Perkembangan Islam Pada Masa Modern (1800-Sekarang)

Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai dari tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa pembaruan, jumlah penganut agama Islam juga berkembang pesat ke seluruh dunia dengan jumlah terbanyak terdapat di benua Asia dan Afrika. 

Pada awal masa pembaharuan, kondisi dunia Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke 20 M, dunia Islam bangkit memerdekakan negaranya dari penjajahan bangsa barat (Eropa). Pada masa pembaruan ini, muncul tokoh-tokoh pembaharu dan pemikir Islam di berbagai negeri Islam, di antaranya yaitu:

1. Muhammad bin Abdul Wahhab (Arab Saudi 1703-1787 M), seorang Ulama, penulis buku berjudul "Kitab At-Tauhid" yang mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid murni. Gerakan pemurnian ajaran Islam yang dilakukan oleh para pengikutnya ini dikenal juga dengan nama gerakan "Wahabi". 

2. Rifa'ah Badawi Rafi' At-Tahtawi (lahir di Tahta tahun 1801 dan wafat di Mesir), beliau menyerukan agar umat Islam dalam hidup di dunia ini tidak hanya mementingkan urusan akhirat saja, tetapi juga harus mementingkan urusan dunia agar umat Islam tidak dijajah oleh bangsa lain. 

3. Jamaluddin Al-Afghani (lahir di Asadabad tahun 1828 dan wafat di Istanbul tahun 1879 M), di antara pembaruan pemikiran yang dimunculkan beliau adalah:
  • Agar kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mampu menghadapi dunia modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran agamanya yang murni dan harus memahami Islam dengan rasio dan kebebasan. 
  • Jamaluddin menginginkan agar kaum wanita juga meraih kemajuan dan bekerja sama dengan pria untuk mewujudkan masyarakat Islam yang dinamis dan maju. 
  • Kepemimpinan otokrasi hendaknya diubah menjadi demokrasi. Menurut pendapatnya, Islam menghendaki pemerintah republik yang di dalamnya terdapat kebebasan mengemukakan pendapat dan kewajiban negara untuk tunduk kepada undang-undang. 
  • Ajarannya tentang Pan-Islamisme yakni persatuan dan kerjasama seluruh umat Islam harus diwujudkan. Karena persatuan dan kerjasama seluruh umat Islam sangat penting dan di atas segalanya. 

Selain tokoh-tokoh di atas, masih banyak lagi tokoh-tokoh pembaharuan Islam lainnya seperti Muhammad Abduh di Mesir (1849-1905 M), Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935 M), Sayid Ahmad Khan di India (1817-1898 M), dan Muhammad Iqbal di Pakistan (1876-1938 M). Untuk mengikat negara-negara Islam di seluruh dunia, pada Mei 1962 telah didirikan Rabithah Al-Alam Al-Islami (Muslim World League/ Liga Dunia Islam), sebuah organisasi islam internasional nonpemerintah yang tidak berpihak kepada suatu partai atau golongan dan mewakili umat Islam sedunia.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Pada masa pembaruan di masa modern, perkembangan ilmu pengetahuan juga mengalami kemajuan cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat di berbagai negara seperti Turki, India, dan Mesir. Sultan Muhammad II (1785-1839 M) dari kesultanan Turki Utsmani melakukan berbagai usaha agar umat Islam di negaranya dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha-usaha tersebut di antaranya yaitu:
  • Melakukan modernisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, dengan memasukkan kurikulum pengetahuan umum kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam (madrasah). 
  • Mendirikan Lembaga Pendidikan "Mektebi Ma'arif", untuk mencetak tenaga-tenaga ahli di bidang administrasi, juga membangun lembaga "Mektebi Ilumi Edebiyet", untuk menyediakan tenaga-tenaga ahli di bidang penterjemah. 
  • Mendirikan perguruan-perguruan tinggi di bidang kedokteran, militer, dan teknologi. 

Setelah kesultanan Turki dihapuskan pada tanggal 1 November 1923 M, dan Turki diproklamirkan sebagai negara berbentuk Republik dengan Presiden pertamanya Mustafa Kemal At-Turk, pendiri Turki Modern (1881-1938 M), maka kemajuan Turki di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi juga terus meningkat. 

Di India ketika masih dijajah inggris telah bermunculan para cendekiawan Muslim berpikiran modern, yang melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat melepaskan diri dari belenggu penjajah. Para Cendekiawan Muslim tersebut yaitu Syah Waliyullah (1703-1762 M), Sayid Ahmad Khan (1817-1898 M), Sayid Amir Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal (1873-1938 M), Muhammad Ali Jinnah (1876-1948 M), dan Abdul Kalam Azad (1888-1956 M). 

Setelah India dan Pakistan merdeka dari Inggris pada tahun 1947, umat Islam terbagi dua, ada yang masuk ke Republik Islam Pakistan dan ada juga yang tetap di India. Umat Islam di kedua negara tersebut terus berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar kualitas hidup mereka meningkat ke arah yang lebih maju. 

Sementara di Mesir, pemerintah Mesir juga melakukan berbagai upaya agar umat Islam dapat mengejar ketertinggalannya dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa. Muhammad Ali, penguasa Mesir tahun 1805-1849 M mengirim para mahasiswa untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi ke Prancis. 

