Awal Mula Penggunaan Kalender Jawa

Awal Mula Penggunaan Kalender Jawa

kalender jawa
via kompas.com 

Kalender Jawa (Penanggalan Jawa) adalah sistem penanggalan yang diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Agung (Raja Mataram Islam) yang berkuasa dari tahun 1613 hingga 1645 M. Kalender ini memakai dua siklus hari yaitu siklus mingguan (saptawara) yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi/manis). Keistimewaan penanggalan ini yaitu merupakan perpaduan antara sistem penanggalan Islam, Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian yang merupakan bagian budaya Barat.

Keberadaan kalender Jawa memang tidak bisa dilepaskan dari peran Sultan Agung, Raja Mataram terbesar yang memiliki gelar lengkap Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman. Di bawah pemerintahannya, Mataram mencapai puncak kejayaannya. Berbagai aspek seni budaya berkembang dengan pesat baik seni tari, seni pahat, seni suara dan seni sastra. Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Jawa juga turut berkembang pesat, salah satunya yaitu dengan terciptanya kalender Jawa. 

Pada masa itu, sistem penanggalan ini digunakan oleh Kesultanan Mataram dan berbagai wilayah pecahannya yang mendapat pengaruh Mataram. Sang Raja Mataram, Sultan Agung, memang dikenal sebagai seorang raja yang berusaha membuat suasana harmonis antara kebudayaan Jawa dengan nilai-nilai Islam. Oleh karenanya, beliau menghendaki adanya sistem penanggalan tersendiri bagi orang Jawa yang dihasilkan dari perpaduan antara kebudayaan asli jawa, kebudayaan Hindu/ Budha (India), dan kebudayaan Islam. 

Sebelum tahun 1633 Masehi, Kesultanan Mataram menggunakan Kalender Saka yang didasarkan pada peredaran matahari (tarikh syamsiah), yang merupakan perpaduan perhitungan kalender jawa dengan kalender Hindu. Sementara saat agama Islam telah semakin berkembang di Jawa, masyarakat pesantren biasa menggunakan kalender Hijriah yang didasarkan pada peredaran bulan (tarikh Qomariyah). 

Sultan Agung bermaksud memadukan tradisi masyarakat kejawen yang masih menggunakan Kalender Saka dengan tradisi pesantren yang sudah menggunakan Kalender Hijriah. Oleh karena itulah sejak tahun 1633 M (1555 Saka) Sultan Agung merubah kalender Saka menjadi kalender Hijriah yang dipadukan dengan tradisi-tradisi Jawa. Perubahan sistem kalender ini juga dimaksudkan agar hari-hari raya Islam seperti Maulid Nabi, Idul Fitri dan Idul Adha yang biasa dirayakan di keraton Mataram (biasa disebut Grebeg) dapat dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sesuai dengan ketentuan dalam kalender Hijriah. 

Pada waktu itu, kalender Saka sendiri sudah berjalan sampai akhir tahun 1554. Angka tahun 1554 itu kemudian diteruskan dalam kalender Hijriah (Islam) dengan angka tahun 1555, meskipun dasar perhitungan keduanya berbeda. Saat itu, perubahan kalender di jawa ini terjadi dan mulai diberlakukan pada hari Jum'at Legi tanggal 1 Sura tahun Alip 1555, tepat pada tanggal 1 Muharram tahun 1043 Hijriah, dan bersamaan dengan tanggal 8 Juli 1633 Masehi. 

Ide besar Sultan Agung ini didukung oleh para Ulama dan abdi dalem keraton, khususnya para tokoh pakar yang menguasai ilmu falak atau ilmu perbintangan. Kalender ini kemudian juga diberlakukan di seluruh wilayah Kesultanan Mataram meliputi seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (Blambangan). 

Sistem kalender baru ini kemudian disebut juga dengan Kalender Sultan Agung atau Anno Javanico. Adapun sekarang, kalender (penanggalan) ini lebih dikenal sebagai kalender Jawa. 

Nama-Nama Bulan dalam Kalender (Penanggalan) Jawa


Nama-nama bulan dalam kalender Jawa sebagian diambil (serapan) dari Kalender Hijriyah dengan nama-nama Arab dan sebagian lagi menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta dan Melayu. 

No.  Nama Bulan Jumlah hari
Sura 30
Sapar 29
Mulud atau Rabingul awal 30
Bakda Mulud atau Rabingulakir 29
Jumadilawal 30
Jumadilakir 29
Rejeb 30
Ruwah (Arwah, Saban) 29
Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan) 30
10  Sawal 29
11  Séla (Dulkangidah, Apit) 30
12  Besar (Dulkahijjah) 29/30


Selengkapnya
Mengenal Manuk Guwek Alias Si Burung Hantu

Mengenal Manuk Guwek Alias Si Burung Hantu

Apakah anda tahu apa itu Manuk Guwek?. Burung hantu, atau sebagian orang Jawa menyebutnya manuk (burung) guwek adalah salah satu jenis spesies hewan sebangsa burung (aves) yang aktif pada waktu malam (nokturnal). Seperti terlihat dari namanya, masyarakat Indonesia seringkali mengaitkan jenis burung ini dengan mitos munculnya hantu atau hal-hal menyeramkan lainnya. Beberapa kepercayaan mistis juga sering disandangkan pada burung ini.

manuk guwek
via pixabay

Burung hantu memang memiliki keunikan tersendiri di banding jenis burung lainnya. Selain sebagai hewan nokturnal, burung ini juga dikenal sebagai hewan karnivora pemangsa yang handal dalam berburu. Dengan paruh tajamnya dan cengkeraman kakinya yang kuat, burung ini hampir tidak pernah meleset saat menyergap mangsa buruannya. Ia memiliki kemampuan terbang dalam senyap yang siap mengejutkan mangsanya. Beberapa hewan yang menjadi santapannya di antaranya yaitu tikus, katak, burung-burung kecil, serangga, dan binatang-binatang lainnya. 

