7 Destinasi Ziarah Wali di Pulau Madura


Dalam rangkaian tour ziarah Walisongo, Pulau Madura seringkali menjadi tujuan lain yang biasa dikunjungi untuk menziarahi beberapa makam Wali yang ada di sana. Makam-makam tersebut umumnya adalah makam para Ulama, kyai atau tokoh pemimpin yang berperan dalam menyebarkan agama Islam di pulau Madura. Makam para kyai atau wali dalam Bahasa Madura sering disebut dengan Buju’, sedangkan kompleks makam disebut “pasarean”. 

Jika anda hendak mencari rujukan mengenai makam-makam Wali yang biasa menjadi tujuan ziarah di pulau Madura, berikut daftar makam-makam tersebut beserta informasinya.

Makam wali di Madura
makam-makam Wali di Madura via gotravelly.com

1. Makam Syekh Kholil Bangkalan


Masyarakat Nahdliyyin atau kalangan pesantren pasti tahu siapa Syekh Kholil atau Mbah Kholil. Beliau adalah guru dari Ulama-Ulama besar Nusantara, termasuk pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari. Makam Mbah Kholil terletak di Desa Mertajasah Kecamatan Kota Kabupaten Bangkalan. Mbah Kholil lahir pada hari Selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan. Semasa hidupnya, beliau mengembara ke berbagai pesantren untuk menimba berbagai ilmu agama. Beliau juga pernah memperdalam ilmunya hingga ke Mekkah pada tahun 1859 M. Sepulangnya di Bangkalan, beliau mendirikan pesantren hingga akhirnya banyak santri yang datang berguru kepadanya. (selengkapnya baca: Biografi Mbah Kholil Bangkalan

Makam Mbah Kholil termasuk tujuan ziarah yang selalu direkomendasikan ketika anda hendak berziarah ke makam para Wali yang ada di pulau Madura. Tidak heran jika makam Mbah Kholil ini selalu ramai karena banyak dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari berbagai wilayah di tanah air. Selain makam Mbah Kholil, di kompleks ini anda juga dapat melihat salah satu masjid terindah yang bernama masjid Mubarok Murtajasah Bangkalan. Selain itu, anda juga dapat membeli berbagai oleh-oleh khas kota Bangkalan dari beberapa penjual yang berjualan di sekitar area makam. 

2. Kompleks Makam Batu Ampar


Kompleks makam atau pasarean Batu Ampar terletak di Desa Pangbatok, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Istilah Batu Ampar berasal dari Bahasa Madura yaitu “Bato” yang berarti batu dan “Ampar” yang berarti berserakan namun teratur, seperti halnya permadani yang dihamparkan. Ada 6 wali Allah yang dimakam di kompleks ini, yaitu: Syekh Abdul Manan (Bujuk Kosambi), Syekh Syamsudin (Bujuk Lattong), Syekh Basyaniyah (Bujuk Tumpeng), Syekh Damanhuri, Syekh Moh. Romli dan Syekh Husen. Karomah dari tempat ini dipercaya akan mendatangkan keberkahan bagi para peziarah yang telah berkesempatan berdoa di tempat ini.

Pasarean Batu Ampar ini memang merupakan komplek makam para ulama yang dikeramatkan dan disegani oleh masyarakat setempat, dimana setiap harinya tempat ini tak pernah sepi dari para peziarah. Ada juga kepercayaan yang berkembang di masyarakat bahwa barangsiapa yang menghatamkan Al-Quran ditempat ini niscaya akan membuatnya lancar dalam membaca Al-Quran. Selain berziarah, anda juga bisa menemukan berbagai macam oleh-oleh khas Madura di sini, mulai dari Aneka keripik dan kerupuk, terasi, hingga Petis Madura. Anda juga bisa menjumpai bermacam clurit khas Madura yang dijual di tempat ini. Jika pada siang hari, dari atas tempat ini kita juga bisa menyaksikan pemandangan Pamekasan dari atas.

3. Makam Air Mata Ibu (Rato Ebu) 


Makam Rato Ebu terletak didalam kompleks Pasarean “Aer Mata”, yang juga merupakan makam raja-raja Bangkalan, terletak 25 km arah Utara kota Bangkalan, tepatnya di desa Buduran Kecamatan, Arosbaya Kabupaten Bangkalan. Makam Rato Ebu adalah makam seorang wanita mulia bernama Syarifah Ambami, beliau merupakan keturunan Sunan Giri Gresik ke 5. Menurut ceritanya, beliau adalah istri dari Cakraningrat I, raja Madura kala itu. Karena sang Raja lebih sering menghabiskan waktunya di Mataram, hal itu membuat Syarifah Ambami merasa sedih dan beliau pun melakukan pertapaan di sebuah bukit yang berada di Desa Buduran Arosbaya. 

