Kisah Tentang Kejujuran dan Iman Yang Menghujam dalam Dada

Iman memang mesti dirawat agar tidak mudah goyah dan tergoda oleh gemerlapnya kenikmatan duniawi. Dalam riwayat sejarah, ada banyak kisah teladan dari para pendahulu kita (salafuna shalih) yang dapat dijadikan kaca benggala dalam mengarungi hidup agar dapat memperteguh keimanan kita kepada Allah di tengah goncangan zaman yang semakin mengharu biru ini. Berikut ini kami sajikan dua kisah mengenai hal ini, semoga kita dapat mengambil hikmah dari dua kisah berikut ini. 

lampu di tengah malam
via pixabay

Keteguhan Iman Sang Penggembala

Abdullah bin Dinar, salah seorang sahabat Rasulullah SAW pernah bercerita bahwa pada suatu hari ia sedang bepergian dengan Abdullah bin Umar, sahabatnya yang saleh dan kaya, menuju kota Makkah.

Tatkala malam telah tiba, mereka berdua pun berhenti di sebuah tempat di luar kota Makkah untuk beristirahat melepas lelah. Tiba-tiba, seseorang yang tidak dikenal mendatangi mereka.

Abdullah bin Umar bertanya, "Wahai kawan, apakah anda seorang penggembala domba?". "Betul wahai tuan, saya adalah pengembala domba", jawab pengembala itu.

Abdullah bin Umar melanjutkan pembicaraannya, "Wahai penggembala, kebetulan aku ini sedang membutuhkan seekor domba, juallah seekor domba itu kepadaku sesuai harga yang engkau inginkan!"

Penggembala itu menjawab, "wahai tuan, domba-domba yang saya gembalakan itu bukan milik saya, saya hanya seorang hamba sahaya (budak)".

Abdullah bin Umar ingin menguji kejujuran penggembala itu, lalu berkata, "Wahai penggembala, nanti jika kamu bertemu tuanmu pemilik domba-domba itu, katakan kepadanya bahwa seekor domba yang sebenarnya kamu jual kepadaku itu dimakan serigala. Tentu tuanmu akan percaya kepadamu, dan engkau pun mempunyai uang cukup banyak".

Si Penggembala menjawab, "Wahai tuan, kalau begitu di mana Allah?, bukankah Allah selalu menyaksikan perbuatan-perbuatan hambaNya?. Demi Allah, wahai tuan, aku tidak akan menjual domba yang bukan milikku itu. Aku takut kepada Allah SWT".

Mendengar penuturan penggembala itu, Abdullah bin Umar pun berlinang air matanya karena bangga dan terharu atas kejujuran penggembala itu".

Abdullah bin Umar kemudian menebus budak penggembala itu dari tuannya dan memerdekakannya.

Kejujuran Gadis Penjual Susu 

Sudah menjadi kebiasaan bagi Khalifah Umar bin Khattab untuk melakukan ronda malam guna melihat langsung kondisi rakyatnya. Suatu ketika, kegiatan patroli Umar terhenti di sebuah rumah gubuk yang lampunya masih menyala. Khalifah Umar pun mencari tahu kiranya apa yang sedang dilakukan oleh pemilik rumah tengah malam begini. 

Saat mendekat, ia mendengar suara dua orang sedang bercakap-cakap di dalam rumah itu. Penasaran dengan percakapan kedua orang tersebut, Khalifah Umar pun mengintip dari bilik rumah tersebut. Tampak di dalamnya seorang ibu dan anak perempuannya sedang sibuk mewadahi susu untuk jualannya. 

"Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini. Mungkin karena musim kemarau sehingga air susu kambing kita menjadi sedikit", kata si anak perempuan. 

"Benar anakku", kata sang ibu menimpali. 

"Tapi jika padang rumput mulai menghijau lagi pasti kambing-kambing kita juga akan gemuk kembali, sehingga hasil perahan juga akan kembali banyak", harap anak perempuan tersebut. 

"Hmm, sejak ayahmu meninggal, penghasilan kita memang sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya semakin berat saja hidup ini. Aku khawatir kita akan menjadi kelaparan", kata sang ibu. 

Anak perempuan itu terdiam. Tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu. 

"Nak", bisik ibunya seraya mendekat. "Kita campur saja susu itu dengan air, supaya penghasilan kita cepat bertambah", bujuk si ibu kepada anaknya.

Mendengar penuturan ibunya, anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah keriput sang ibu, terlihat sang ibu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan yang amat berat dalam hidupnya. Ada rasa sayang begitu besar di hatinya, namun anak perempuan tersebut segera menolak keinginan sang ibu. 

"Tidak ibu, Khalifah telah melarang keras semua penjual susu untuk mencampur susunya dengan air", jawab sang anak sembari mengingatkan akan sanksi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.

"Ah!, Kenapa kau dengarkan Khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu", gerutu sang ibu dengan kesal.

"Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keuntungan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?", sang anak balik bertanya kepada ibunya. 

"Tapi tidak akan ada yang tahu kalau kita mencampur susu dengan air! Tengah malam begini tidak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita. Ayolah Nak, mumpung tengah malam, tidak ada yang melihat kita!", kata ibunya tetap memaksa. 

"Meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kalau kita telah mencampur susu dengan air, tetapi Allah tetap melihat. Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apapun kita menyembunyikannya. Aku tidak mau melakukan ketidakjujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin, Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat", lanjut anak itu. 

Mendengar penjelasan anaknya itu, sang Ibu hanya menarik nafas panjang, kecewa anaknya tidak mau menuruti suruhannya. Namun jauh di lubuk hatinya, ia begitu kagum akan kejujuran anaknya. Tanpa berkata apa-apa lagi, sang ibu pun pergi ke kamarnya, sedangkan si anak menyelesaikan pekerjaannya hingga beres. Sementara di luar bilik, Khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran anak perempuan itu.

"Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!", gumam Khalifah Umar. Sang Khalifah pun beranjak pergi meninggalkan gubuk itu untuk cepat-cepat pulang ke rumahnya.

Keesokan paginya, Khalifah Umar memanggil putranya, Ashim, dan diceritakannya tentang gadis jujur penjual susu itu kepadanya. Khalifah Umar memerintahkan putranya itu untuk melamar gadis jujur penjual susu tersebut dan menikahinya. Singkat cerita, maka menikahlah Ashim bin Umar dengan gadis penjual susu tersebut dan dikarunia seorang anak perempuan. 

Di masa mendatang, anak perempuan ini kemudian menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan, seorang gubernur Mesir, dan dari keduanya lahirlah Umar bin Abdul Aziz. Siapa dia?. Beliau adalah Pemimpin bangsa Arab, Khalifah kedelapan dari Dinasti Bani Umayah yang terkenal akan kezuhudan, keadilan dan ketekunannya dalam beribadah. Demikian. Wallahu A'lam. Baca juga: Mimpi Umar bin Khattab tentang Cicitnya, Umar bin Abdul Aziz

Labels: Kisah Hikmah

Thanks for reading Kisah Tentang Kejujuran dan Iman Yang Menghujam dalam Dada. Please share...!

0 Komentar untuk "Kisah Tentang Kejujuran dan Iman Yang Menghujam dalam Dada"

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan. Maaf, Komentar berisi Link Aktif, Promosi Produk Tertentu, J*di, P*rn*, Komentar berbau SARA dan Permusuhan, tidak akan dipublish.