Kata-Kata Bijak Imam Hasan Al Bashri Tentang Pentingnya Menghargai Waktu

Kata-Kata Bijak Imam Hasan Al Bashri Tentang Pentingnya Menghargai Waktu

jam pasir waktu
via pixabay 

Masih berkaitan akan pentingnya menghargai waktu, kali ini kita akan coba merenungi beberapa untaian hikmah yang disampaikan oleh Imam Hasan Al Bashri, salah seorang Ulama Sufi yang banyak dinukil petuah-petuah bijaksananya. Beliau termasuk ke dalam golongan Tabi'in (generasi setelah sahabat) yang hidup pada masa awal kekhalifahan Bani Umayyah.

Hasan al Bashri (Abu Sa'id al-Hasan ibn Abil-Hasan Yasar al-Bashr) lahir di Madinah pada 642 M dan sempat menetap di rumah Ummu Salamah, salah seorang istri Rasulullah SAW. Saat berusia 14 tahun, Hasan bersama kedua orang tuanya pindah ke kota Basrah, Irak, dan menetap di sana. Dari sinilah Hasan kemudian mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri. 

Sebagai generasi tabi'in, beliau pernah berguru kepada para sahabat terkemuka seperti Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Talib, Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Musa Al-Asy'ari, dan masih banyak lagi lainnya. Tidak heran beliau dikenal akan keluasan ilmunya baik dalam bidang fiqih, hadits, tafsir, maupun ilmu qiraah. Hasan Al Bashri kemudian menjadi guru di Basrah, Irak, dan juga mendirikan madrasah di sana.

Bagi pengamal tasawuf, Hasan Al Bashri juga merupakan tokoh sufi yang mendukung kuat nilai tradisional dan cara hidup zuhud. Menurut beliau, kehidupan dunia hanyalah perjalanan untuk ke akhirat, dan kesenangan dinafikan untuk mengendalikan nafsu. Tokoh besar Islam ini wafat di Basrah, Irak, pada hari jum'at 5 Rajab 110 H/728 M pada usia 89 tahun.

Untaian Hikmah Kata-Kata Bijak Imam Hasan Al Bashri


"Wahai anak Adam! Sesungguhnya kamu hanyalah kumpulan dari beberapa hari, bila berlalu satu hari maka berlalulah sebagian darimu. Dan bila sebagian sudah berlalu, maka dekat sekali akan berlalu semuanya." 

"Waktu adalah salah satu karunia termahal yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Dengan waktu yang Allah berikan, manusia punya potensi dan peluang untuk melaksanakan berbagai aktifitas dalam kehidupannya." 

“Tidak ada waktu yang menampakkan fajarnya kecuali ia berkata: ‘Wahai anak Adam, aku adalah harimu yang baru yang akan menjadi saksi atas amal perbuatanmu. Maka carilah bekal dariku sebanyak-banyaknya, karena jika aku telah berlalu maka aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat”

“Aku sangat terpukul oleh satu kalimat yang pernah kudengar dari al-Hajjaj, ketika ia berkhutbah di atas mimbar ini. Sesungguhnya ‘sesaat’ dari umur seseorang yang telah hilang dan atau sirna untuk sesuatu di luar hakikat manusia diciptakan, maka pantas jika ‘sesaat’ itu menjadi penyesalan seumur hidupnya hingga hari Kiamat tiba.”

"Saya mendapati orang-orang yang memberikan perhatian lebih terhadap waktu daripada terhadap dinar dan dirham. Karena waktu adalah harta yang tak ternilai, ia tak dapat dibeli oleh apapun. Maka ketika seseorang memiliki waktu hendaknya ia pergunakan sebaik-baiknya. Karena selamat atau celaka dirinya bergantung bagaimana ia memanfaatkan waktunya."

"Diantara tanda berpalingnya Allah Subhanahu Wata'ala dari seorang hamba adalah Allah menjadikan kesibukannya pada hal-hal yang tidak bermanfaat baginya."

Benar-benar ada, dahulu seorang lelaki yang memilih waktu tertentu untuk menyendiri, menunaikan shalat dan menasehati keluarganya pada waktu itu, lalu dia berpesan: "Jika ada orang yang mencariku, katakanlah kepadanya bahwa dia sedang ada keperluan."

