Wayang, Pertunjukan Seni Budaya Masyarakat Jawa

Wayang, Pertunjukan Seni Budaya Masyarakat Jawa

Wayang 1

Bagi masyarakat jawa, pertunjukan wayang kulit sudah sangat akrab dari dulu hingga sekarang. Pertunjukan wayang biasa diselenggarakan pada acara-acara hajatan di pedesaan jawa. Wayang merupakan seni budaya tradisional hasil buah usaha akal budi bangsa Indonesia.

Bahkan keberadaan wayang sebagai salah satu warisan budaya yang luhur dari bangsa Indonesia telah diakui oleh UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB.  Pada 7 November 2003, UNESCO menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Wayang kulit terbuat dari kulit binatang yang dipakai sebagai media untuk bercerita. Disebut wayang karena sejatinya melihat pertunjukan wayang itu menonton bayangan lakon cerita manusia menurut versi pewayangan. Maka penonton menonton wayang dari balik kelir, sedang yang ditonton adalah bayangan dari wayang. Kisah dalam wayang sendiri berisi mengenai kisah Epik Mahabarata dan Ramayana dari India yang telah dimodifikasi selaras dengan budaya masyarakat Indonesia.

Wayang 2

Asal usul mengenai keberadaan wayang sangat erat kaitannya dengan sejarah perkembangan bangsa ini. Menurut berbagai sejarawan, Wayang telah ada bahkan konon sejak sebelum zaman kerajaan Hindu dan Budha berkuasa di jawa. Seiring perkembangan zaman, kesenian wayang juga turut berkembang dari waktu ke waktu sesuai keperluan pada waktu itu. 

Ketika agama Islam masuk ke jawa, para wali penyebar agama islam, khususnya Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai sarana untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Kesenian Wayang yang sebelumnya sarat unsur ajaran Hindu atau Budha, dimodifikasi agar selaras dengan nilai-nilai Islam. 

Selain sebagai media dakwah, Wayang juga digunakan sebagai media untuk pendidikan, hiburan dan komunikasi massa. Hal ini terbukti ketika wayang sangat efektif untuk komunikasi massa dalam memberikan hiburan serta memberikan pesan-pesan moral kepada khalayak. 

Wayang sebagai tontonan sekaligus tuntunan banyak menyampaikan pesan-pesan moral keutamaan hidup. Dalam suatu pertunjukan wayang, kita dapat melihat gambaran mengenai bagaimana kehidupan manusia itu dari lahir hingga mati. Kisah dalam wayang juga berisi perjalanan hidup manusia untuk berjuang menegakkan yang benar dengan mengalahkan yang salah. 

Selain itu wayang juga secara nyata menggambarkan konsepsi hidup 'sangkan paraning dumadi', yaitu bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya.

Wayang 3

Sesungguhnya wayang bisa menjadi tontonan dan tuntunan. Sebagai tontonan, wayang memberikan hiburan bagi penikmatnya, baik yang dilihat maupun yang didengar dalam pertunjukan wayang. Sedangkan sebagai tuntunan, artinya pelajaran dan pesan moral dari kisah yang disajikan dari awal hingga berakhirnya pagelaran. 

Pertunjukan wayang kini juga tidak hanya tertuju pada wayang yang dimainkan oleh sang dalang, tetapi juga seni musik gamelan dan suara nyanyian merdu para sinden. Bahkan kini menonton wayang tidak harus dari belakang kelir, tetapi juga bisa dinikmati dari depan kelir.

Hanya saja yang perlu diperhatikan terkait seni wayang adalah bagaimana menggugah kembali minat para kaum muda kita akan dunia pewayangan. Karena patut disayangkan banyak pemuda jawa kini yang tidak  sadar akan budayanya sendiri, bahkan untuk sekedar berbahasa jawa yang benar. 

