Kubah Masjid, Sejarah Asal Muasal dan Keberadaannya

Masjid dengan kubah emas di Indonesia
Kubah Emas, Depok, Indonesia

Jika kita cermati, sebagian besar masjid-masjid di Indonesia memiliki kubah di atapnya. Selain di Indonesia, masjid-masjid berkubah juga banyak ditemui di wilayah Iran dan kawasan Asia Tengah, serta Turki dan India. Sementara di tanah Arab sendiri, termasuk Afrika, dan Eropa, relatif lebih jarang ditemukan masjid yang berkubah. 

Selama ini, banyak dari kita yang beranggapan bahwa kubah adalah warisan asli dari kebudayaan Islam. Padahal sebenarnya, bentuk arsitektur kubah bukanlah berasal dan berakar dari arsitektur Islam. 

Pada masa Rasulullah SAW, masjid sebagai tempat ibadah dibuat dengan sangat sederhana. Arsitektur terkemuka, Prof K Cresswell dalam Early Muslim Architecture menyatakan bahwa pada desain awal masjid Madinah sama sekali belum mengenal kubah. Saat itu, bangunan masjid berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas sekelilingnya. 

Di sepanjang bagian dalam dinding masjid tersebut, dibuat semacam serambi yang langsung berhubungan dengan lapangan terbuka yang berada di tengahnya. Seiring berkembangnya teknologi arsitektur, berbagai inovasi baru muncul sehingga bentuk kubah pun kemudian diadopsi dan digunakan sebagai atap bangunan masjid.

Asal Muasal Bentuk Kubah


Menurut sejarahnya, bentuk arsitektur kubah pertama kali digunakan oleh Bangsa Mesopotamia pada sekitar 6000 tahun silam. Pada abad ke-14 SM, di Mycenaean Greeks juga sudah ditemukan bangunan makam yang berbentuk kubah (tholos tombs). 

Selain pendapat ini, ada juga yang menyatakan bahwa bentuk arsitektur kubah mulai muncul pada masa Imperium Romawi, yakni pada sekitar tahun 100 M. Kubah yang terdapat pada bangunan kuil Pantheon di kota Roma menjadi salah satu buktinya. Bangunan ini dibangun oleh Raja Hadria pada 118-128 M.

Pada masa berikutnya, sampai pada masa periode awal kristen, penggunaan kubah semakin berkembang pesat. Struktur dan bentang kubah pada masa itu tidak terlalu besar. Hal ini seperti yang dijumpai pada bangunan Santa Costanza di Roma. 

Pada tahun 500 M, Kaisar Justinian yang pernah berkuasa pada era kekuasaan Bizantium juga telah membangun sebuah bangunan dengan kubah kuno yang megah. Bangunan ini adalah Hagia Sophia yang berada di Kostantinopel (sekarang Istanbul, Turki). 

Pada masanya, bangunan ini terkenal akan kubah besarnya, dan dipandang sebagai lambang arsitektur Bizantium. Hagia Sophia awalnya merupakan gereja Katedral, sempat diubah menjadi masjid pada masa khilafah Turki Utsmani dan sekarang dijadikan museum.

Hagia Sophia di Turki
Hagia Sophia di Istanbul, Turki

Masjid dengan Kubah dan Perkembangannya


Seiring perkembangan zaman, para arsitek muslim pun mulai berinovasi dengan mengadopsi bentuk kubah untuk dipakai pada bangunan masjid. Menurut sejarah, masjid pertama yang dipakaikan kubah adalah Masjid Umar di Yerussalem. 

Bangunan kubah yang juga dikenal dengan sebutan kubah batu/ Qubbat as Sakhrah/ Dome of Rock ini dibangun pada tahun 685-688, yakni saat Khalifah Abdul Malik berkuasa. Inilah masjid pertama dalam sejarah arsitektur Islam yang menggunakan kubah. Menurut sejarawan Al Maqdisi, pembuatan kubah untuk masjid ini menghabiskan biaya sekitar 100 ribu dinar (koin emas).