Ada sekitar 222 jenis spesies burung hantu yang hidup di seluruh dunia dengan 54 jenis di antaranya dapat ditemukan di Indonesia. Selain sebutan manuk guwek, di beberapa wilayah jenis burung ini juga dikenal dengan nama manuk dares, manuk huk, celepuk, serak, jampuk, kokok beluk, beluk ketupa, manguni, pungguk, dan sebagainya. Meski di Indonesia burung ini sering diidentikkan dengan hal-hal berbau hantu atau mistis, di beberapa negara barat burung ini justru menjadi simbol penolong dan sumber kebijaksanaan.

Ciri dan Karakteristik Burung Hantu


Burung hantu (Owl) adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Ordo ini terdiri dari dua suku (famili), yakni suku burung serak atau burung-hantu gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu sejati (Strigidae). Di alam, habitat burung ini biasa ditemui di wilayah padang rumput, sawah, semak belukar, kebun, atau pinggiran kota. Burung ini biasa membuat sarang di hutan, semak semi kering, lubang pohon, bawah atap bangunan, dan lain sebagainya. 

Keunikan ciri morfologis burung hantu yaitu terletak pada bagian wajahnya. Burung ini memiliki kepala dengan wajah membentuk lingkaran sehingga sepintas tampak seperti wajah manusia. Ia juga memiliki sepasang bola mata besar berwarna kuning terang atau hitam yang menghadap ke depan. Sedangkan bentuk paruhnya bengkok tajam mirip dengan burung elang jawa. Keunikan lainnya dari burung ini yaitu ia dapat memutar kepalanya hingga 180 derajat, bahkan ada yang hingga 230 ke belakang karena kelenturan lehernya.

Pada umumnya, kebanyakan burung hantu memiliki bulu lurik berwarna kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Meski rata-rata berekor pendek, burung ini memiliki sayap sangat lebar bahkan bisa mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya. Jenis burung hantu terbesar di dunia diketahui bernama sculpin atau yang popular dengan sebutan island owl. Burung jenis ini memiliki ukuran panjang dapat mencapai 70 cm dengan lebar kepakan sayap mampu mencapai 2 meter. 
Burung hantu adalah pengintai yang sangat tajam dan cerdik. Sebelum beraksi, ia kerap diam mematung dan tidak banyak bergerak. Bahkan saat terbang pun ia tidak mengeluarkan bunyi. Karena perilakunya ini, tidak heran keberadaan burung ini sangat sulit untuk dideteksi. Pada malam hari, ia menghabiskan waktunya untuk berburu mangsanya. Biasanya, ia juga akan mengeluarkan suara khasnya sambil bertengger di atas dahan pohon. Sedangkan pada siang hari, ia gunakan waktunya untuk tidur di dalam sarangnya terlindung oleh dedaunan.

Predator Alami dan Sahabat Bagi Petani


Meski sering ditakuti kemunculannya, burung yang sebenarnya lucu dan menggemaskan ini merupakan sahabat baik bagi para petani. Sebagai pemburu yang handal, burung hantu kerap digunakan sebagai hewan pembasmi hama tikus di sawah, ladang pertanian atau perkebunan. Salah satunya yaitu burung hantu jenis Serak Jawa (Tyto Alba). Predator ini merupakan pemburu tikus paling andal dibanding jenis burung hantu lainnya. Pergerakannya yang tanpa suara memungkinkannya untuk melakukan perburuan tikus dengan cukup baik. 

Sepasang burung hantu jenis ini bisa melindungi 25 hektare tanaman padi dengan masing-masingnya dapat memangsa 1300 ekor tikus pertahunnya. Penggunaan burung hantu untuk mengendalikan populasi tikus ini bahkan dinilai lebih efektif ketimbang menggunakan racun atau gropyokan (perburuan tikus melibatkan banyak orang secara bersama-sama). Begitu efektifnya, tidak heran jika kini mulai banyak dijumpai program penangkaran burung hantu di berbagai daerah untuk menanggulangi serangan hama tikus.

Keberadaan burung hantu di area persawahan memang memiliki manfaat besar bagi para petani. Ada simbiosis mutualisme antara burung hantu dan petani, sehingga tidak heran jika burung ini juga disebut sebagai sahabat bagi para petani. Bahkan tidak hanya itu saja, pengendalian hama tikus dengan melibatkan burung hantu ternyata juga lebih bersahabat pada lingkungan tanpa menimbulkan dampak negatif. Ekosistem alam juga tetap terjaga tanpa harus merusak rantai makanan. (diolah dari berbagai sumber)

Galeri Burung Hantu (via Pixabay) 


burung hantu 1

burung hantu 2

burung hantu 3

burung hantu 4

burung hantu 5

burung hantu 6

burung hantu 7

burung hantu 8

burung hantu 9

burung hantu 10

Selengkapnya
Kisah Sahabat Ukasyah RA 'Menagih Hutang' Kepada Nabi SAW

Kisah Sahabat Ukasyah RA 'Menagih Hutang' Kepada Nabi SAW

Rasulullah SAW adalah sosok panutan yang begitu dicintai oleh para sahabatnya sehingga betapa sedihnya mereka ketika mengetahui bahwa ajal beliau sudah kian dekat. Sebelum wafat, Rasulullah SAW memang telah jatuh sakit agak lama sehingga keadaan beliau menjadi sangat lemah. Hingga pada suatu ketika, Rasulullah SAW meminta tolong kepada Bilal untuk memanggil semua Sahabat agar datang berkumpul di Masjid.

