Dalam berbagai kebudayaan, peribahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Peribahasa biasa digunakan untuk menyampaikan pesan, nasehat, sindiran, dan teguran kepada orang lain lewat bahasa yang lumrah digunakan oleh masyarakat tersebut. Peribahasa juga biasa digunakan untuk memberikan teguran atau mengingatkan orang lain akan kesalahannya dengan susunan kata atau kalimat yang tidak menyinggung atau melukai perasaannya.
Artikel berikut ini merupakan bagian terakhir dari trilogi kumpulan paribasan Jawa dan Maknanya. Untuk anda yang belum membaca 2 bagian sebelumnya, silahkan bisa anda baca lewat link berikut ini:
O
Obah mamah : asal mau bekerja, rezeki pasti bakal datang.
Obah ngarep kobet mburi : lebih baik bersusah payah dulu, karena nantinya akan hidup enak.
Opor bebek mentas awake dhewek : lolos dari kesulitan yang dibuatnya sendiri.
Ora ana banyu mili mendhuwur : watak anak pasti biasanya meniru watak orang tuanya.
Ora ana kukus tanpa geni : kalau ada berita pasti ada kejadian (tidak ada akibat tanpa sebab).
Ora ana tekan wedi ing jeglogan : tidak ada orang yang senang mengumbar nafsunya takut pada bahaya.
Ora angon kosok : tidak tahu tempat (tidak selaras).
Ora ganja ora unus : buruk rupanya, juga buruk hatinya.
Ora kena diampu-ampu : orang yang tidak bisa dipaksa siapa pun.
Ora mambu enthong irus : bukan saudara, bukan kerabat (tidak memiliki hubungan sama sekali).
Ora tedheng aling-aling : orang jujur tidak takut pada orang lain.
Ora tembung ora lawung : mengambil tanpa minta izin dulu.
Ora uwur ora sembur : tidak mau ikut rembuk atau memberi bantuan sedikitpun.
Ora weruh ing lebuh : tidak tahu tata krama atau sopan santun.
Ora weruh marang kenthang kimpule : tidak tahu awal mula kejadiannya.
Othak athik didudut angel : katanya seolah mudah, setelah diseriusi ternyata sulit.
P
Padu jiwa dikanthongi : pintar omongan.
Palang mangan tandur : diberi kepercayaan tetapi malah disalahgunakan.
Pandengan karo srengenge : bermusuhan dengan orang berkuasa.
Pecruk tunggu bara : diberi mandat yang menjadi kesukaannya.
Peking abuntut merak : perkara sepele menjadi besar.
Pitik trondhol diumbar ing padaringan : orang jahat diberi kepercayaan menjaga barang berharga.
Punjul ing apapak : orang yang memiliki kemampuan lebih dari rata-rata.
Pupur sadurunge benjut : berhati-hati sebelum mendapat celaka.
Pupur sawise benjut : berhati-hati setelah terlanjur terjadi.
R
Raga tanpa mule : orang yang diuji oleh orang lain.
Rampek-rampek kethek : mendekat hanya untuk membuat kerugian (onar).
Rawe-rawe rantas, malang-malang putung : semua yang menghalang-halangi disingkirkan.
Rebut balung tanpa isi (rebut kemiri kobong) : Perselisihan akibat perkara sepele.
Renggang gula, kumepyur pulut : berteman dekat.
Rindhik asu digitik : diberi tugas pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya.
Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah : kerukunan menjadikan hidup sentosa, sedangkan pertikaian menjadikan kerusakan.
Rumangsa bisa nanging ora bisa rumangsa : merasa pintar tanpa berkaca pada diri sendiri.
S
Sabegja-begjane kang lali, luwih begja wong sing tansah eling lan waspada : seberuntungnya orang lupa lebih beruntung orang yang selalu ingat dan waspada (berhati-hati).
Sadawa-dawane lurung, isih dawa gulung : kenyataan yang ditutupi, pada suatu saat bakal terkuak dan tersebar.
Sadulur sinawa wedi : persaudaraan atau pertemanan dekat.
Sadumuk bathuk sanyari bumi : perselisihan sampai nyawa taruhannya (dipertahankan sampai mati).
Sanadyan padhang mripate, nanging peteng atine : kelihatan senang padahal dirundung kesedihan.
Sandhing kebo gupak : berdekatan dengan orang jahat bisa ketularan jahat.
Sandhing kirik gudhiken : bergaul dengan orang jahat bisa ketularan menjadi jahat.
Sapa nandur ngundhuh : siapa suka menanam hal baik maka akan mendapatkan hasil baik.
Sapa sing salah bakal seleh : siapa yang salah bakal ketahuan.
Sepi ing pamrih, rame ing gawe : melakukan pekerjaan tanpa pamrih.