Masjid Dome of Rock di Yerussalem
Dome of Rock, Yerussalem

Interior Kubah Batu dihiasi dengan arabesk, yaitu hiasan berbentuk geometris, tanaman rambatan dan ornamen kaligrafi. Unsur hiasan seperti ini menjadi ciri khas arsitektur Islam sejak abad ke-7 M. Hingga kini, seni kaligrafi juga masih menjadi ornamen yang selalu menghiasi interior bangunan sebuah masjid. 

Keberadaan kubah pada Masjid Umar di Yerussalem ini menjadi titik awal dari menjalarnya arsitektur kubah pada masjid-masjid yang dibangun sesudahnya. Bentuk arsitektur masjid berkubah ini berkembang ke berbagai negara-negara islam lainnya, seperti Mesir, Iran, Pakistan, India, Asia tengah dan lainnya. Di Mesir, pada abad ke 12 M, kubah bahkan dijadikan sebagai semacam lambang arsitektur Mesir dalam struktur masyarakat Islam. 

Perkembangan arsitektur kubah di negara-negara yang berbeda turut mempengaruhi bentuk kubah yang semakin beragam. Hal ini biasanya disesuaikan dengan budaya masyarakat muslim di daerah tersebut. Artinya, bentuk kubah yang semakin beragam mengikuti adat dan arsitektur asli daerah tersebut. Seperti misalnya di Mesir, kubah dibentuk setengah oval, eliptis, atau berbentuk bulat panjang seperti lengkung telur, dan ada yang berbentuk silinder (ustuwani) serta kerucut (makhrut). 

Di Afrika Utara, kubah dibentuk menekan dengan bulat rendah. Di Persia, kubah berbentuk seperti bawang, yaitu lancip ke atas. Di Turki, bentuk kubah masih kental dengan nuansa Bizantium. Di India, kubah berbentuk agak bulat, sedangkan di China, masyarakat muslim di sana memasukkan unsur arsitektur cina pada kubah masjid mereka. Di Indonesia, bentuk kubah masjid meniru gaya Timur Tengah, yaitu bulat separuh bola.

Kubah pada Masjid di Indonesia


Keberadaan Masjid berkubah di Indonesia diperkirakan masih baru, yakni pada sekitar abad ke 19 M. Di jawa, masjid yang menggunakan kubah baru muncul pada pertengahan abad ke 20. Sebelumnya, bentuk masjid-masjid di Nusantara tidak menggunakan kubah pada desain bagian atasnya. Seperti di Jawa, bentuk atap pada bagian atas masjid biasanya mengambil desain seperti model rumah joglo, yang berbentuk minimalis dan berundak. Hal ini bisa kita lihat contohnya pada masjid peninggalan Walisongo yakni masjid Agung Demak.
Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan teknologi, masuknya pengaruh budaya luar seperti bentuk arsitektur kubah ini turut melengkapi bentuk arsitektur bangunan masjid di negeri ini. Seiring waktu, bentuk masjid berkubah pun mulai banyak dibangun di berbagai wilayah di Nusantara. 

Kini, bentuk arsitektur masjid dengan kubah hampir bisa ditemui pada setiap masjid-masjid baru yang dibangun di negeri ini. Sebagian besar masjid-masjid di Indonesia sekarang selalu dilengkapi dengan kubah. Bahkan bentuk kubah kini seperti menjadi penanda bagi bangunan masjid di Indonesia.

Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang
MAJT, Semarang, Indonesia

Sebagai salah satu komponen arsitektur masjid, sejatinya kubah tidak sekadar menampilkan kemegahan dan keindahan belaka. Selain untuk menerangi bagian interior masjid, keberadaan arsitektur bangunan kubah juga ternyata punya makna yang lebih dalam. 

Merujuk pada tulisan berjudul A review of Mosque Architecture, Foundation for Science Technology Civilisation (FSTC), ''Keberadaan kubah dalam arsitektur Islam paling tidak memiliki dua interpretasi simbolik. Yakni, merepresentasikan kubah surga dan menjadi semacam simbol kekuasaan dan kebesaran Tuhan". 


Labels: Mozaik, Seni Budaya

Thanks for reading Kubah Masjid, Sejarah Asal Muasal dan Keberadaannya. Please share...!

0 Komentar untuk "Kubah Masjid, Sejarah Asal Muasal dan Keberadaannya"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.