Kisah Sahabat Ukasyah RA 'Menagih Hutang' Kepada Nabi SAW
via pixabay


Tidak lama kemudian, masjid pun telah dipenuhi oleh para Sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama mereka tidak mendapatkan tausiyah dari beliau. Rasulullah SAW kemudian duduk di atas mimbar. Dengan tubuh lemah dan wajah terlihat pucat, tampak beliau menahan sakit yang tengah dideritanya. Beliau kemudian bertanya kepada para sahabatnya: 

"Wahai sahabat-sahabatku semua.. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan kepada kalian semua bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu-satunya Tuhan yang layak disembah?"

Para Sahabat pun menjawab: "Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami semua bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang layak untuk disembah."

Rasulullah SAW kemudian melanjutkan: "Persaksikanlah ya Allah, Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."

Rasulullah SAW pun bersabda lagi dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat. Hingga akhirnya sampailah pada satu pertanyaan yang menjadikan para Sahabat sedih dan terharu. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah SWT, dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian?. Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut karena aku tidak mau bertemu dengan Allah SWT dalam keadaan berhutang dengan manusia."

Ketika itu semua Sahabat terdiam. Dalam hati mereka masing-masing berkata, "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kepada Rasulullah".

Rasulullah SAW kemudian mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba-tiba bangkitlah seorang lelaki yang bernama Ukasyah. Ia adalah salah seorang sahabat yang dikenal sebagai mantan preman sebelum masuk Islam. Ukasyah berkata:

"Ya Rasulullah... Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah SAW lalu berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".

Maka Ukasyah pun mulai bercerita: "Aku masih ingat ketika perang Uhud dahulu, suatu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda. Namun cemeti tersebut tidak kena pada belakang kuda melainkan justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar itu, Rasulullah SAW kemudian berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."

Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu, aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah".

Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian. Sementara ketika itu sebagian sahabat berteriak marah kepada Ukasyah, "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. Bukankah Baginda sedang sakit?" 

Ukasyah pun tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW kemudian meminta tolong Bilal untuk mengambil cambuk di rumah Fathimah, putrinya. 

Saat Bilal meminta cambuk itu dari Fathimah, Fathimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"

Bilal pun menjawab dengan nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah."

Terperanjat dan menangislah Fathimah, seraya berkata: "Kenapa Ukasyah hendak memukul Ayahku Rasulullah?. Ayahku sedang sakit, kalau ia mau memukul, pukullah saja aku anaknya".

Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan di antara mereka berdua".

Bilal kemudian membawa cambuk tersebut ke Masjid dan lantas diberikannya kepada Ukasyah.

Setelah mengambil cambuk itu, Ukasyah berjalan menuju ke hadapan Rasulullah. Tiba-tiba Abu Bakar RA berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah... kalau kamu hendak memukul, pukul saja aku. Aku adalah orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".

Rasulullah SAW bersabda: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah melanjutkan langkahnya menuju ke hadapan Rasulullah SAW. Tiba-tiba Umar bin Khattab RA berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah.. kalau engkau hendak memukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya. Namun itu dulu. Sekarang, tidak boleh ada seorang pun yang boleh menyakiti Rasulullah Muhammad SAW. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku.."

Kemudian dijawab oleh Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Umar. Ini adalah urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah lanjut berjalan menuju ke hadapan Rasulullah, dan tiba-tiba berdirilah Ali bin Abi Thalib RA, sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW. Ali menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah".

Ukasyah semakin dekat dengan Rasulullah SAW. Tiba-tiba tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husein. Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon:

"Wahai Paman, pukullah kami Paman, Kakek kami sedang sakit, Pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah SAW. Dengan memukul kami, sesungguhnya itu sama dengan memukul kakek kami wahai Paman."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu-cucu kesayanganku, duduklah kalian. Ini adalah urusan kakek dengan paman Ukasyah".

Maka sampailah Ukasyah di hadapan Rasulullah SAW. Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata:

"Bagaimana aku hendak memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini". 

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat untuk memapahnya ke bawah. Rasulullah SAW kemudian didudukkan pada sebuah kursi.

Dengan suara tegas, Ukasyah pun berkata lagi: "Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju Ya Rasulullah."

Mendengar perkataan Ukasyah, Para sahabat pun menjadi sangat geram. Namun mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tanpa berlama-lama dalam keadaan lemah, Rasulullah SAW pun membuka bajunya. Terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, dengan beberapa batu terikat di perut Rasulullah, pertanda Rasulullah sedang menahan lapar. Rasulullah SAW lalu berkata:

"Wahai Ukasyah, Segeralah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Allah SWT akan murka kepadamu."

Tiba-tiba Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW. Cambuk di tangannya ia buang jauh-jauh. Kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya sambil menangis sejadi-jadinya. 