Setelah kembali ke Mesir, mereka mengajar di berbagai perguruan tinggi, terutama di Universitas Al-Azhar. Karena yang belajar di Universitas Al-Azhar ini bukan hanya mahasiswa Islam dari Mesir, tetapi para mahasiswa dari berbagai negara dan wilayah Islam, maka ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan di Universitas Al-Azhar ini pun dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Islam. 

Al Azhar
Al-Azhar via pixabay

Selain Universitas Al-Azhar, di Mesir juga telah didirikan Universitas-Universitas lainnya dimana di dalamnya terdapat berbagai fakultas seperti kedokteran, farmasi, teknik, pertanian, perdagangan, hukum, dan sastra. Universitas-Universitas tersebut di antaranya yaitu Universitas Iskandariyah di kota Iskandariyah, Universitas Ainusyams di kota Kairo, Universitas Hilwan, Universitas Assiut, Umiversitas Suez, dan Universitas Amerika bernama "The American University in Cairo" (AUC) yang didirikan bagi orang Mesir dengan tenaga pengajar dari Amerika.

Perkembangan Kebudayaan


1. Arsitektur

Di Arab Saudi, Keberadaan Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah memang telah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Namun keadaan keduanya sekarang ini sudah jauh berbeda dalam artian bentuk fisiknya. Pada masa Nabi SAW masih hidup, kedua masjid ini tidak begitu luas dan bersifat sederhana. Namun sekarang, keadaan kedua masjid ini menjadi sangat luas dan merupakan bangunan yang begitu megah dan indah.

Selain di Arab Saudi, perkembangan arsitektur Islam juga dijumpai di negara-negara lain, terutama di negara berpenduduk mayoritas Islam. Misalnya di Turki sekarang ini memiliki tidak kurang dari 62.000 masjid dan pembangunan masjid mencapai 1.500 buah pertahun. Selain itu, telah dibangun lebih dari 2.000 unit sekolah Al-Qur'an. 

Selain arsitektur yang berfungsi melayani keagamaan, dibangun pula arsitektur yang berfungsi melayani kepentingan publik seperti bangunan-bangunan industri, pasar, jalan kereta api, jalan-jalan aspal antar kota, bandara, pelabuhan, dan lain sebagainya. 

2. Sastra

Para sastrawan yang muncul pada masa pembaruan di antaranya yaitu:
  • Muhammad Iqbal (1877-1938), beliau mengungkapkan filsafatnya dalam bentuk puisi dengan menggunakan bahasa Urdu dan Persi. Dari karya puisinya, yang penting adalah Asrari Khudi, di samping karya filsafatnya yang berjudul "The Reconstruction of Religious Thoughs in Islam". Beliau juga telah menulis beberapa prosanya dalam bahasa Inggris dan Arab. 
  • Mustafa Lutfi Al-Manfaluti (1876-1926), seorang sastrawan dan Ulama Al-Azhar (Mesir), termasuk pengarang cerita pendek bergaya semi klasik dan semi modern. 
  • Dr. Muhammad Husain Haekal (1888-1956), pengarang Mesir terkenal penulis Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW), sastrawan dan dianggap perintis karya sastra modern setelah novelnya yang berjudul Zainab terbit tahun 1914. Beliau juga banyak menulis kritik sastra dan cerita pendek. 
  • Jamil Sidqi Az-Zahawi (1863-1936), terkenal sebagai perintis sajak modern dan seorang penyair tua bernada keras dan dikenal sebagai pembela hak-hak wanita bersama-sama dengan Ma'ruf Ar-Rasafi (1877-1945).
  • Abdus Salam Al-Ujaili (lahir 1918), seorang sastrawan di Suriah yang juga seorang dokter medis, aktif dalam penulisan novel dan cerita pendek. 
  • Aisyah Abdurrahman, seorang peraih gelar doktor dalam sastra klasik, terkenal sebagai sastrawati, wartawati dan editor harian Al-Ahram Mesir. Beliau juga banyak menekuni Al-Qur'an, lalu menulis tafsir Al-Qur'an dari segi sastra. Selain Aisyah Abdurrahman, sastrawati lainnya yaitu Fatwa Tawqan dan Nazek Al-Malaikah (Palestina) serta Layla Ba'albaki (Lebanon).

3. Kaligrafi

kaligrafi di MAJT
via rainbows-house.com

Dalam bahasa Arab, kaligrafi disebut Khatt, yang dalam pengertian sehari-sehari berarti tulisan indah yang memiliki nilai estetis. Kaligrafi (khatt) kabarnya merupakan satu-satunya seni Islam yang murni dihasilkan oleh orang Islam, berbeda dengan seni Islam lainnya seperti seni lukis dan ragam hias lainnya yang terpengaruh unsur non-Islam. 

Kaligrafi terdiri dari bermacam-macam gaya antara lain enam macam gaya yang disebut Al-Aqlam As-Sittah (The Six Hands/Styles). Seni kaligrafi berkembang sangat cepat ke seluruh pelosok dunia, khususnya ke negara-negara dengan penduduk mayoritas Islam seperti Indonesia. Seni kaligrafi dipakai sebagai hiasan di masjid-masjid, penyekat ruang, dinding rumah, kotak penyimpanan perhiasan, alat-alat rumah tangga, dan lain-lain. Media yang digunakannya pun beragam yakni dari kertas, kain, kulit, kaca, emas, perak, tembaga, kayu, keramik, dan lain sebagainya.

Labels: Mozaik

Thanks for reading Perkembangan Islam Pada Masa Modern (1800-Sekarang). Please share...!