Oleh karenanya mari kita tumbuhkan kembali kesadaran kita akan budaya bangsa kita, tanamkan kepada generasi muda kita untuk mempelajari dan menyukai wayang demi kelestarian seni wayang sebagai kebudayaan nasional, khususnya bagi etnis jawa.
Selengkapnya
Goa Kreo dan Waduk Jatibarang, Wisata Alam Kota Semarang

Goa Kreo dan Waduk Jatibarang, Wisata Alam Kota Semarang

Papan nama goa kreo

Jika anda sedang berada di Semarang, tidak ada salahnya untuk mampir di salah satu kawasan wisata yang ada di sana. Di antara destinasi wisata yang cukup terkenal adalah goa kreo. 

Ketika saya masih menuntut ilmu di Semarang, saya pernah mengunjungi wisata ini bersama teman saya, Kang Amin dari Kudus. Karcis tiket masuk pada waktu itu adalah 3000 per orang. Setiap liburan atau akhir pekan, kawasan wisata goa kreo ini banyak dikunjungi warga Semarang dan sekitarnya untuk berlibur menghilangkan kepenatan.

Goa Kreo adalah sebuah goa alami yang berlokasi di kelurahan Kandri, kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Lokasinya berada di lereng sebuah bukit yang menghadap ke Waduk Jatibarang yang belum lama selesai dibangun. Waduk jatibarang dibangun dengan tujuan untuk mengatasi dan mengendalikan banjir di wilayah Semarang. Selain itu waduk juga berfungsi untuk irigasi dan air minum, pembangkit Listrik tenaga Air (PLTA) dan pengembangan potensi pariwisata.

Waduk Jatibarang

Sehingga dikatakan wisata ini adalah perpaduan dari wisata goa dan waduk Jatibarang yang berada di sebelahnya. Sebetulnya wisata goa kreo memang telah lama dikenal masyarakat, khususnya warga Semarang dan sekitarnya, Namun karena kondisi sebelumnya yang kurang terawat, akhirnya tidak banyak dilirik wisatawan, bahkan oleh masyarakat Semarang sendiri.

Dengan diresmikannya waduk Jatibarang pada pertengahan tahun 2014 lalu, geliat wisata goa kreo mulai kembali digiatkan dengan dilengkapinya fasilitas-fasilitas umum seperti toilet, bangunan untuk beristirahat dan fasilitas lain seperti tempat bermain anak-anak.

Jika ingin mencapai lokasi goa, kita akan berjalan melewati banyak anak tangga dan jembatan yang kiri dan kanannya adalah air waduk. Di kawasan wisata goa kreo ini, banyak sekali kera-kera jinak berekor panjang yang berkeliaran seakan menyambut pengunjung yang datang. Kera-kera ini menghuni pepohonan dan goa-goa kecil di sekitar bukit.

Kera-kera

Setelah melewati jembatan, dengan berjalan tidak begitu lama melewati lereng bukit, kita akan sampai di lokasi goa kreo berada. Selain goa, kita juga bisa mendaki ke atas bukit di lokasi goa ini berada. Dari atas bukit kita bisa melihat indahnya kawasan ini dengan luasnya waduk yang membentang di sekitar bukit.

Waduk dari bukit

Menurut cerita masyarakat setempat, penamaan Goa Kreo berasal dari kata mangreho atau ngreho yang berarti menjaga atau memelihara. Konon pada zaman dahulu Sunan Kalijaga dan pengikutnya pernah diperintahkan untuk mencari kayu jati untuk pembangunan masjid agung Demak. 

Setelah menemukan kayu jati yang dicari dan hendak dibawa ke Demak, kayu jati tersebut tersangkut di tebing. Berbagai macam cara sudah dicoba namun kayu jati yang terjepit tidak bergeming. Sunan Kalijaga akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak dan bersemedi di dalam sebuah goa.

Saat sedang bersemedi, muncul empat ekor kera yang ingin membantu kesulitan Sunan dan pengikutnya. Keempat ekor kera ini berwarna merah, kuning, putih dan hitam. Setelah selesai makan malam, dengan bantuan para kera akhirnya kayu jati dipotong menjadi dua bagian. Satu bagian terjatuh ke ladang, dan satu bagian lain bisa dibawa. 

