kecik-kecik yen udhu : dalam musyawarah sudah lumrahnya kalau punya usul.
Kecocog ing carang landhep : mendapat cobaan yang lebih besar.
Kegedhen empyak kurang cagak : keinginan terlalu besar, tapi kurang kecukupan.
Kejugrugan gunung menyan/kembang : mendapat keberuntungan sangat besar.
Kekudhung walulang macan : Berbohong dengan cara meminta tolong pada orang yang dipercaya.
Kelacak kepathak : sudah tidak bisa mengelak lagi karena sudah terbukti.
Kemladheyan ngajak sempal : seperti benalu, ikut numpang tempat tapi justru membuat rusak.
Kenaa iwake aja buthek banyune : mewujudkan keinginan tanpa harus membuat keramaian.
Kencana katon wingka : walaupun tampan atau cantik tapi tidak disukai.
Kendel ngringkel, dhadag ora godak : mengaku berani dan pandai, ternyata sebenarnya penakut dan bodoh.
Kenes ora ethes : banyak omong tapi bodoh.
Keplok ora tombok : ikut senang-senang, tapi tidak mau ikut mengeluarkan dana.
Kere munggah bale : orang kecil yang dijadikan orang besar (naik derajatnya).
Kerot ora duwe untu : punya keinginan tapi tidak punya biaya.
Kerubuhan gunung : mendapat kesusahan yang sangat besar.
Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang : menemui bahaya yang tidak disangka-sangka.
Ketapang ngrangsang gunung : terlalu besar harapan, tapi mustahil bisa terlaksana.
Kethek saranggon : kumpulan orang-orang bejat (berperilaku buruk).
Ketula-tula ketali : selalu mendapat sengsara.
Klenthing wadah masin : suatu kebiasaan buruk, meski sudah berhenti tapi adakalanya bisa berbuat buruk lagi.
Kleyang kabur kanginan, ora sanak ora kadhang : orang yang hidup terlunta-lunta.
Kongsi jambul wanen : hingga usia sangat tua.
Kraket ing galar : orang yang miskin sekali.
Kriwikan dadi grojogan : perkara kecil menjadi besar.
Kuncung nganti gelung : dari kecil hingga dewasa.
Kulak warta adol rungu : mencari kabar penting.
Kementhus ora pecus : suka banyak omong tapi tidak ada apa-apanya.
Kurung munggah lumbung : pembantu yang diambil istri oleh majikan pemilik rumah.
Kuthuk nggendhong kemiri : mendapat penghargaan lewat jalan yang beresiko (bahaya).
Kutuk marani sunduk, ula marani gebuk : mendekat pada bahaya.
Kuwat drajat : bisa menjadi pemimpin.
L
Ladak kacengklak : orang angkuh mendapat musibah akibat kelakuannya sendiri.
Lahang karoban manis : tampan/cantik parasnya, luhur budinya pula.
Lambe satumang kari samerang : berkali-kali menasehati tapi tidak digugu.
Lanang kemangi : pria penakut.
Ledhang-ledhang nemu pedhang : mendapat keberuntungan tanpa disengaja.
Legan golek momongan : sudah hidup enak tapi malah cari pekerjaan yang berat.
Legine ngemut gula : orang yang diberi amanah menjaga barang (harta), tapi malah ingin memiliki barang tersebut.
Lobok atine : sabar, tidak mudah marah.
Lumpuh ngideri jagad : punya keinginan yang mustahil terwujud.
Lunyu ilate : omongannya tidak bisa dipercaya.
M
Madu balung tanpa isi : memperkarakan barang yang tidak berguna.
Maju tatu mundur ajur : perkara yang membuat jadi serba salah.
Mbalung usus : keinginan yang kadang meredup dan kadang meninggi (muncul).
Merangi tatal : mengusik hasil musyawarah yang sudah disepakati.
Mikul dhuwur mendhem jero : menjunjung tinggi nama baik/derajat orang tua.
Milih-milih tebu oleh boleng : akibat banyak pilihan malah akhirnya dapat yang jelek.
N
Nabok nyilih tangan : berbuat jelek dengan menyuruh/ menggunakan orang lain.
Nambung laku : pura-pura tidak tahu.
Nandur kabecikan, andhedher kautaman : berbuat baik kepada orang lain, pasti suatu saat akan mendapat balasannya.
Narima ing pandum : menerima (ridha) akan takdir pemberian Tuhan.
Ngadu wuleting kulit, atosing balung : adu kekuatan kanuragan dan kebatinan.
Ngagar metu kawul : menghasut orang supaya terjadi perselisihan.
Ngalasake negara : tidak patuh pada perintah (aturan) negara.
Ngalem legining gula : memuji kelebihan, kepandaian, atau kekayaan seseorang.
Ngantuk nemu gethuk : tidak bekerja tapi mendapat keberuntungan.
Ngebun-ebun enjang anjejawah sonten : melamar untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain.
Ngelekake wong picak : memberi pengertian pada orang yang belum berpengalaman.
Ngemping lara nggenjah pati : sengaja mencari masalah.
Ngenteni timbale watu item (ngenteni kereme prahu gabus) : menanti barang yang tidak bakal kesampaian.
Ngetutake kidang lumayu : memberi tahu pengertian yang sulit dipahami.
Nggedhekake puluk : orang yang hanya menuruti nafsu makannya.
Nggilut kawruh : mencari ilmu dengan mengerahkan segala kekuatan.
Ngingu satru ngelelemu mungsuh : punya musuh di dalam keluarga (seperti musuh dalam selimut).
Nglungguhi klasa gumelar : tinggal dapat enaknya tanpa ikut bersusah payah.
Nglurug tanpa Bala, Menang tanpa Ngasorake : menang tanpa prajurit, unggul tanpa mengalahkan.
Ngontrakake gunung : orang rendahan bisa mengalahkan orang berkuasa hingga membuat kaget banyak orang.
Ngrusak pager ayu : merusak atau mengganggu istri orang lain.
Nguthik-uthik macan dhedhe : membuat orang marah/ memancing kemarahan orang lain.
Nguyahi segara : memberi pada orang kaya/ tidak ada manfaatnya.
Nir daya nir wikara : kehilangan kesadaran batin, kewaspadaan dan kekuatan.
Nrajang grumbul ana macane : seorang wanita pasrah jiwa raganya pada orang yang sudah beristri.
Nucuk ngiberake : sudah diberi suguhan, pulangnya membawa oleh-oleh.
Numbak tambuh, nambong laku : orang yang tahu suatu kejadian, tapi pura-pura tidak tahu.
Nututi layangan pedhot : mencari barang yang sudah hilang.
Nyambung watang putung : mendamaikan orang yang berselisih.
Nyangoni kawula minggat : memperbaiki barang yang sudah terlanjur rusak.
Nyilih ambalekake utang nyaur : orang berbuat buruk pasti bakal mendapat ganjarannya, bakal mendapat balasan lain akibat dari perbuatannya.
Nyolong pethek : meleset dari perkiraan.
Nyunggi lumpang kentheng : naik derajatnya tapi tidak mau mengeluarkan.
Labels:
Seni Budaya
Thanks for reading Kumpulan Peribahasa Jawa dan Maknanya (J - N) . Please share...!
0 Komentar untuk "Kumpulan Peribahasa Jawa dan Maknanya (J - N) "
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.