Jemblung adalah kesenian tradisional berupa seni bercerita atau mendongeng yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Pada masa kini, Keberadaan kesenian ini mulai jarang ditemui, padahal, jemblung atau yang juga disebut menthiet merupakan salah satu jenis kesenian tradisional asli Kebumen selain ebeg, janeng, dan kesenian-kesenian asli Kebumen lainnya. Dongeng yang dibawakan dalam kesenian ini pada umumnya menggunakan bahasa Jawa ngapak khas Kebumen dan mengisahkan sejarah atau babad Tanah Jawa pada masa kerajaan.
Pada era 70 an, kesenian ini sempat naik daun dan digandrungi masyarakat Kebumen, namun seiring waktu kesenian ini semakin terpinggirkan dan kini keberadaannya justru sangat memprihatinkan. Memang di beberapa wilayah kesenian ini masih coba untuk dilestarikan, bahkan suatu waktu saya juga pernah menyaksikan kesenian jemblung ini ditampilkan di stasiun tv lokal Kebumen (Ratih TV). Namun begitu, tampaknya banyak juga generasi muda Kebumen yang belum kenal dengan kesenian unik yang satu ini.
Meski nyaris tenggelam, jemblung masih bisa dijumpai di kawasan yang menjadi asal lahirnya kesenian ini, yakni sekitar Kebumen bagian selatan dan barat seperti kecamatan Ayah dan sekitarnya. Selain itu, jemblung juga sering dipentaskan di daerah Tambak, perbatasan antara Kebumen dan Banyumas. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara-acara hajatan warga seperti perkawinan, khitanan, dan acara-acara lainnya.
Sebutan Jemblung konon berasal dari istilah jenjem-jenjeme wong gemblung yang artinya Tentram-tentramnya wong gemblung (orang gila). Layaknya orang gila, pemain jemblung akan tetap berbicara meski hanya seorang diri. Karena inilah, kesenian tradisional mendongeng ini dinamakan Jemblung. Meski demikian, kesenian ini mengandung maksud bahwa walaupun dalam pertunjukannya berlaku seperti orang gila, tetapi dalam ceritanya mengajarkan pesan-pesan yang baik dan positif kepada masyarakat.
Kesenian Jemblung bisa dimainkan oleh satu orang atau lebih. Namun biasanya, jemblung dimainkan oleh 4-5 pemain yang masing-masing berperan sebagai dalang, sinden dan pengiringnya. Meski demikian, para pelaku seni kesenian ini lebih dikenal dengan sebutan Dalang Jemblung. Kesenian ini biasa dimainkan dengan duduk. Kelengkapan pertunjukan Jemblung adalah sesaji berupa aneka macam makanan tradisional (jajanan pasar) yang ditempatkan dalam sebuah tenong (tempat terbuat dari anyaman bambu) dan wangi–wangian (asap kemenyan). Kostum pemain Jemblung pada umumnya adalah pakaian tradisional khas jawa yang sederhana, baik laki–laki maupun perempuan.
Pentas Pertunjukan Jemblung
Kesenian jemblung biasanya dibuka dengan lantunan lagu Dandanggula dan dipisahkannya dua gunungan. Lagu dandanggula merupakan ciri khas dari seni pertunjukan Jemblung, karena lagu Dandanggula cocok dan sesuai dengan alur cerita Jemblung. Dipisahkannya kedua gunungan tersebut menandakan bahwa cerita akan segera dimulai. Gunungan tersebut melambangkan sebuah dunia, karena cerita yang diangkat dalam seni pertunjukan Jemblung berasal dari kehidupan masyarakat dunia. Kemudian sang dalang menyampaikan ringkasan cerita yang akan ditampilkan, dan dilanjutkan dengan adegan-adegan cerita tersebut.
Layaknya pertunjukan wayang kulit atau ketoprak, seni bercerita dan berdialog dalam pementasan jemblung juga diiringi dengan musik pengiring secara sederhana yang dilantunkan dengan mulut meniru suara gamelan. Kesenian Jemblung benar – benar memfokuskan pada seni suara berupa cerita dan dialog tanpa gerakan tubuh. Gerakan aktif terjadi hanya pada mimik muka (ekspresi wajah), sehingga kesenian ini bisa dilakukan dengan posisi duduk. Inilah salah satu keunikan kesenian ini, bunyi-bunyian yang terdengar, termasuk suara gamelan, semuanya berasal dari mulut para pemainnya.