“Ingatlah! Sisa umur yang tersisa bagimu di dunia tak ternilai harganya dan tak dapat tergantikan dengan yang lain. Dunia dan seisinya tak akan mampu menyamai nilai satu hari yang tersisa dari usiamu. Maka, jangan engkau tukar sisa usiamu yang sangat bernilai dengan kenikmatan dunia yang hina. Koreksilah dirimu setiap harinya, waspadalah atas kenikmatan dunia, jangan sampai engkau menyesal ketika telah datang ajal kematianmu. Semoga nasehat ini bermanfaat bagi kita dan Allah berikan kita akhir hidup yang baik”

Selengkapnya
Hadits-Hadits Nabi Pilihan Terkait Pentingnya Menghargai Waktu

Hadits-Hadits Nabi Pilihan Terkait Pentingnya Menghargai Waktu

Dalam tradisi masyarakat barat, waktu adalah uang. Sementara bagi bangsa Arab, waktu adalah pedang. Meski beda pengibaratan, kedua pepatah tersebut menunjukkan betapa berharganya waktu sehingga siapa pun kehilangan waktu, maka sungguh ia tak kan pernah mampu mendapatkannya kembali. Amat sayang jika ada waktu kita lalui tanpa bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. 

Mereka yang suka menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, tentu lebih bodoh dari orang yang membakar uangnya sendiri. Sebab, harta dapat diganti, sedangkan umur bila sudah berlalu, tak mungkin dapat kembali. Ibnu Mas'ud RA pernah berkata, “Aku tidak pernah menyesali sesuatu seperti aku menyesali hari yang mataharinya sudah terbenam, sedang umurku berkurang dan amalku tidak bertambah’’. 

jam waktu
via pixabay

Sesungguhnya, waktu tidak lain adalah hidup itu sendiri. Oleh karenanya, mengetahui serta menyadari akan urgennya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kehidupan. Sebaliknya, orang yang tidak mengenal pentingnya waktu, maka ia seakan-akan hidup dalam keadaan mati, meskipun ia masih bernapas di muka bumi ini. Membuang-buang waktu dapatlah diartikan melemparkan hidup itu sendiri dan menyia-nyiakannya.
Waktu akan selalu menjadi patokan dalam hidup manusia. Oleh karenanya, mesti kita sadari kembali bahwa hidup ini selalu berpacu dengan waktu. Ibarat pedang yang tajam, dapatlah waktu digunakan sebagaimana yang dikehendaki, atau jika tidak, ia akan siap memotong anda. Mari kita pergunakan waktu yang tersisa ini dengan sebaik mungkin, karena jika telah tiada tentu waktu pun sudah habis bagi kita. 

Sebagai bahan renungan, di bawah ini kami rangkumkan beberapa hadits Nabi SAW pilihan berkaitan dengan urgensi waktu. Semoga kita dapat memanfaatkan waktu dalam hidup ini dengan sebaik-baiknya. 

Dari lbnu Abbas RA dia berkata: Nabi SAW bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari). 

Dari Ibnu Umar RA berkata: Rasulullah SAW pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.’ Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.’ (HR. Bukhari) 

“Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (HR. Bukhari) 

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: 

1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, 

2. Waktu sehatmu sebelum tiba waktu sakitmu, 

3. Waktu kayamu sebelum datang waktu kefakiranmu, 

4. Waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, 

5. Waktu hidupmu sebelum datang waktu matimu.” (HR. Al Hakim) 

“Apa peduliku dengan dunia?. Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi )

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Barzah, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara: 

1. Tentang umurnya untuk apa ia habiskan, 

2. masa mudanya untuk apa ia gunakan, 

3. hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, dan 

4. ilmunya, apa yang telah diamalkannya.” (HR. Tirmidzi)

Selengkapnya
Permasalahan Sampah dan Penanganannya Untuk Lingkungan Yang Sehat

Permasalahan Sampah dan Penanganannya Untuk Lingkungan Yang Sehat

Perubahan lingkungan sering kali berhubungan dengan meningkatnya populasi manusia dan kemajuan teknologi. Namun seiring dengan meningkatnya populasi manusia dan aktivitas industri, berbagai masalah lingkungan telah bermunculan. Salah satu yang cukup mencolok perhatian adalah permasalahan sampah atau limbah industri yang sering kali terabaikan dan berakibat pada kualitas lingkungan yang tidak sehat.