Satru munggwing cengklakan : musuh dalam ketiak (musuh yang masih bersaudara).
Sedhakep ngawe-awe : sudah berhenti berbuat jahat, tapi masih ingin mengulanginya lagi.
Sembur-sembur adas, siram-siram bayem : bisa terlaksana berkat doa orang banyak.
Sima bangga tanpa sarana : mengamuk tanpa sebab yang jelas.
Singidan nemu macan : bersembunyi tapi malah ketahuan atasannya.
Sumur lumaku tinimba : menawarkan ilmu supaya dicari dan dipelajari (ibarat guru mencari murid).
T
Tan milik tan nampik : tidak kepingin dan tidak menampik.
Tebu tuwuh socane : hal baik menjadi rusak karena ada yang mengacau.
Tebu sauyun : rukun sekali, sudah cocok pendapat dan kehendaknya.
Tega larane ora tega patine : persaudaraan jika mendapat sengsara tidak tega untuk memaksa.
Tega larane ora tega patine : persaudaraan jika mendapat sengsara tidak tega untuk memaksa.
Tengu ngadu gajah : orang kecil mengadu orang berkuasa.
Tekek mati ing ulane : mendapat celaka akibat perkataannya sendiri.
Tembang rawat-rawat, ujare bakul sinambewara : kabar yang belum pasti benar salahnya.
Thathit ngima uthit : penguasa yang suka pamer kekuasaannya.
Tigan kapit ing sela : orang yang tidak berdaya malah digencet orang berkuasa.
Timun jinara : perkara yang sangat mudah.
Timun wungkuk jaga imbuh : hanya dibuat dijaga-jaga kalau kurang.
Tinggal glanggang acolong playu : lari dari peperangan.
Tresnane anak sadepa, tresnane wong tuwa saklapa : cinta orang tua kepada anak tidak ada putusnya, tapi anak kadang lupa kepada orang tuanya.
Tumbak cucukan : orang yang suka mengadu domba.
Tulung (nulung) menthung : kelihatannya menolong tapi sesungguhnya membuat celaka. Atau versi lain 'ditulung menthung' : sudah ditolong malah dibalas membuat celaka.
Tumbu oleh tutup : pertemanan yang cocok sekali.
Tuna sathak bathi sanak : rugi harta tapi untung dalam persaudaraan.
Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati : keturunan orang besar (berkuasa) menjadi orang kecil (bawah), sebaliknya keturunan orang besar menjadi orang kecil.
Tunggal banyu : tunggal (satu) ilmu tunggal (satu) guru/seperguruan.
Tut Wuri Handayani : memberi kelonggaran, tapi juga memberi dorongan dan arahan baik.
U
Ula marani gebug : sengaja mendatangi bahaya.
Ulat madhep ati karep : sudah mantap niatnya.
Undhaking pawarta, sudaning kiriman : suatu kabar berita ternyata berbeda dengan kenyataannya.
Ungak-ungak pager arang : kelakuan yang memalukan..
Urip ing alam donya kaya wong mampir ngombe : hidup di dunia hanya sebentar.
Uyah kecemplung segara : orang melarat memberi sumbangan kepada orang kaya.
W
Wani ngalah dhuwur wekasane : berani mengalah pada akhirnya akan mendapat kuasa.
Wedi wewayangane dhewe : merasa takut karena pernah berbuat tidak baik.
Welas tanpa alis : merasa kasihan pada orang yang menjadikan sengsaranya.
Wis kebak sundukane : banyak sekali kesalahannya.
Wiwit kuncung nganti gelung : dari kecil hingga tua.
Wong pinter keblinger : meski pintar tapi kalah karena tidak hati-hati.
Y
Yitna yuwana lena kena : yang berhati-hati akan mendapat selamat, yang sembrono akan mendapat celaka.
Yiyidan munggwing rampadan : orang jahat berubah menjadi orang alim/baik.
Yoga anyangga yogi : murid menirukan ajaran dari gurunya.
Yuwana mati lena : orang baik mendapat celaka karena kurang hati-hati.
Yuyu rumpung mbarong ronge : rumahnya besar tapi sebetulnya miskin.
Itulah kumpulan peribahasa atau paribasan jawa yang kami urutkan kalimatnya dari huruf abjad A hingga Y. Tentunya ada banyak pengajaran yang dapat diambil dari peribahasa-peribahasa di atas. Semoga bermanfaat.
Labels:
Seni Budaya
Thanks for reading Kumpulan Paribasan (Peribahasa) Jawa dan Maknanya (O - Y) . Please share...!
0 Komentar untuk "Kumpulan Paribasan (Peribahasa) Jawa dan Maknanya (O - Y) "
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.