Sejarah adalah peristiwa pada masa lalu yang diceritakan kembali berdasarkan sumber-sumber sejarah yang bisa digali. Salah satu di antara sumber-sumber tersebut di antaranya yaitu berdasarkan penuturan langsung dari pelaku atau saksi sejarah. Namun penelusuran sejarah bersumber lisan ini biasanya tidak terlepas dari sudut pandang penuturnya sehingga antara saksi sejarah yang satu dengan lainnya bisa jadi berbeda keterangan yang didapatkan.
Sejarah mengabadikan 17 Agustus 1945 sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia lewat naskah proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Bung Karno, Sang Bapak Bangsa hingga terdengar ke seantero negeri ini. Namun pernahkah anda penasaran kiranya seperti apakah situasi yang terjadi menjelang dibacakannya teks proklamasi yang menggemparkan dunia (dalam artian positif) tersebut?.
Seperti telah disinggung di atas, untuk mengetahui peristiwa yang terjadi menjelang dibacakannya teks proklamasi oleh Bung Karno, para sejarawan juga bersumber pada keterangan pelaku atau saksi sejarah yang mengalami langsung peristiwa saat itu. Namun perbedaan sudut pandang pelaku sejarah adakalanya menghasilkan keterangan berbeda saat mendeskripsikannya. Salah satunya yaitu peristiwa tentang tokoh yang mengajukan usul penandatanganan teks proklamasi menjelang dibacakannya teks tersebut.
Dikutip dari tulisan Prof. Dr. M. Habib Mustopo dalam buku "Sejarah", berikut ini kesaksian Achmad Soebarjo, salah seorang pelaku sejarah yang mengalami langsung peristiwa tersebut:
"Waktu menunjukkan sekitar pukul 04.00 pagi pada tanggal 17 Agustus, pada saat Soekarno membuka "pertemuan malam itu" dengan beberapa patah kata.
Soekarno kemudian mengajukan pertanyaan tentang siapa yang akan menandatangani Proklamasi kemerdekaan. Soekarni yang berdiri di sebelah saya membisikkan kepada saya: "Bung, apakah kertas dari kawan-kawan di jalan Bogor Lama tadi telah disampaikan kepada Bung Karno?"
Sebelum saya sempat menyampaikan secarik kertas itu kepadanya, Soekarno mengajukan saran bahwa dokumen tersebut hendaknya ditandatangani oleh "wakil-wakil rakyat Indonesia........"
Seorang hadirin menyuarakan bahwa segenap hadirin yang ada dalam pertemuan tersebutlah yang seharusnya menandatangani. Sukarni segera berteriak: "Pendapat itu sama sekali tidak dapat diterima. Mereka yang tidak menyumbang sedikitpun kepada persiapan Proklamasi tidak berhak untuk menandatangani". Sayuti Melik kepada Sukarni: "Saya kira tidak ada yang keberatan jika Soekarno dan Hatta yang menandatangani Proklamasi Kemerdekaan atas nama bangsa Indonesia".
Kesaksian Ahmad Soebarjo di atas ditulis hampir sekitar 35 tahun (1978) setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI berlangsung. Demikian pula Bung Hatta dalam memoarnya juga mengatakan bahwa Soekarnilah yang mengusulkan agar Bung Karno dan Bung Hatta yang menandatangani naskah Proklamasi itu.
Keterangan berbeda disampaikan oleh B. M. Diah. B. M. Diah yang juga menyaksikan peristiwa tersebut mengatakan bahwa yang mengusulkan itu adalah Chaerul Saleh, setelah berunding dengan B. M. Diah. Sukarni menolak isi Proklamasi buatan Soekarno, Hatta, dan Soebardjo karena dianggap kurang revolusioner, sedangkan yang mengusulkan agar Proklamasi itu ditandatangani hanya oleh Soekarno-Hatta adalah Chaerul Saleh. Dari sini terlihat bahwa baik Ahmad Soebardjo maupun B. M. Diah memiliki pendapat yang berbeda mengenai hal sama.
Terlepas dari perbedaan sudut pandang tentang peristiwa tersebut, di mana hal itu kemungkinan juga dipengaruhi oleh daya ingat masing-masing pelaku sejarah, paling tidak kita mengetahui bahwa hingga menjelang proklamasi dibacakan, perjuangan para pendiri bangsa dalam usahanya membawa kemerdekaan untuk negeri ini memang tidak dapat lagi diungkapkan dengan kata-kata. Banyak pemikiran, perdebatan dan jerih payah fisik tanpa kenal lelah yang mesti mereka lalui demi tercapainya kemerdekaan bagi bangsa ini.
Oleh karenanya, sudah menjadi keharusan bagi kita sebagai generasi penerus untuk mengisi kemerdekaan ini dengan berbagai hal positif sebagai bentuk partisipasi kita demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan di negeri tercinta ini.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan di antaranya yaitu:
- Belajar dengan giat, rajin dan tekun.
- Ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan di masyarakat.
- Saling menghormati antar sesama.
- Terlibat aktif di dalam kegiatan sosial.
- Berpartisipasi aktif dalam rangka mengisi kegiatan kemerdekaan Indonesia.
- Mengikuti upacara kemerdekaan dengan hikmat.
- Saling menghargai dengan baik antar warga negara Indonesia.
- Terlibat aktif dalam kegiatan pelayanan masyarakat.
- Ikut serta dalam mengemukakan gagasan/ ide/ pendapat dalam kehidupan bermasyarakat.
- Dan lain sebagainya.
Labels:
Sejarah
Thanks for reading Sejarah Penandatanganan Teks Proklamasi Menjelang Dibacakan Oleh Bung Karno. Please share...!