Ukasyah kemudian berkata: 

"Ya Rasulullah, Ampuni aku, Maafkan aku. Mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu, karena Engkau pernah mengatakan bahwa "Barang siapa yang kulitnya pernah bersentuhan denganku, maka diharamkan api neraka atasnya."

"Seumur hidupku aku bercita-cita agar dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."

Rasulullah SAW pun tersenyum dan berkata:

"Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin melihat Ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah!" 

Melihat hal itu, para sahabat pun menitikkan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk Rasulullah SAW. Itulah bukti kecintaan para sahabat kepada Kekasih Allah SWT. Allaahumma Shalli 'Alaa Sayyidinaa Muhammad.

Selengkapnya
Antara Keadilan, Rahmat, dan Derajat Keutamaan

Antara Keadilan, Rahmat, dan Derajat Keutamaan

Allah memang Maha Adil, namun apakah Allah selalu berlaku adil kepada hamba-hambaNya?. Ketahuilah bahwa Allah tidak mengatur hamba-hambaNya hanya dengan keadilan saja, namun Ia juga melimpahkan rahmat dan kemurahanNya kepada hamba-hambaNya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah SWT pernah berdialog dengan Nabi Musa: "Allah berfirman: "Siksaku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki, dan rahmatKu meliputi segala sesuatu" (QS. Al A'raf, 156).

memandang alam
via pixabay

Ilmu Allah mencakup segala sesuatu, demikian pula rahmatNya juga meliputi segala sesuatu. Hukuman yang Allah berikan kepada hambaNya dikaitkan dengan kehendakNya, sedangkan rahmatNya bersifat umum dan dijadikannya meliputi segala sesuatu. Apa buktinya?. 

Seandainya Allah mengatur kita di dunia ini hanya dengan keadilanNya saja, maka pastilah semua yang ada di muka bumi ini akan hancur. Sebagaimana firmanNya:

"Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun" (QS. Fathir, 45).

Kita melihat bencana dan musibah terjadi di mana-mana. Banjir dan tanah longsor setiap tahun sering terjadi. Tsunami dan gunung meletus siap mengancam kapan saja. Bahkan belum lama ini virus Corona datang dan mewabah hingga merambah ke seluruh penjuru dunia dengan jumlah korban tiada terkira. Semua ini terjadi tidak lepas dari apa yang sudah manusia lakukan di atas bumi ini. Dan semua bencana atau musibah ini juga memang kuasa Allah untuk menimpakannya kepada umat manusia tanpa terkecuali. 

Namun jika kita renungi kembali, bencana atau musibah yang telah Allah timpakan ini, semua ini belumlah sebanding jika Allah ingin mengadili manusia atas apa yang telah mereka perbuat selama hidup di dunia ini. Allah memberi hukuman kepada manusia atas apa yang telah mereka perbuat, namun tidak semuanya. Dan Allah melakukan hal itu pun bukan sebagai balas dendam, melainkan agar mereka sadar dan lekas kembali ke jalan yang benar. Allah berfirman:

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)" (QS. Asy-Syura, 30).

FirmanNya yang lain juga menyebutkan:

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS. Ar-Rum, 41).

Dari sini dapat dipahami bahwa jika tidak karena pengampunanNya terhadap sebagian besar kezaliman kita kepada diri kita, maka pastilah kita sudah hancur sebab keadilanNya. Namun nyatanya Ia lebih mengedepankan rahmat dan kemurahanNya ketimbang memberlakukan keadilanNya atas kita semua. Begitu pula yang terjadi terkait balasan amal yang akan kita terima kelak saat berada di alam akhirat. Allah SWT berfirman:

"Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)". (QS. Al-An'am, 160).

Dari ayat di atas, kita mengerti bahwa Dia menanggapi kejahatan dengan keadilan dan kebaikan dengan kemurahanNya. Bahkan kita mendapatkan bahwa sebagian kebaikan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali bahkan lebih, seperti menafkahkan harta di jalan Allah. Firman Allah: 

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-Baqarah, 261).

Dalam sebagian riwayat juga disebutkan bahwa Allah berfirman: "Kebaikan di sisiKu seharga sepuluh kali kelipatannya sampai tujuh ratus kali bahkan lebih, sedangkan kejahatan di sisiKu seharga satu saja atau Aku akan mengampuni"

Itulah kenapa Allah juga mengajak kepada hambaNya agar kita tidak mencukupkan hanya dengan hukum keadilan saja dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Walaupun kita punya hak untuk mendapatkan itu (hukum keadilan), namun pada kondisi-kondisi tertentu kita juga dianjurkan untuk mengambil jalan melalui hukum kerahmatan agar kita dapat naik ke derajat keutamaan, sebagaimana firmanNya: 

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah". (QS. Asy-Syura, 40). 

Atau firmanNya yang lain:

"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar". (QS. An-Nahl, 126).

Menghukum suatu kejahatan dengan semisal itu memang sesuai dengan hukum keadilan. Namun jika kita bisa memaafkan suatu kejahatan yang dilakukan oleh orang lain kepada kita, terlebih orang tersebut juga telah meminta maaf dengan setulusnya kepada kita, maka hal itu selaras dengan hukum keutamaan sebagaimana dianjurkan bagi orang-orang beriman untuk melakukannya. 

"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia". (QS. Fussilat, 34). 