Beliau berdoa agar keturunannya hingga 7 turunan ditakdirkan menjadi penguasa di Madura. Ketika sedang bertapa, beliau bertemu dengan Nabi Khidir. Nabi Khidir pun mengatakan jika semua permohonannya itu akan dikabulkan. Syarifah pun sangat senang dan akhirnya kembali pulang ke rumah. Ketika suaminya kembali dari Mataram, Syarifah Ambani menceritakan mengenai pertapaan yang dilakukannya. Bukannya senang, ternyata Cakraningrat I marah besar kenapa istrinya hanya memohon dan berdoa sampai 7 turunan saja. Syarifah Ambani pun merasa bersalah, dan beliau menangis dari pagi hingga malam tanpa henti. Dari tangisan beliau tersebut ternyata membanjiri tempat setempat yang hingga kini telah menjadi sebuah mata air atau yang disebut juga dengan Aeng Mata Ebu. 

4. Makam Sunan Cendana


Makam Sunan Cendana berlokasi di desa Ketetang Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan. Sunan Cendana bernama asli Syeikh Zainal Abidin, beliau termasuk keturunan ke-25 dari Nabi Muhammad dan merupakan cucu dari Sunan Ampel. Sebutan Sunan Cendana sendiri merupakan sebuah julukan dari masyarakat pada waktu itu. Alasan pemberian julukan tersebut karena dahulu kala Sunan Cendana ini selalu bertapa di bawah pohon Cendana sehingga mudah dikenali. Sunan Cendana datang ke Pulau Madura atas sebuah amanah dari Sunan Ampel untuk menyebar luaskan agama Islam di Pulau Madura, yang saat itu belum ada yang memeluk agama Islam. Dengan hanya berjalan kaki, Sunan Cendana berangkat menuju Pulau Madura menyeberangi Selat Madura.

Saat beliau sampai di pesisir pantai, seekor ikan besar yang dikenal sebagai ikan Mondung menawari beliau untuk naik di atas punggungnya dan akan mengantarkannya hingga ke pulau Madura. Maka naiklah beliau ke atas punggung ikan itu. Sesampainya di pesisir pantai Madura, turunlah beliau dari punggung ikan Mondung dan kemudian beliau berkata kepada ikan bahwa ikan tersebut boleh meminta hal apa saja demi membalas kebaikannya. Namun ternyata ikan Mondung tidak meminta apa-apa kecuali barokah dari Sunan Cendana. Mendengar hal itu spontan Sunan Cendana berjanji kepada ikan Mondung bahwa jika kelak ada keturunan beliau yang memakan dia beserta keturunannya maka keturunan Sunan Cendana akan terkena penyakit kulit. Banyak kisah yang menceritakan mengenai karomah-karomah dari Sunan Cendana ini. Tidak heran jika makam beliau selalu ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai tempat. 

5. Makam Sayyid Yusuf Talango


Makam ini berlokasi di Desa Talango, Kecamatan Talango, Pulau Poteran/Talango, Kabupaten Sumenep. Sayyid Yusuf sendiri dikenal sebagai salah satu tokoh penyebar Islam di Nusantara. Menurut cerita turun temurun, asal mula ditemukannya makam Sayyid Yusuf bermula ketika Raja Sumenep saat itu, yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat, beserta rombongannya yang terdiri dari para prajurit berangkat dari keraton Sumenep bermaksud untuk menyebarkan agama islam ke pulau Bali. Dalam perjalanan, Sri Sultan Abdurahman dikejutnya oleh adanya cahaya di tengah lautan. Karena penasaran maka dicarinya asal cahaya tersebut. 

Setelah ketemu, ternyata dijumpainya sosok jenazah yang memancarkan sinar tersebut. Maka dibawalah jenazah tersebut ke pulau Talango untuk dimakamkan, setelah dimakamkan dan selesai berdoa, tiba-tiba jatuhlah selembar daun kelor dengan bertuliskan “Hadza Maulana Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al Hasan”. Karena yakin beliau adalah ulama yang mempunyai karomah luar biasa, maka Sri Sultan Abdurahman kemudian membuatkan batu nisan atas nama beliau. Jika anda hendak berziarah ke makam beliau, di Talango ini juga terdapat banyak penjual oleh-oleh khas Sumenep yang cukup menggiurkan bagi pengunjung. Beberapa jasa ojek juga mengais rezeki dari jasa peziarah yang hendak menuju pelabuhan tempat kapal bersandar.