sampah dan lingkungan
via pixabay

Munculnya permasalahan sampah sangat dipengaruhi oleh tingkat sosial, ekonomi, dan kehidupan suatu masyarakat serta kondisi alamnya. Semakin modern kehidupan masyarakat dengan dunia industri yang berkembang pesat, maka akan semakin meningkat dan beragam pula jumlah limbah sampah yang dihasilkan. Sebelum menjadi masalah yang kompleks dan sulit diatasi, permasalahan ini memang harus segera terpecahkan agar dapat tertangani dengan baik. 

Pemilahan Sampah


Terkait hal ini, ada baiknya kita belajar dari apa yang sudah diterapkan oleh masyarakat di negeri Jepang. Jepang adalah negara yang sangat mementingkan kebersihan. Tingginya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan merupakan kunci keberhasilan manajemen pengelolaan sampah di negara ini. Jepang memiliki sembilan kategori pemilahan sampah, yaitu sampah yang dapat dibakar, kaleng, kaleng semprot, botol plastik, botol kaca, lampu bohlam dan baterai, sampah tak terbakar, sampah besar, serta sampah komersial. 
Sampah-sampah tersebut kemudian harus disortir sendiri oleh warga kota sebelum dibuang pada tempat yang ditentukan sesuai jadwal. Pemerintah Jepang juga memiliki kalender sampah untuk menentukan jenis dan waktu pengumpulan sampah, misalnya tanggal berwarna merah muda untuk sampah yang dapat dibakar pada hari senin. Atau tanggal berwarna kuning untuk sampah plastik pada hari selasa, dan sebagainya. Selain itu, pemilahan sampah ini juga menentukan metode penanganan tiap jenis sampah, misalnya hendak didaur ulang atau dibakar. 

Daur Ulang Sampah


Selain pemusnahan sampah, sebagian limbah organik nyatanya memang dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang. Daur ulang merupakan pemrosesan kembali barang/materi yang pernah digunakan untuk mendapatkan produk baru. Proses daur ulang sampah umumnya tidak mendatangkan berbagai masalah. Berbeda dengan penanganan lain seperti mengubur sampah atau membakarnya yang justru seringkali menyebabkan terjadinya pencemaran dan mengancam kehidupan organisme. 

daur ulang sampah
via pixabay

Inisiatif daur ulang sampah pertama kali telah dimulai di belahan bumi Amerika Utara selama beberapa tahun yang lalu. Di Amerika Serikat, kebijakan pemerintah untuk daur ulang sampah sudah dilakukan semenjak akhir abad ke 19. Pada tahun 1900, sebanyak 1.000 kota di Amerika Serikat telah menggiatkan program daur ulang dan meningkat menjadi 9.000 kota pada tahun 1997. Sementara itu, beberapa kota besar di Kanada juga telah giat melakukan program yang sama. 

Ada banyak manfaat dari proses ini. Selain menurunkan tingkat pencemaran, proses daur ulang juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian sumber daya alam di sekitarnya. Melalui proses daur ulang, beberapa sisa material organik yang terbuang dapat diolah lagi untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Bukan hanya itu saja, beberapa limbah juga dapat dikonversikan kembali menjadi produk-produk baru yang tentunya memiliki nilai ekonomi.

Beragam limbah seperti kertas, logam, dan kaca dapat dimanfaatkan kembali dengan mula-mula dipilah-pilah menurut jenisnya. Selanjutnya, masing-masing limbah dihancurkan oleh mesin penghancur sehingga siap digunakan untuk membuat produk baru yang memiliki nilai ekonomi. Contohnya, limbah kertas dapat didaur ulang untuk menghasilkan kertas baru. Limbah kertas dijadikan seperti bubur, dibersihkan, dan kemudian diputihkan dari noda, kotoran, dan tinta sehingga dapat dihasilkan lagi menjadi kertas baru. 