Ketika Sunan dan pengikutnya hendak melanjutkan perjalanan, ke empat kera yang membantu tersebut ingin mengikutinya. Namun beliau tidak memperbolehkan, sebagai gantinya, atas jasa para kera, Sunan Kalijaga memberi wewenang lain kepada para kera untuk ngreho atau mangreho yang berarti menjaga dan memelihara sungai dan goa tersebut. Pada akhirnya goa yang menjadi petilasan kejadian tersebut diberi nama Goa Kreo.

Kini dengan dibangunnya Waduk Jatibarang yang megah dan terlihat asri, kawasan goa kreo dengan waduk Jatibarang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan baru di kota Semarang.

Kang Amin dan.seekor kera

Jembatan menuju lokasi goa

Kera berpose

Goa


Selengkapnya
Ketetapan Allah atas Rizqi bagi MakhlukNya

Ketetapan Allah atas Rizqi bagi MakhlukNya

Hasbunallaah


وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). ( QS. Hud : 6 )

Assalamu'alaikum saudaraku, membicarakan mengenai rezeki, kadang kita melihat saudara-saudara kita yang semangat dan menggebu-gebu sekali dalam mencarinya, sampai muncul istilah membanting tulang demi mencari sesuap nasi. 

Mencari rezeki memang diperintahkan Allah dalam rangka mencukupi kebutuhan kita selama hidup di dunia, tetapi kadang kita justru lebih mengedepankan mencari  rezeki di dunia ini. Kita takut rezeki akan jauh dari kita ketika kita tidak menggebu-gebu dalam mencarinya dan kita juga takut jatuh miskin karena kekurangan rezeki. 

Sehingga tidak sedikit kemudian diantara kita justru akhirnya terbujuk akan gemerlap dunia dan lupa akan kewajiban sejati kita yaitu bersyukur dengan taat beribadah kepada Sang Pemberi Rezeki, Allah SWT. Padahal sebagaimana ayat yang saya sebutkan diatas, Allah adalah pengatur alam semesta, dan tidak ada satu makhluk pun kecuali Allah telah menentukan rezeki atasnya. 

Ada sebuah hikayat yang saya nukil dari kitab Al-mawa'iz al-'Ushfuriyyah karangan Syaikh Muhammad bin Abi Bakr, kiranya hikayat ini dapat kita ambil hikmah dan i'tibar bagi kita.

Hikayat ini berkisah tentang Ibrahim bin Adham, salah seorang tokoh sufi yang masyhur dalam Islam. Sebelum menjalani kesufian, beliau adalah seorang Raja yang kaya raya di suatu negeri. Hikayat ini adalah mengenai sebab pertaubatan beliau.

Pada suatu ketika, beliau sedang pergi berburu di hutan. Setelah lelah berburu, beliau beristirahat di sebuah tempat sembari menggelar tikar untuk tempat beliau makan. Ketika beliau sedang makan, tiba-tiba datanglah seekor burung gagak dan mengambil sepotong roti miliknya. Burung tersebut menggunakan paruhnya untuk membawa roti tersebut dan  terbang ke angkasa. 

Ibrahim bin Adham takjub melihat tingkah burung tersebut dan beliau bergegas menaiki kudanya dan mengikuti kemana burung itu pergi. Beliau terus mengikuti burung itu, hingga akhirnya sang burung naik ke atas sebuah bukit dan hilang dari pandangan mata Ibrahim. Kemudian Ibrahim pun naik ke atas bukit untuk mencari burung tersebut.

Dari jarak yang cukup jauh, beliau melihat burung gagak yang dicarinya. Ketika beliau mencoba mendekat, terbanglah burung gagak tersebut, namun di dekatnya beliau melihat seorang lelaki yang terbaring di tanah dan terikat tali. Melihat hal itu, kemudian beliau turun dari kudanya dan segera melepaskan ikatan tali pada lelaki itu. 

Beliau pun bertanya kepada lelaki tersebut mengenai kisah dan keadaan yang dialaminya. Sang lelaki kemudian menjawab : 
''Sesungguhnya saya adalah pedagang yang hendak pergi berdagang, namun di tengah jalan saya dirampok oleh kawanan perampok. Mereka mengambil semua hartaku dan hendak membunuhku. Mereka mengikatku dan kemudian membuangku di tempat ini. Selama satu minggu dengan keadaan saya terikat, setiap hari datang seekor burung gagak dengan membawa sepotong roti. Burung itu bertengger di atas dadaku dan memecah roti menjadi potongan kecil dengan paruhnya. Kemudian sang burung meletakan roti itu ke dalam mulutku. Dengan keadaan seperti itulah Allah tidak pernah meninggalkanku dalam keadaan lapar walaupun dengan keadaan terikat berhari-hari.