Selain musik pengiring yang unik dari mulut, properti ataupun perlengkapan yang digunakan juga sangat sederhana atau bisa dibilang kreatif. Mereka biasanya hanya menggunakan barang-barang yang ada di depan mereka. Misalnya saja ketika ada sebuah adegan perang, mereka tidak menggunakan pedang atau keris sebagai senjatanya, namun mereka menggunakan pisang yang ada di tenongnya. Tenong di sini berada di atas meja tempat mereka bercerita, yang berisi ingkung dan segala macamnya, tumpeng, jajan pasar, rokok, buah-buahan dan yang lainnya.
Tenong atau tempat untuk menyajikan sesaji berupa makanan biasanya terbuat dari anyaman bambu yang diisi bermacam-macam makanan dan jajan pasar, mulai dari Tumpeng, Ingkung (Ayam Utuh), Pisang Ambon, Kembang Telon, Daun Dadap Serep, Jajan Pasar hingga Klubanan dan perlengkapan lainnya. Namun perlu diketahui bahwa perlengkapan sesaji dalam kesenian Jemblung bukanlah untuk keperluan mistis. Sesaji dalam seni jemblung ditujukan untuk konsumsi para pemainnya (suguhan makanan), karena dalam kesenian ini memang tidak didapati keadaan kesurupan seperti dalam kesenian ebeg.
Dalam pertunjukan jemblung, lakon atau cerita yang dimainkan bisa bervariasi, bergantung pada permintaan tuan rumah, atau pun penonton yang akan menyaksikan. Namun biasanya, cerita yang dibawakan adalah lakon-lakon cerita religius, walisongo, sejarah, ketoprak, dan cerita-cerita lainnya. Sesekali pemain juga berdialog melucu yang keluar dari alur cerita. Keadaan ini biasanya dilakukan ketika mereka akan mengambil sesaji dan memakannya. Makanan ini memang menjadi bagian dalam tema cerita yang biasa digunakan untuk berinteraksi dengan penonton.
Para penonton Jemblung biasanya akan berkerumun melingkari pemain yang tengah bercerita, berdialog sembari makan sesaji. Karena sarat nuansa hiburan, derai tawa penonton sering terdengar di saat para dalang jemblung manggung dan mulai melucu di hadapan para penonton. Namun suasana akan berubah menjadi senyap saat dalang jemblung menceritakan petuah, nasehat tentang keagamaan dan kehidupan yang sering diselipkannya didalam pentas. Jadi bukan hanya hiburan semata, dalam seni jemblung juga banyak ditemukan nilai-nilai positif yang berkaitan dengan segala hal tentang kehidupan.
Kesenian ini memang sekilas mirip dengan aktifitas orang gila (wong gemblung) yang tengah berbicara atau bercerita sendiri. Dalam penampilannya, para personel Jemblung akan saling bernyanyi, dan berkomentar secara sahut-menyahut dengan beberapa kali diselingi dengan canda dan lelucon-lelucon yang sedikit konyol. Namun meskipun demikian, apa yang ditampilkan dalam Jemblung ternyata memiliki makna yang dalam. Di dalamnya tersirat ajaran-ajaran tentang moral, sopan-santun, tolong-menolong, dan hal-hal yang mencerminkan karakter budaya Jawa.
Durasi pertunjukan jemblung bisa disesuaikan tergantung kondisi, keadaan, atau permintaan tuan rumah. Untuk acara seperti hajatan, jemblung bisa ditampilkan sampai semalam suntuk seperti halnya pertunjukan wayang. Namun untuk acara perayaan hari besar atau acara-acara tertentu, durasi bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Sebagai warisan budaya yang sarat akan nilai-nilai positif, pelestarian terhadap kesenian Jemblung tampaknya sangat di butuhkan agar seni tutur Jemblung ini tidak hilang ditelan zaman. Harapannya, semoga kesenian ini bisa kembali eksis dan sering ditampilkan agar masyarakat mengetahui akan keberadaan kesenian asli Kebumen yang satu ini. Diolah dari berbagai sumber.
Labels:
Kebumen,
Seni Budaya
Thanks for reading Mengenal Jemblung, Kesenian Mendongeng Asli dari Kebumen . Please share...!
0 Komentar untuk "Mengenal Jemblung, Kesenian Mendongeng Asli dari Kebumen "
Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.