Permasalahan lingkungan sejatinya merupakan perhatian kita bersama. Artinya, setiap orang ikut bertanggung jawab terhadap kualitas kebersihan lingkungannya. Kesadaran terhadap tanggung jawab secara individu pada akhirnya harus dapat merubah perilaku perorangan agar semakin peduli dengan keadaan lingkungan di sekitarnya. Dengan kata lain, perilaku sadar lingkungan harus segera dimulai dari diri sendiri alih-alih berpangku tangan sembari menunggu orang lain untuk memulainya lebih dulu. (diolah dari berbagai sumber

Selengkapnya
Kisah Fatimah dan Gilingan Gandum (Nasehat Nabi SAW Kepada Para Wanita/Istri)

Kisah Fatimah dan Gilingan Gandum (Nasehat Nabi SAW Kepada Para Wanita/Istri)

wanita membuat roti
ilustrasi via pixabay 

Salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yakni Abu Hurairah RA pernah bercerita: 

Pada suatu hari, Rasulullah SAW pergi berkunjung ke rumah puterinya yaitu Fatimah az-Zahra'. Sesampainya di sana, dijumpainya puterinya itu sedang menggiling biji gandum menggunakan gilingan batu sambil menangis. Nabi pun bertanya kepadanya, "Apa yang menyebabkan kamu menangis wahai Fatimah?, mudah-mudahan Allah tidak menjadikan kedua matamu menangis". 

Fatimah menjawab, "Yang menyebabkan aku menangis adalah gilingan batu ini dan kesibukanku di rumah setiap hari". 

Ayahnya (Nabi SAW)) kemudian mendekati Fatimah dan duduk di samping puteri tercintanya itu. Fatimah kemudian melanjutkan perkataannya, "Bapakku, aku mohon engkau menyuruh suamiku Ali agar dia membelikan budak untukku, sehingga ia dapat membantuku dalam menggiling gandum dan kesibukan di rumah". 

Mendengar perkataan Fatimah seperti itu, Rasulullah langsung berdiri menghampiri gilingan gandum tersebut lantas mengambil gandum dengan tangannya sendiri untuk dituangkan ke dalam gilingan. Dengan membaca Basmalah, beliau pun menggilingnya. Atas izin Allah SWT, sungguh ajaib gilingan itu dapat berputar dengan sendirinya. Selanjutnya Nabi menuangkan lagi gandum ke dalam gilingan yang sudah berputar sendiri itu. 

Lebih ajaibnya lagi, gilingan itu dapat membaca tasbih dengan bahasa yang berbeda-beda sampai selesainya penggilingan. Nabi kemudian berkata kepada gilingan itu, "Berhentilah engkau dengan izin Allah!" 

Gilingan itu pun berhenti dan dengan izin Allah pula gilingan itu berkata dengan fasih seperti halnya lisan orang-orang Arab, "Ya Rasulullah, demi Dzat yang mengutus engkau sebagai Nabi dan Rasul. Seandainya engkau memerintahkan aku untuk menggiling biji gandum yang ada di ujung timur sampai di ujung barat, pasti aku akan menggilingnya semua. Dan sesungguhnya aku telah mendengar firman Allah:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim, 6)

Oleh karenanya, aku khawatir kalau aku termasuk batu yang dimasukkan ke dalam neraka. 

Nabi berkata, "Berbahagialah kamu, karena sesungguhnya kamu adalah batu dari sebagian gedungnya Fatimah az-Zahra' kelak di surga". 

Setelah mendengar penuturan Nabi seperti itu, gilingan batu itu pun merasa tenteram dan senang. 

Nabi SAW kemudian berkata kepada Fatimah:

"Seandainya Allah menghendaki, niscaya gilingan ini akan menggiling dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah menghendaki lain. Dengan jerih payahmu, Allah mencatat beberapa kebaikan untukmu dan menghapus beberapa kejelekan darimu, serta mengangkat derajatmu. 

Hai Fatimah, mana saja wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka tidak lain kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang dibuatnya tersebut. 

Hai Fatimah, mana saja wanita yang berkeringat lantaran membuat tepung untuk suaminya, maka tidak lain kecuali Allah membuatkan tujuh pintu baginya untuk memisahkan antara dirinya dengan neraka. 