Setelah mendengar kisah sang lelaki, Ibrahim kemudian segera naik ke atas kuda dan membonceng sang lelaki mengantarkannya ke tempat tinggal sang lelaki. 

Ibrahim bin Adham kemudian bertaubat dan kembali kepada Allah. Beliau melepas pakaian kebesarannya dan beliau ganti dengan pakaian dari kain wol, beliau juga merdekakan budak-budaknya serta mewakafkan tanah dan harta miliknya.

Kemudian beliau mengambil tongkat dan berjalan menuju Makkah tanpa membawa bekal dan kendaraan. Beliau pasrahkan semua kepada Allah, bekal dan rasa lapar tidak beliau khawatirkan, hingga akhirnya sampailah beliau di Ka'bah. Kemudian beliau mengucap syukur dan pujian kepada Allah Ta'ala.

Allah berfirman : 

Dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. ( QS. At Thalaq : 3 )
Selengkapnya
Baik dan Buruk dalam konsep teologi Islam

Baik dan Buruk dalam konsep teologi Islam

Baik Buruk

Pada dasarnya kebaikan akan berakibat menguntungkan, sedangkan keburukan atau kejahatan akan mendatangkan kerugian. Akan tetapi dari mana suatu perbuatan dikatakan sebagai perbuatan baik atau buruk? Atau dari mana diketahui konsep adanya aturan mengenai apa itu baik dan apa itu buruk?

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba memaparkan konsep kebaikan dan keburukan menurut teologi islam. Membicarakan mengenai baik dan buruk dalam ranah ilmu teologi islam, kita pasti akan kembali mengkaji mengenai peran akal dan wahyu dalam islam. 

Polemik mengenai hal ini terjadi antara aliran-aliran dalam teologi islam, terutama aliran yang terbesar, Mu'tazilah di satu pihak, dan Asy'ariyah di pihak lain.

Menurut Kaum Mu'tazilah, semua pengetahuan dapat diperoleh melalui akal dan kewajiban-kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam. Demikian juga kebaikan dan keburukan wajib diketahui melalui akal serta wajib mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk. 

Sedangkan golongan Asy'ariyyah mengatakan bahwa semua pengetahuan dan kewajiban manusia dapat diketahui hanya melalui wahyu. Akal tidak dapat menentukan sesuatu menjadi wajib dan dengan demikian tidak dapat mengetahui bahwa mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk adalah wajib. 

Akal memang dapat mengetahui adanya Tuhan, tetapi mengetahui tentang baik-buruk dan kewajiban terhadap Tuhan diperoleh hanya melalui wahyu, begitu menurut golongan Asy'ariyyah. 

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bagi kalangan Mu'tazilah, daya pikir manusia adalah kuat, sementara bagi Asy'ariyyah daya pikir manusia adalah lemah.

Kemudian bagaimana peran wahyu dalam menentukan perbuatan yang baik dan yang buruk?

Menurut kalangan Mu'tazilah, meskipun semua pengetahuan, termasuk konsep baik-buruk, dapat diperoleh melalui akal, tetapi tidak semua kebaikan dan keburukan dapat diketahui oleh akal. Menurut mereka, akal mengetahui kewajiban mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk yang membawa kemudharatan, tetapi ada perbuatan-perbuatan yang tidak dapat diketahui atau diketahui oleh akal namun belum pasti apakah membawa kebaikan atau keburukan. Jika demikian halnya, maka wahyulah yang menentukan baik atau buruknya perbuatan yang bersangkutan.

Sebagai contoh akal mengatakan bahwa membunuh hewan adalah perbuatan yang tidak baik, tetapi wahyu turun menjelaskan bahwa membunuh hewan dengan cara menyembelih untuk keperluan-keperluan tertentu adalah baik dan sangat dianjurkan, seperti tradisi penyembelihan kurban pada hari raya, mempererat tali persaudaraan dengan tetangga dan menunjukkan rasa kepedulian dan kasih sayang kepada fakir miskin. 