Selengkapnya
Kisah Ummu Haram dan Kebenaran Mimpi Rasulullah SAW

Kisah Ummu Haram dan Kebenaran Mimpi Rasulullah SAW

Selain figur panutan bagi umatnya, Rasulullah SAW juga dikenal sebagai sosok yang perhatian dengan para sahabatnya. Hal itu pula yang membuat beliau dekat dengan siapa saja, termasuk beberapa sahabat dari kalangan wanita. Pada waktu senggangnya, Rasulullah sering mengunjungi rumah mereka untuk sekedar menanyakan kabar atau keperluan lainnya. Salah satu di antaranya yaitu Ummu Haram. 

Kisah Ummu Haram dan Mimpi Rasulullah SAW
ilustrasi via islampos.com

Ummu Haram binti Milhan adalah seorang sahabat Nabi dari kalangan wanita Anshar. Suaminya adalah Ubadah bin Shamit RA, salah seorang sahabat Nabi yang terkemuka dari kalangan Bani Khazraj. Ummu Haram juga merupakan saudara kandung Ummu Sulaim dan rumah mereka sering dikunjungi oleh Nabi. Karena kedekatannya dengan Nabi, Ummu Haram pun dikenal juga sebagai perawi hadits. Ia sering meriwayatkan hadits dari keponakannya, yakni Anas bin Malik.
Pada suatu hari, Rasulullah SAW pergi mengunjungi rumah keluarga Ummu Haram Binti Milhan. Demi menyambut Rasul, Ummu Haram pun menyiapkan suguhan makanan untuk beliau. Tidak lama kemudian, ia mulai mencari kutu (metani) di rambut beliau. Lalu Rasulullah SAW tertidur sebentar, dan setelah terjaga beliau pun tersenyum. Ummu Haram bertanya, "Ya Rasulullah!, Apa yang membuat Anda tersenyum?". 

Rasulullah SAW menjawab, "Sebagian dari pengikutku diperlihatkan kepadaku di dalam mimpiku sebagai pejuang di jalan Allah (fi sabilillah), berlayar menyeberangi lautan seperti para raja di atas singgasananya atau para raja duduk di atas singgasananya (periwayat lupa mana yang lebih tepat)".

"Ummu Haram berkata, “Ya Rasulullah!, Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk salah seorang dari mereka". 

Rasulullah SAW lalu berdoa kepada Allah untuknya dan kemudian beliau tertidur lagi. Setelah terbangun Rasulullah tersenyum lagi. Ummu Haram kembali bertanya, "Ya Rasulullah!, Apa yang membuat Anda tersenyum?". 

Beliau menjawab, "Sebagian dari umatku diperlihatkan kepadaku sebagai para pejuang di jalan Allah". 

Ummu Haram kembali memohon kepada Rasul, "Ya Rasulullah!, Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk salah seorang di antara mereka". 

Rasulullah SAW kemudian menjawab, "Engkau termasuk di antara kelompok pertama." 

Benar saja, sabda Rasul terkait Ummu Haram ini pun menjadi kenyataan ketika kekhalifahan Islam hendak memperluas pengaruhnya ke wilayah Siprus. Saat itu, Ummu Haram dan suaminya ikut berlayar melintasi lautan bersama pasukan kaum Muslimin. Namun malang, Ummu Haram terjatuh dari kudanya begitu ia tiba di pulau itu dan meninggal dunia. Ia pun kemudian dimakamkan di tempat ia jatuh dan meninggal. Makamnya kini berada di Larnaca, Siprus. 

Untuk menghormati makam Ummu Haram, kekhalifahan Turki Utsmani kemudian membangun sebuah masjid di sebelahnya. Kompleks bangunan ini dikenal dengan nama Hala Sultan Tekke, merupakan tempat ibadah paling populer bagi umat Muslim di Siprus setelah Makkah, Madinah di Saudi Arabia dan Al Aqsa di Yerusalem. (Kisah di atas terdapat dalam Shahih Bukhari riwayat dari Anas bin Malik). 

Hala Sultan Tekke
Hala Sultan Tekke via wikimedia.org


Selengkapnya
Nasehat Syaikh Abdul Qadir Al Jailani Terkait Pergaulan Dalam Menjalani Hidup

Nasehat Syaikh Abdul Qadir Al Jailani Terkait Pergaulan Dalam Menjalani Hidup

Manusia adalah makhluk individual sekaligus makhluk sosial. Sebagai individu, setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda antara satu dengan lainnya, mulai dari penampilan fisik, kemampuan, kebutuhan, sikap dan perasaan. Sedangkan sebagai makhluk sosial, manusia adalah makhluk hidup yang membutuhkan bantuan orang lain dalam hidupnya. Bahkan sejak lahir, seseorang sudah membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

pergaulan muslim
ilustrasi via al-ibar.net

Sebagai Muslim, kita juga memahami bahwa manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial. Seseorang tidak akan memperoleh keutamaan dan menjadi baik dalam hidupnya jika dia tidak mempunyai teman dan terasing dari masyarakatnya. Artinya, ia harus bisa bergaul dan menunjukkan sikap sosial yang positif di dalam hidup bermasyarakat. Bentuk sikap sosial yang positif antara lain yaitu tenggang rasa, solidaritas, dan bekerja bersama dengan damai dalam masyarakat.  