Hai Fatimah, mana saja wanita yang meminyaki rambut anaknya, menyisir dan mencucikan pakaiannya, maka tidak lain kecuali Allah menetapkan baginya pahala orang yang memberi makan seribu orang lapar serta pahala orang yang memberi pakaian orang yang telanjang. 

Hai Fatimah, mana saja wanita yang mencegah atau menghalangi kebutuhan tetangganya, maka Allah akan mencegahnya untuk meminum air telaga kautsar kelak di hari kiamat. 

Hai Fatimah, yang lebih utama dari semua yang aku sebutkan tadi adalah ridha suami terhadap istrinya. Seandainya suamimu tidak meridhaimu, niscaya aku juga tidak akan mendoakan kebaikan untukmu. Apakah engkau tidak mengetahui hai Fatimah?, Sesungguhnya ridha suami itu sebagian dari ridha Allah. Dan murka suami itu sebagian dari murka Allah. 

Hai Fatimah, jika seorang wanita hamil, maka para malaikat akan memintakan ampun baginya. Dan Allah akan mencatat baginya seribu kebaikan setiap hari. Serta melebur darinya seribu kejelekan. Jika sewaktu mengandung dia merasakan kepayahan, maka Allah mencatat baginya pahala sebagaimana pahalanya orang yang berjihad di jalanNya. Apabila dia melahirkan, bebaslah dia dari dosa-dosanya, sehingga seperti bayi yang baru lahir dari kandungan ibunya. 

Hai Fatimah, mana saja wanita yang melayani suaminya dengan niat yang baik, maka tidak lain kecuali dia bebas dari dosa-dosanya seperti saat baru dilahirkan ibunya. Dia tidak akan keluar dari dunia dengan membawa dosa sedikitpun. Dia akan merasakan bahwa kuburnya laksana taman dari sebagian taman surga. Allah memberinya pahala sebagaimana pahalanya seribu orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah. Dan para malaikat selalu memintakan ampun baginya sampai hari kiamat tiba. 

Mana saja wanita yang melayani suaminya dengan ikhlas dan niat yang baik, maka tidak lain kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya kelak di hari kiamat, memberinya pakaian yang hijau-hijau, mencatat baginya dari setiap rambut yang ada pada dirinya dengan seribu kebaikan serta memberinya pahala seperti pahalanya seratus orang yang melakukan haji dan umrah. 

Hai Fatimah, mana saja wanita yang selalu tersenyum di hadapan suami, maka tidak lain kecuali Allah memandangnya dengan pandangan penuh rahmat. Dan mana saja wanita yang berkumpul bersama suaminya dengan baik hati, maka tidak lain ada orang yang akan berkata kepadanya, "Hadapi amalmu! Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosamu yang telah berlalu dan yang akan datang". 

Hai Fatimah, mana saja wanita yang mau memberi minyak pada rambut suami beserta jenggotnya, mau mencukur kumisnya, memotong kukunya, maka tidak lain kecuali Allah akan memberinya minuman arak dari surga yang masih murni, minuman dari bengawan surga, meringankan ketika sakaratul maut, dia akan merasakan bahwa kuburnya seperti taman surga, Allah mencatatnya sebagai orang yang selamat dari neraka dan dipermudah di saat melewati Shirath di hari kiamat kelak." (dinukil dari Syarh ′Uqud al Lujjain fi Bayaani Khuquuqi Az Zawjain karya Syaikh Nawawi al-Bantani)

Selengkapnya
Pentingnya Kerukunan dalam Kehidupan Bersama Umat Manusia

Pentingnya Kerukunan dalam Kehidupan Bersama Umat Manusia

Di negeri nan indah ini, dijumpai berbagai golongan umat beragama yang tentu saja memiliki perbedaan dalam keyakinan, keimanan, dan cara peribadahannya. Walaupun demikian, masing-masing umat beragama tersebut memiliki keinginan yang sama yakni terwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang damai, aman, tenteram, adil, serta makmur secara materiil dan spiritual. 

