Sejarah Perumusan Teks Proklamasi dan Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Perumusan Teks Proklamasi dan Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
via shutterstock. 

Setelah Bung Karno dan Bung Hatta sempat dibawa ke Rengasdengklok oleh sekelompok pemuda, keduanya kemudian dikembalikan ke Jakarta usai terjadi kesepakatan antara golongan tua dan golongan muda mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Rombongan tiba kembali di Jakarta menjelang tengah malam tepat pada 16 Agustus 1945 pukul 23.30 waktu Jawa.

Setelah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta singgah di rumah masing-masing, rombongan kemudian menuju ke rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Hal itu disebabkan Laksamana Tadashi Maeda telah menyampaikan kepada Ahmad Subardjo bahwa ia akan menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. 

Sebelum mereka memulai merumuskan naskah proklamasi, terlebih dahulu Soekarno dan Hatta menemui Somubuco (Kepala Pemerintahan Umum) Mayor Jenderal Nishimura untuk menjajaki sikapnya mengenai proklamasi kemerdekaan. Mereka ditemani oleh Laksamana Maeda, Shigetada Nishijima, Tomegoro Yoshizumi, dan Miyoshi sebagai penerjemah. 

Pertemuan itu tidak mencapai kata sepakat. Nishimura menegaskan bahwa garis kebijakan Panglima Tentara Ke-16 di Jawa adalah “dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo (status politik Indonesia). Sejak tengah hari sebelumnya, tentara Jepang semata-mata sudah merupakan alat Sekutu dan diharuskan tunduk kepada Sekutu”. Berdasarkan garis kebijakan itu, Nishimura melarang Soekarno-Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangka proklamasi kemerdekaan. 

Sampailah Soekarno-Hatta pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang. Akhirnya, mereka hanya mengharapkan pihak Jepang tidak menghalangi pelaksanaan proklamasi yang akan dilaksanakan oleh rakyat Indonesia sendiri. Mereka kemudian kembali ke rumah Laksamana Maeda. Sebagai tuan rumah, Maeda mengundurkan diri ke lantai dua, sedangkan di ruang makan, naskah proklamasi dirumuskan oleh tiga tokoh golongan tua, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Subardjo. 

Peristiwa tersebut disaksikan oleh Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura, bersama dengan tiga orang tokoh pemuda yaitu Sukarni, Mbah Diro, dan B.M. Diah. Sementara itu, tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan muda maupun golongan tua menunggu di serambi depan. 

Perumusan Teks Proklamasi


Ir. Soekarno yang menuliskan konsep naskah proklamasi, sedangkan Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Kalimat pertama dari naskah proklamasi merupakan saran dari Mr. Ahmad Subardjo yang diambil dari rumusan BPUPKI, sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran dari Drs. Moh. Hatta. Hal itu disebabkan menurut beliau perlu adanya tambahan pernyataan pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignty). 

Pada 17 Agustus pukul 04.30 waktu Jawa, konsep naskah proklamasi telah selesai disusun. Selanjutnya, mereka menuju ke serambi depan menemui hadirin yang menunggu. Ir. Soekarno memulai membuka pertemuan dengan membacakan naskah proklamasi yang masih merupakan konsep tersebut. Ir. Soekarno meminta kepada semua hadirin untuk menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Pendapat itu diperkuat oleh Moh. Hatta dengan mengambil contoh naskah Declaration of Independence dari Amerika Serikat. 

Namun usulan tersebut ternyata ditentang oleh tokoh-tokoh pemuda. Hal ini karena mereka beranggapan bahwa sebagian tokoh-tokoh tua yang hadir adalah “kepanjangan tangan” Jepang. Selanjutnya, Sukarni, salah seorang tokoh golongan muda kemudian mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Baca: Sejarah Penandatanganan Teks Proklamasi Menjelang Dibacakan Oleh Bung Karno

Setelah usulan Sukarni itu disetujui, Ir. Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan Soekarno tersebut dengan disertai perubahan-perubahan yang telah disepakati. Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah ketikan Sajuti Melik, yaitu kata “tempoh” diganti “tempo”, sedangkan kata “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti dengan “Atas nama bangsa Indonesia”. Perubahan juga dilakukan dalam cara menuliskan tanggal, yaitu “Djakarta, 17-8-05” diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”. 

teks naskah proklamasi

Selanjutnya, muncul persoalan lain mengenai tempat proklamasi akan diselenggarakan. Sukarni mengusulkan bahwa Lapangan Ikada (sekarang bagian tenggara lapangan Monumen Nasional) telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah proklamasi. Namun, Ir. Soekarno menganggap Lapangan Ikada adalah salah satu lapangan umum yang dapat menimbulkan bentrokan antara rakyat dengan pihak militer Jepang. Oleh karena itu, Bung Karno mengusulkan agar upacara proklamasi dilaksanakan di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Akhirnya usulan Bung Karno disetujui oleh para hadirin.

Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan


Pada pukul 05.00 waktu Jawa tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin Indonesia dari golongan tua dan golongan muda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka pulang ke rumah masing-masing setelah berhasil merumuskan naskah proklamasi. Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan pada pukul 10.30 waktu Jawa (pukul 10.00 WIB sekarang). Sebelum pulang, Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor perita dan pers, terutama B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. 

Pagi hari itu, rumah Ir. Soekarno dipadati oleh massa yang berbaris dengan tertib. Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr. Muwardi (Kepala Keamanan Ir. Soekarno) meminta kepada Cudanco Latief Hendraningrat untuk menugaskan anak buahnya berjaga-jaga di sekitar rumah Ir. Soekarno, sedangkan Wakil Walikota Suwirjo memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk mempersiapkan pengeras suara. 

Mr. Wilopo dan Nyonopranowo kemudian pergi ke rumah Gunawan, pemilik toko radio Satria di Jln. Salemba Tengah 24, untuk meminjam mikropon dan pengeras suara. Sudiro yang pada waktu itu juga merangkap sebagai sekretaris Ir. Soekarno memerintahkan kepada S. Suhud (Komandan Pengawal Rumah Ir. Soekarno) untuk menyiapkan tiang bendera. Suhud kemudian mencari sebatang bambu di belakang rumah. Sedangkan bendera yang akan dikibarkan sudah dipersiapkan oleh Ibu Fatmawati.

Menjelang pukul 10.30, para pemimpin bangsa Indonesia telah berdatangan ke Jalan Pegangsaan Timur, antara lain Mr. A.A Maramis, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H. Mas Mansur, Mr. Sartono, M. Tabrani, dan A.G. Pringgodigdo. 

Adapun susunan acara yang telah dipersiapkan adalah sebagai berikut. 
  1. Pembacaan Proklamasi. 
  2. Pengibaran Bendera Merah Putih.
  3. Sambutan Walikota Suwirjo dan Muwardi.

Lima menit sebelum acara dimulai, Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih. Setelah semuanya siap, Latief Hendraningrat memberikan aba-aba kepada seluruh barisan pemuda dan mereka pun kemudian berdiri tegak dengan sikap sempurna. Selanjutnya, Latief mempersilahkan kepada Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan suara yang mantap, Bung Karno mengucapkan pidato pendahuluan singkat yang dilanjutkan dengan pembacaan teks proklamasi. 

Usai dibacakannya proklamasi, acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. Dengan cekatan, S. Suhud mengambil bendera dari atas baki yang telah disediakan dan mengikatkannya pada tali dengan bantuan Cudanco Latief Hendraningrat. Bendera kemudian dinaikkan secara perlahan-lahan. Tanpa dikomando, para hadirin pun spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Acara selanjutnya adalah sambutan dari Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.

Berita proklamasi yang sudah meluas di seluruh Jakarta kemudian disebarkan ke seluruh Indonesia. Pagi hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Berita Domei, Waidan B. Palenewen. la segera memerintahkan F. Wuz untuk menyiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz menyiarkan berita itu, masuklah orang Jepang ke ruangan radio. 

Dengan marah-marah, orang Jepang itu memerintahkan agar penyiaran berita itu dihentikan. Akan tetapi, Waidan justru memerintahkan F. Wuz untuk terus menyiarkannya. Bahkan, berita itu kemudian diulang setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran radio itu berhenti. Akibatnya, pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita itu. Pada hari Senin tanggal 20 Agustus 1945, pemancar itu disegel dan pegawainya dilarang masuk. 

Walaupun demikian, para tokoh pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio, seperti Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Alat-alat pemancar mereka ambil bagian demi bagian dari Kantor Berita Domei kemudian dibawa ke Jalan Menteng 31 sehingga tercipta pemancar baru. Dari sanalah seterusnya berita proklamasi disiarkan. 

Selain lewat radio, berita proklamasi juga disiarkan lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, seperti surat kabar Soeara Asia di Surabaya dan harian Tjahaja di Bandung.

Labels: Sejarah

Thanks for reading Sejarah Perumusan Teks Proklamasi dan Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Please share...!