Salah satu perilaku positif yang dapat kita biasakan adalah dengan selalu berbaik sangka (husnuddzan) dalam bergaul. Selain berprasangka baik kepada Allah, kita juga hendaknya selalu berpikir positif kepada sesama. Dengan sikap dan cara pandang seperti ini, maka seseorang dapat melihat sesuatu secara positif sehingga hati dan pikirannya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenarannya. Terkait hal ini, Sulthanul Auliya' Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pernah berpesan:

"Apabila engkau menjumpai seseorang yang kaulihat lebih utama atasmu, maka ucapkanlah: Bisa jadi dia menurut Allah lebih bagus daripada aku dan juga lebih tinggi derajatnya"

"Jika orang itu lebih kecil, maka ucapkanlah: Anak ini belum durhaka kepada Allah tetapi aku sudah, maka tidak ragu lagi ia lebih bagus daripada aku".

"Jika orang itu lebih tua, maka katakanlah: Orang ini telah mengabdi kepada Allah sejak sebelum aku".

"Jika orang itu alim maka ucapkanlah: Orang ini dianugerahi ilmu yang belum kuketahui dan mencapai sesuatu yang belum kucapai juga mengetahui sesuatu yang belum kuketahui, dan ia pun berbuat atas dasar ilmunya itu".

"Jika orang itu bodoh maka ucapkanlah: Orang ini durhaka kepada Allah karena ia belum tahu, tetapi aku durhaka kepadaNya justru karena sudah tahu, dan aku pun tidak tahu bagaimana nanti akhir hayatku dan akhir hayatnya"

"Jika orang itu kafir, maka katakanlah: Aku tidak tahu pasti, bisa jadi ia masuk Islam dan mati khusnul khatimah, bisa jadi pula aku kafir dan mati su-ul khatimah"

Selalu berprasangka baik memang banyak mengandung hikmah dan manfaat. Meskipun begitu, kita juga harus pandai dalam memilih pergaulan yang baik dan sesuai dengan ajaran kebenaran dalam Islam. Jangan sampai kita terbawa arus pergaulan buruk yang dapat menjerumuskan kita ke dalam jurang kehinaan. Dalam kesempatan lain, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani juga pernah mengatakan bahwa manusia itu ada 4 macam, yaitu: 

1. Orang yang tidak mempunyai lidah dan juga hati nurani. Dia adalah orang yang liar dan senantiasa berbuat durhaka kepada Tuhannya. Terhadap orang seperti itu, hendaknya kita waspada dan jangan bergaul dengannya. Sebab, ia terancam dengan siksa. 

2. Orang yang mempunyai lidah tetapi tidak punya nurani. Ia berbicara penuh hikmah tapi tidak melaksanakannya. Ia juga menyeru umat manusia ke jalan Allah, tetapi ia sendiri malah lari menjauh darinya. Orang ini hendaknya juga dijauhi, agar kita tidak terlahap oleh bicaranya yang manis, tidak terbakar oleh api maksiatnya, dan agar tidak terkena racun hatinya yang busuk. 

3. Orang yang mempunyai nurani tetapi tidak punya lidah. Dialah orang mukmin yang disembunyikan oleh Allah dari para hamba. Ia dikaruniai bisa melihat aib-aib dirinya sendiri, hatinya disinari nur Ilahi dan dapat mengetahui efek negatif dari pergaulan dengan umat manusia dari lontaran kata-kata. Dialah wali Allah yang senantiasa terlindungi dalam Tabir Allah Ta'ala. Padanyalah terdapat segala kebaikan. Dekatilah ia, bergaullah dengannya dan mengabdilah bersamanya, agar engkau dikasihi oleh Allah Ta'ala.

4. Orang yang senantiasa belajar, mengajar, dan mengamalkan ilmunya. Dialah ulama yang ahli tentang Allah dan ayat-ayat Allah. Dadanya dilapangkan dan di sini Allah menebarkan ilmu-ilmu-Nya yang tinggi. Hendaklah kita waspada, jangan sampai berselisih pendapat dengannya, jangan pula menjauh darinya, dan jangan lepas berpegangan dengan nasihatnya.

Sumber rujukan: Nashaih al 'Ibaad karya Syaikh Nawawi Al Bantani

Selengkapnya
7 Jenis Jamur Lezat dan Bergizi Untuk Dikonsumsi

7 Jenis Jamur Lezat dan Bergizi Untuk Dikonsumsi

Meskipun kadang dikonotasikan negatif sebagai organisme bersifat parasit dan berbahaya jika dikonsumsi, sebagian jamur ternyata memiliki potensi sebagai sumber makanan yang lezat dan bergizi. Di dunia yang luas ini, ada beragam jenis jamur yang bisa diolah menjadi bermacam-macam menu makanan lezat. Selain lezat, jamur-jamur tersebut juga diketahui memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sehingga kaya akan manfaat kesehatan. Tidak hanya itu saja, jamur juga cocok untuk dikonsumsi oleh para vegetarian sebagai lauk pengganti daging. 

Nah, jenis-jenis jamur apa sajakah yang lezat dan aman dikonsumsi tersebut?. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 7 di antaranya.


1. Jamur Tiram


jamur tiram
via shutterstock

Seperti terlihat dari namanya, jamur ini memiliki bentuk menyerupai kerang laut (tiram) sehingga dinamakan jamur tiram. Jamur ini cocok diolah menjadi beragam lauk makanan dan camilan seperti jamur goreng crispy. Jamur yang biasanya berwarna putih hingga krem ini dapat ditemukan di daerah hutan dan wilayah pegunungan berhawa sejuk. Jamur ini diketahui memiliki kandungan protein tinggi, fosfor, zat besi, kalsium, karbohidrat, kaya vitamin dan mineral, serta rendah kalori. Jamur ini sangat baik untuk pencernaan dan cocok bagi anda yang sedang melaksanakan diet.