6. Makam Asta Tinggi


Asta Tinggi merupakan sebuah kawasan pemakaman khusus para raja Sumenep dan keluarganya yang terletak di dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Kompleks makam ini sudah berdiri sejak abad XVI masehi. Selain memiliki nilai sejarah dan kekeramatan, Asta Tinggi juga menjadi lokasi yang menunjukkan kejayaan kerajaan sumenep. Hal tersebut terlihat dari bentuk ornamen yang terdapat di dalam kompleks makam, dengan hadirnya ornamen khas Cina, Eropa, Arab dan Jawa. Berdasarkan beberapa sumber sejarah, Asta Tinggi memiliki nilai kekeramatan yang tinggi. Orang banyak berziarah kesini karena raja-raja Sumenep juga dikenal kewaliannya yang menyebarkan Islam di daerah Sumenep dan sekitarnya.

Makam pertama yang ada di Asta Tinggi adalah makam dari R. Mas Pangeran Anggadipa yang merupakan seorang adipati. Disampingnya adalah makam istri beliau yang bernama R. Ayu Mas Ireng, putri dari Panembahan Lemah Duwur. Selain makam keduanya, tokoh-tokoh lain yang dimakamkan di dalam area kompleks makam ini yaitu Pangeran Wirosari atau Pangeran Seppo, Pangeran Rama, R. Ayu Artak (Istri Pangeran Panji Polang Jiwa), Pangeran Panji Polang Jiwa (R. Kaskiyan), Ratu Ari, Pangeran Jimat (R. Ahmad), R. Aria Wironegoro, R. Bendara Moh. Saud, R. Ayu Dewi Rasmana, Panembahan Notokusumo I, Asiruddin, Sultan Abdur Rahman, Panembahan Moh. Saleh dan lain-lain. Untuk anda yang hendak mengunjungi tempat ini, maka anda diwajibkan untuk melepaskan alas kaki sebelum masuk makam. Setiap harinya, kompleks pemakaman ini ramai dikunjungi oleh para peziarah, apalagi ketika hari-hari besar Agama Islam.

7. Makam Sultan Abdul Kadirun


Makam Sultan Abdul Kadirun terletak di Jalan Sultan Abdul Kadirun, Bangkalan. Situs makam keramat ini berlokasi sangat strategis, karena berada tepat di jantung kota Bangkalan. Didalam komplek makam ini terdapat makam-makam keramat yang masih satu garis keturunan dengan raja-raja Madura Barat. Sosok dari Sultan Abdul Kadirun sendiri sebenarnya mempunyai nama asli Raden Maulana Abdul Kadir. Selain menjadi seorang Raja, beliau juga seorang ahli agama yang khusyuk. Selain itu, beliau juga terkenal sebagai seorang ahli strategi dan taktik berperang. Pada masa mudanya, beliau sering kali secara langsung memimpin pasukan ke medan perang, baik saat melawan tentara kolonial Inggris maupun sejumlah kerajaan di Pulau Jawa dan Sulawesi. Beliau juga yang menggagas berdirinya Masjid Agung Bangkalan.

Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Kadirun tahun 1815-1847, Islam mulai berkembang dan menjadi dominan di antara masyarakat Bangkalan. Tidak heran jika Sultan Abdul Kadirun begitu dihormati sosoknya. Dari bentuk makamnya sendiri yang megah telah menggambarkan bahwa beliau begitu berjasa terhadap penyebaran agama Islam di pulau Madura. Jika anda berziarah ke makam ini pada malam hari, suasana dari makam Sultan Abdul Kadirun dan kompleks Masjid Agung di dekatnya seakan-akan ikut terlarut dalam sinar warna-warni lampu perkotaan. Sehingga siapapun peziarah yang datang dari luar daerah, akan secara otomatis menikmati keindahan kota Bangkalan yang cukup eksotis.

Demikianlah 7 Destinasi Ziarah Wali di Pulau Madura. Semoga bisa memberi anda rujukan mengenai lokasi tempat-tempat ziarah yang hendak anda tuju jika berkunjung ke pulau Madura. Semoga bermanfaat. Baca juga: 7 Tujuan Ziarah Wali Pitu di Pulau Bali

Labels: Jelajah

Thanks for reading 7 Destinasi Ziarah Wali di Pulau Madura. Please share...!

0 Komentar untuk "7 Destinasi Ziarah Wali di Pulau Madura"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.