Kisah Ilmuwan Jerman Meneliti Keajaiban Siwak


Beberapa waktu yang lalu, kita telah membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan Ajaran bersiwak seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW, berserta kandungan dan manfaatnya. Berbagai penelitian tentang kandungan dan manfaat siwak juga telah dilakukan oleh para ilmuwan dan peneliti, baik ilmuwan muslim maupun ilmuwan dari kalangan non muslim. 

Keajaiban siwak

Salah satu di antaranya adalah yang pernah dilakukan oleh seorang ilmuwan dari Jerman. Pada sekitar tahun 60 an, sebuah jurnal terbitan Jerman Timur pernah memuat artikel seorang ilmuwan bernama Rudath, Direktur Pusat Studi Mikroba di Universitas Rostock, Jerman. Dalam artikel tersebut, ia menulis:

"Saya pernah membaca tulisan tentang siwak yang digunakan oleh orang-orang Arab sebagai sikat gigi di dalam sebuah buku milik pelancong yang baru saja berwisata ke negara mereka. Pada mulanya hal itu tampak bagi saya sebuah lelucon dan bukti keterbelakangan orang-orang Arab.

Bagaimana bisa di abad 20 ini mereka masih membersihkan gigi-gigi mereka dengan potongan kayu?. Namun sejurus kemudian saya berpikir, adakah fakta ilmiah di balik potongan kayu ini sehingga orang-orang Arab sampai sebegitu militan menggunakannya?.

Kesempatan untuk mengetahui misteri ini akhirnya tiba, ketika rekan saya yang bekerja di ladang kuman di Sudan membawakan beberapa potong kayu siwak.

Saya pun langsung meneliti kayu-kayu ini. Pertama-tama saya menumbuk dan membasahinya dengan air. Kemudian tumbukan kayu siwak yang basah ini saya masukkan ke dalam sebuah kotak tempat pengembangbiakan kuman. Ternyata pengaruh yang ditimbulkan tumbukan kayu siwak ini sama seperti pengaruh pinisiline"

Pinisiline atau Penisilin sendiri merupakan antibiotik yang digunakan untuk menangani infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan membunuh bakteri penyebab infeksi atau menghentikan pertumbuhannya.

Selain berfungsi sebagaimana pinisilin, Rudath juga mengatakan bahwa siwak mengandung zat yang bekerja untuk melawan pembusukan, zat pembersih yang membantu membunuh kuman, memutihkan gigi, melindungi gigi dari kerapuhan, bekerja membantu merekatkan luka gusi dan pertumbuhannya secara sehat, dan melindungi mulut serta gigi dari berbagai macam penyakit. 

Selain memberikan efek higienis, siwak juga menstimulasi biologically active spots (BAS) atau titik aktif biologis, yang terletak diantara gigi dan gusi. Titik-titik ini mengatur enam organ: telinga, mata, hidung, lidah, dan oeso phagus (saluran makanan dari mulut ke perut), tiga pasang cells (wetge shaped, rahang atas, ethmoid), sinus, sendi temporal rahang bawah, dan 28 syaraf tulang belakang yang mengatur fungsi-fungsi secara praktis semua organ, otot, dan sendi pada ekstremitas atas dan bawah.

Titik –titik yang sama mengatur fungsi sejumlah organ seperti empedu dan kantong empedu, liver, ginjal, perut, pancreas, limfa, paru-paru, jantung, usus besar dan usus kecil. Terpijitnya titik-titik aktif biologis pada mulut oleh siwak akan meredakan rasa sakit dan menurunkan ketegangan otot-otot neuroreflex yang disebabkan oleh osteochondros (sejenis penyakit tulang). 

Demikianlah keajaiban dari Sunnah Rasul yang terkandung dari kayu siwak. Penggunaan siwak secara teratur, selain mencegah penyakit, juga mengatur perkembangan tujuh puluh titik aktif yang disingkat dengan istilah BAS itu sehingga membantu pikiran kita agar jernih.

Sungguh ajaran Islam telah banyak memberikan kemaslahatan bagi umat manusia bagi mereka yang benar-benar merenungkannya. Tidaklah anjuran bersiwak bagi umat Islam yang dicontohkan Rasulullah ini kecuali memang beliau mendapat bimbingan dari Sang Rabbul Izzati, Allah Sang Penguasa Alam Semesta. Wallahu A'lam. 

Labels: Kesehatan, Kisah Hikmah

Thanks for reading Kisah Ilmuwan Jerman Meneliti Keajaiban Siwak. Please share...!

0 Komentar untuk "Kisah Ilmuwan Jerman Meneliti Keajaiban Siwak"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.