Sedangkan menurut golongan Asy'ariyyah, hanya wahyulah yang dapat menentukan wajibnya bagi manusia sebagai makhluk untuk berterima kasih kepada Pencipta, dan hanya wahyulah yang dapat menentukan perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk, serta hanya wahyulah yang dapat mewajibkan orang berbuat baik dan mewajibkannya menjauhi perbuatan jahat. Akal tidak punya peranan dalam hal-hal ini. 

Bagi Asy'ariyyah, bahkan akal tidak dapat mengetahui kebaikan dan keburukan. Oleh karenanya, sekiranya tidak ada wahyu, meskipun manusia telah dibekali akal, manusia tidak akan mampu untuk membedakan antara mana yang baik dan mana yang buruk. Manusia mengetahui bahwa mencuri adalah perbuatan buruk karena wahyu menentukan demikian, sekiranya wahyu mengatakan bahwa mencuri adalah perbuatan baik, maka manusia harus meyakini itu mesti baik, dan jika mencuri diwajibkan Tuhan, maka itu mesti bersifat wajib.

Dengan demikian, ketentuan mengenai perbuatan baik dan buruk bagi kalangan Asy'ariyyah adalah bersifat Syar’i (wahyu) bukan 'aqli, artinya suatu perbuatan bisa dikatakan baik hanya jika terdapat dalil nas yang menunjukkan bahwa perbuatan itu adalah baik, demikian pula suatu perbuatan dinilai buruk hanya jika dalil nas menunjukkan bahwa perbuatan itu buruk. 

Kesimpulannya, bahwa baik bagi aliran Mu'tazilah maupun Asy'ariah, akal dan wahyu mempunyai peranan masing-masing dalam menentukan baik-buruknya suatu perbuatan, hanya saja bagi kaum Mu'tazilah, mereka memberikan porsi lebih besar kepada peranan akal disamping wahyu, sementara bagi kaum Asy'ariyyah, meskipun mereka lebih mendasarkan pada peran wahyu, sebenarnya dalam porsi kecil mereka juga menghargai akan peran akal.


Referensi : Akal dan Wahyu dalam Islam, Prof. Dr. Harun Nasution
Selengkapnya
Berhubungan dengan Allah

Berhubungan dengan Allah

Allah teks

Hal pertama dan yang prinsip dalam kehidupan kita di dunia ini adalah membangun hubungan dengan Tuhan, Allah SWT. Usaha kehidupan batin adalah menyadari bahwa Allah tidak sekedar imajinasi, serta menyadari bahwa hubungan kita dengan Allah adalah lebih nyata ketimbang hubungan lainnya di dunia ini. 

Dalam setiap hubungan, kita harus selalu menempatkan Allah dihadapan kita, dan sadar bahwa hubungan itu bukan sekedar khayalan. Allah adalah Sang Pencipta, Pemelihara, Pengadil, Pengampun, Bapak, Ibu, Sahabat dan Kekasih.

Ketika membina hubungan dengan Allah, manakah yang mesti kita tanamkan dalam diri kita? Allah sebagai Pencipta, sebagai Bapak, sebagai Sahabat atau sebagai Kekasih? Jawabannya adalah bahwa dalam setiap langkah hidup kita, hendaknya kita harus memberikan tempat pada Allah sesuai dengan keadaan.

Ketika diterjang oleh ketidakadilan, kebekuan dan kezaliman yang merajalela, kita melihat kepada Allah Yang Maha Adil, sehingga kita tidak lagi teragitas, hati tidak terganggu, kita hibur diri dengan Keadilan Allah. Kita tempatkan Allah Sang Pengadil di hadapan kita, dengan ini kita belajar tentang keadilan, sehingga rasa keadilan bangkit dalam diri kita, dan kita dapat melihat segala sesuatu dengan cara pandang baru.