2. Jamur Merang


jamur merang
via pexels

Jamur merang cukup mudah ditemukan di pasaran karena banyak dibudidayakan di daerah beriklim tropis. Pada makanan, jamur bertekstur lembut ini biasa ditemui sebagai bahan tambahan dalam pembuatan cream soup. Selain itu, jamur ini juga sering digunakan dalam pembuatan capcai, tumis jamur, sup, dan pepes jamur. Jamur merang memiliki kandungan protein tinggi, zat besi, tembaga, folat, fosfor, vitamin B5, protein, dan serat. Manfaat jamur merang bagi kesehatan yaitu dapat mencegah kanker, menguatkan sistem imun, dan cocok untuk para pelaku diet.

3. Jamur Shiitake


shiitake
via wikipedia.org

Jamur ini berasal dari Jepang dan masyarakat di sana biasa mengolahnya sebagai tambahan pada sup miso, digoreng sebagai tempura atau keripik, serta dicampurkan ke chawanmushi dan udon. Bentuk jamur ini memiliki bentuk kepala menyerupai jengkol sehingga kadang disebut juga dengan jamur jengkol. Jamur shiitake mengandung asam amino, karbohidrat, vitamin B, serat, zat besi, hingga selenium. Adapun manfaatnya bagi kesehatan yaitu dapat melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan kekuatan tubuh, memelihara kesehatan jantung hingga mengontrol kolesterol.

4. Jamur Kancing


jamur kancing
via istockphoto

Dinamakan jamur kancing karena jamur ini bentuknya menyerupai kancing pada pakaian. Jenis jamur ini cukup mudah ditemukan di pasaran karena biasa dijual dalam bentuk segar atau kalengan. Jamur ini sering diolah menjadi capcay atau tumisan seperti halnya pada Chinese food. Sedangkan pada masakan Barat, jamur kancing biasa digunakan pada menu omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing diketahui mengandung asam folat tinggi sehingga dipercaya dapat menurunkan kolesterol, menambah jumlah sel darah, serta menangkal radikal bebas. 

5. Jamur Kuping


jamur kuping
via kompas.com

Jamur ini memiliki cita rasa lembut sehingga cocok disajikan pada olahan sayur sop dengan kuah penuh rempah. Jamur yang sepintas mirip bentuk kuping (telinga) ini memiliki tiga varian yaitu jamur kuping putih, jamur kuping hitam, dan jamur kuping merah. Jamur kuping memiliki kandungan nutrisi seperti protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin, fosfor, magnesium, zat besi, mineral, dan energi sebesar 351 kal. Di antara manfaat mengkonsumsi jamur kuping yaitu untuk mengatasi sakit panas dalam, menurunkan tekanan darah tinggi, dan mengurangi rasa sakit pada kulit akibat luka bakar.

6. Jamur Enoki


enoki
via istockphoto

Berbeda dengan sebelumnya, jamur enoki memiliki bentuk sangat berbeda sehingga sangat mudah dibedakan dengan jamur jenis lainnya. Jamur yang hanya dapat tumbuh di tempat beriklim dingin ini sering digunakan dalam berbagai sup pada masakan Jepang, Korea, Cina, dan Vietnam. Jamur premium ini juga biasa dikonsumsi dengan panasnya kuah gurih dengan taburan bawang putih. Kandungan jamur ini antara lain serat, protein, vitamin B, kalori, dan mineral. Khasiat jamur ini antara lain yaitu dapat melancarkan buang air besar dan membersihkan pencernaan. 

7. Jamur Portobello


portobello
via food.detik.com

Jamur portobello memiliki bentuk menyerupai payung dengan tekstur padat dan berair. Ciri lainnya yaitu memiliki ukuran cukup besar dengan warna kecoklatan. Teksturnya yang padat dan berair membuat jamur ini kerap dikonsumsi saat pesta barbeque atau dijadikan sebagai salah satu topping dalam pizza. Jamur ini juga cocok dipanggang, ditumis atau dicincang menjadi campuran hamburger. Jamur ini diketahui kaya akan vitamin B dan berkhasiat untuk membantu menurunkan berat badan, menurunkan risiko kanker, dan meregenerasi sel-sel rusak dalam tubuh.

Itulah tadi ulasan singkat mengenai beberapa jenis jamur yang aman dikonsumsi dan dapat diolah menjadi beragam hidangan lezat dan nikmat. Semoga bermanfaat. 

Selengkapnya
24 Agustus, Peringatan Hari Televisi Nasional dalam Sejarah

24 Agustus, Peringatan Hari Televisi Nasional dalam Sejarah

Apakah anda tahu tanggal 24 Agustus itu hari apa?. Ya, tepat sepekan setelah perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, masyarakat Indonesia, terutama insan pertelevisian biasa memperingati tanggal 24 Agustus sebagai Hari Televisi Nasional. Hal ini sebenarnya mengacu pada peristiwa 24 Agustus 1962, dimana untuk pertama kalinya TVRI sebagai stasiun televisi pertama di Indonesia mengudara saat menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games IV di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta.

hari televisi nasional
ilustrasi

Yang menarik bukan hanya itu saja, dua stasiun televisi swasta di Indonesia yakni RCTI (Rajawali Citra Televisi) dan SCTV (Surya Citra Televisi) juga memperingati tanggal 24 Agustus sebagai hari ulang tahunnya. RCTI diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1989 sedangkan SCTV lahir pada 24 Agustus 1990. Keberadaan dua stasiun televisi swasta ini juga menandai awal mula keragaman pertelevisian di Indonesia pada saat itu. 