rukun

Dalam Islam, kerukunan termasuk ajaran yang harus diwujudkan dalam kehidupan bersama umat manusia. Hal ini karena kerukunan merupakan modal utama untuk terwujudnya ketenteraman, kedamaian, dan kesejahteraan bersama. Sebaliknya, perselisihan atau permusuhan merupakan penyebab datangnya berbagai kerugian dan bencana. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerukunan berarti perihal hidup rukun; rasa rukun; kesepakatan. Sedangkan arti rukun itu sendiri adalah baik dan damai; bersatu hati atau sepakat. 
Islam merupakan agama yang mencintai kerukunan dan perdamaian. Hal ini sering dicontohkan oleh Rasulullah SAW misalnya saat terjadi perselisihan di antara para pengikutnya. Beliau mengajarkan agar pihak-pihak yang berselisih melakukan usaha-usaha dengan segera dan dengan cara yang bijaksana agar perselisihan di antara mereka segera berakhir, dan mereka kembali hidup rukun. 

Rasulullah SAW pernah bersabda, "Janganlah kamu putus-memutuskan hubungan, belakang-membelakangi, benci-membenci dan hasut-menghasut. Hendaklah kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama lain dan tidaklah halal bagi (setiap) muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari". (HR. Bukhari dan Muslim). 

Jika pihak-pihak yang berselisih atau bermusuhan tidak mampu menyelesaikan sendiri perselisihan atau permusuhan mereka, maka pihak ketiga hendaknya segera berusaha dengan cara yang bijaksana untuk merukunkan orang-orang atau sekelompok orang yang berselisih atau bermusuhan itu. Allah SWT berfirman:

وَإِنْ طَآئِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا

"Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya."... (QS. Al-Hujurat, 9)

Dalam hadits lain, Rasulullah juga pernah bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian perkara yang lebih utama dari puasa, shalat, dan sedekah?". Mereka (para sahabat) menjawab, "Tentu saja mau wahai Rasulullah!". Rasulullah SAW bersabda, "Yaitu mendamaikan di antara kamu, karena rusaknya perdamaian (kerukunan) di antara kamu merupakan pencukur (perusak) agama". (HR. Abu Daud dan Turmudzi) 

Begitu pula dalam kehidupan bersama dengan umat lain, Rasulullah juga senantiasa mengajarkan umatnya untuk dapat hidup berdampingan dengan umat lain secara damai, rukun, dan saling menghargai akan perbedaan yang ada. Berikut ini merupakan beberapa contoh praktek pergaulan antarumat beragama sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW:
  • Seorang sahabat Nabi bernama Ka'ab bin Ajzah RA pernah bercerita kepada Rasulullah bahwa dirinya bekerja pada seorang beragama Yahudi lalu memperoleh upah darinya. Nabi Muhammad SAW membolehkan perbuatan tersebut. 
  • Rasulullah SAW pernah memberikan hadiah kepada Raja Najasyi dan orang Yahudi, dan pernah pula menerima hadiah dari beberapa raja non-Muslim pada masa itu.
  • Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabatnya sedang berkumpul, tiba-tiba lewatlah sekelompok orang mengusung jenazah. Ketika jenazah itu lewat, seraya Nabi SAW berdiri sebagai tanda hormat. Lalu ada seorang sahabat yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah itu mayat Yahudi?". Rasulullah SAW kemudian menjawab, "Bukankah itu nyawa juga?". "Ya", jawab orang itu. Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda, "Setiap nyawa menurut Islam harus dihormati dan mempunyai tempat"
  • Abu Thalib adalah seorang paman dari Nabi Muhammad SAW yang mengasuh, merawat, dan melindungi beliau semenjak beliau berusia 8 tahun. Setelah Nabi diangkat menjadi Rasul, beliau mengajak pamannya tersebut agar masuk Islam. Tetapi ajakan Nabi tersebut tidak dipenuhinya hingga pamannya itu meninggalkan dunia tetap dalam kekafiran. Meskipun begitu, hubungan antara Nabi SAW dengan pamannya itu tetap terjalin baik. Rasulullah SAW tetap sayang dan hormat kepada Abu Thalib, pamannya. Sebaliknya, Abu Thalib pun juga tetap sayang dan melindungi Nabi SAW dari gangguan orang-orang kafir Quraisy.

Selengkapnya