Lahirnya TVRI


TVRI

Sebagaimana dikutip dari wikipedia, Televisi Republik Indonesia (disingkat TVRI) adalah jaringan televisi publik berskala nasional di Indonesia. Menurut catatan sejarah, ide dan gagasan lahirnya TVRI bermula pada tahun 1961, saat Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah koordinasi urusan proyek Asian Games IV. 

Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T). Selanjutnya, pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang saat itu sedang berada di Wina mengirimkan teleks kepada Menteri Penerangan, Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi dengan jadwal sebagai berikut:
  1. Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (lokasi TVRI sekarang).
  2. Membangun dua pemancar: 100 W dan 10 kW dengan tower setinggi 80 m.
  3. Mempersiapkan perangkat lunak (program dan tenaga).
Pada tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT RI ke-17 dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan format hitam-putih dan didukung pemancar cadangan berkekuatan 100 W. Tepat pada tanggal 24 Agustus 1962, TVRI akhirnya mengudara untuk pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno. Dengan hadirnya TVRI, saat itu Indonesia menjadi salah satu dari empat negara di Asia yang memiliki stasiun televisi setelah Jepang, Filipina, dan Thailand.

Pada tahun 1964, TVRI mulai merintis pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah dimulai dengan TVRI Stasiun Yogyakarta yang secara berturut-turut diikuti dengan Stasiun Medan, Surabaya, Makassar, Manado, Denpasar, dan Samarinda. TVRI memonopoli siaran televisi di Indonesia hingga tahun 1989. Setelahnya, kemudian berdirilah stasiun televisi swasta pertama Indonesia yaitu RCTI (tahun 1989) di Jakarta dan diikuti SCTV pada tahun 1990 di Surabaya.

Hingga saat ini, TVRI bersama Radio Republik Indonesia (RRI) statusnya adalah Lembaga Penyiaran Publik sesuai dengan ketetapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. 

Lahirnya RCTI


RCTI

Rajawali Citra Televisi (disingkat RCTI) adalah stasiun televisi swasta pertama di Indonesia yang mengudara pada 13 November 1988. RCTI memulai siarannya secara komersial sekaligus diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Agustus 1989 di Studio RCTI Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Pada mulanya, RCTI didirikan sebagai perusahaan patungan dengan kepemilikan saat itu adalah Bimantara Citra (69,82%) dan Rajawali Wirabhakti Utama (30,18%). 

Pada saat itu, siaran RCTI hanya dapat ditangkap oleh pelanggan yang memiliki dekoder dan membayar iuran setiap bulannya. Pada akhir 1989, RCTI melepas dekodernya, dan kemudian Pemerintah mengizinkan RCTI melakukan siaran bebas secara nasional sejak tahun 1990, meski baru terwujud pada akhir 1991 setelah berdirinya RCTI Bandung pada 1 Mei 1991. Kini sejak Oktober 2003, RCTI dimiliki oleh Media Nusantara Citra, kelompok perusahaan media yang juga memiliki GTV dan MNCTV.

Lahirnya SCTV


SCTV

Setelah hadirnya RCTI, dunia pertelevisian Indonesia masih berlanjut dengan lahirnya SCTV (Surya Citra Televisi) sebagai televisi swasta kedua di Indonesia yang lahir pada tanggal 24 Agustus 1990 di Surabaya, Jawa Timur. Pada mulanya, SCTV lahir sebagai stasiun televisi lokal di Surabaya yang berpusat di Jl. Darmo Permai, Surabaya, Jawa Timur. Meski 24 Agustus ditetapkan sebagai tanggal kelahirannya, SCTV baru mendapatkan izin sebagai stasiun televisi nasional di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1993. 

Secara bertahap, kantor operasional SCTV pun kemudian dipindahkan dari Surabaya ke Jakarta. Meski berkali-kali berpindah kantor, pada tahun 2001, SCTV kemudian memusatkan kegiatan operasionalnya di Gedung Graha SCTV (sekarang Gedung Graha Mitra milik Indika Group), di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Selanjutnya pada tahun 2007, kegiatan operasional SCTV berpusat di Senayan City, dengan stasiun pemancar dan studio Penta tetap dipusatkan di Kebon Jeruk.

Pada mulanya, mayoritas saham SCTV dimiliki oleh Bimantara Citra melalui anak usahanya, Sindo Citra Media (kini menjadi Surya Citra Media, dengan melakukan merger bersama PT Cipta Aneka Selaras). Namun sejak tahun 1999, mayoritas saham SCTV kemudian diakuisisi oleh Surya Citra Media. Dan selanjutnya pada awal Mei 2013, SCTV dan Indosiar kemudian resmi bergabung di bawah naungan Surya Citra Media. 

Nah, Sudah tahu kan sekarang tanggal 24 Agustus itu hari apa. Semoga informasi di atas dapat menambah pengetahuan kita tentang sejarah pertelevisian di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Selengkapnya