Ketika kita mendapati diri kita yatim piatu, kita merasakan ada aspek bapak dan ibu dalam Allah, dan meski kita masih memiliki ayah dan ibu di dunia ini, kehadiran mereka hanya berkaitan dengan aspek keduniawian. Keibuan dan Kebapakan Allah adalah satu-satunya hubungan yang nyata.

Ayah dan ibu kita di dunia merefleksikan percikan cinta ibu dan bapak yang dimiliki Allah secara sempurna. Karena itu manusia mengetahui bahwa Allah mau mengampuni, sebagaimana ayah dan ibu memaafkan anak-anaknya jika berbuat kekeliruan. Manusia merasakan kebaikan, keramahan, lindungan dan dukungan, yang mana semua itu datang dari Tuhan Allah, Bapak-Ibu dari semesta.

Ketika kita menggambarkan Allah sebagai Pengampun, kita mendapati bahwa di dunia ini tidak hanya ada keadilan, tetapi juga cinta, rahmat, kasih sayang dan pengampunan. Allah tidak tunduk pada hukum dunia, Dialah Yang Menghakimi, dan Dialah Yang Mengampuni. Dia memiliki kedua kekuasaan itu, Dia memiliki kekuasaan untuk menghakimi dan mengampuni. Dia adalah Sang Hakim, yang tidak menutup mataNya terhadap segala sesuatu yang dikerjakan manusia. Dia mengetahui, menimbang, dan mengukur, dan Dia mengembalikannya kepada manusia.

Dia adalah Pengampun, karena di balik keadilanNya terdapat kasih dan rahmatNya yang agung, yang bersama-sama bekerja dengan kekuatan KeadilanNya. Kita, umat manusia di bumi ini, jika ada percikan kebaikan dan kasih sayang dalam diri kita, hindarilah mudah memvonis orang lain. Hendaknya kita lebih suka mengampuni ketimbang menghukum. Seringkali Pengampunan membuat kita lebih bahagia ketimbang membalas dendam.

Ketika kita merefleksikan Allah sebagai Sahabat, kita tidak akan pernah merasakan kesepian. Sahabat selalu ada bagi kita, baik di tengah keramaian maupun di dalam kesendirian, atau bahkan ketika kita terlelap. Dalam keadaan yang seperti ini, Dia menjadi Sahabat kita dalam pikiran kita, imajinasi kita, hati kita dan jiwa kita.

Dan kita yang menjadikan Allah sebagai Kekasih, apa lagi yang lebih kita inginkan? Manakala Allah menjadi Kekasih kita, hati menjadi bangkit terhadap segala keindahan di dalam maupun di luar. Allah meliputi segala sesuatu, dalam semua nama dan bentuk, karena itu Kekasih tidak pernah absen. Betapa bahagianya seseorang yang Kekasihnya selalu ada disampingnya.

Setiap indera dan perasaannya merasakan adanya Sang Kekasih, matanya melihat Dia, telinganya mendengar suaraNya. Ketika seseorang sampai pada realisasi ini, dia bisa dikatakan hidup dalam kehadiran Allah. Bagi dirinya Allah ada di mana-mana. Di hutan belantara, alam liar, kerumunan dan di mana saja dia melihat Allah.

Adalah tidak mudah untuk mengembangkan cinta Allah di dalam hati, karena ketika seseorang tidak melihat atau menyadari obyek cinta, dia tidak akan bisa mencintainya. Allah harus menjadi ''terlihat'' agar dia bisa mencintai DiriNya, tetapi begitu seseorang mencapai cinta itu, maka dia benar-benar telah masuk ke jalan spiritual.


from The Way of Illumination, Hazrat Inayat Khan.
Selengkapnya
Perjalanan Hidup Manusia

Perjalanan Hidup Manusia

Berjalan melangkah

Seiring berkembangnya usia, akal pikiran manusia pada dasarnya pun ikut berkembang, intelegensi meningkat, kemudian jauh di dalam hatinya ia bertanya kepada dirinya sendiri, ''mengapa aku di sini?''

Kemudian pertanyaan itu dijawab ''aku di sini untuk makan dan minum, '', tetapi jika dipikirkan secara mendalam, hal-hal semacam ini juga dilakukan oleh hewan. Jika demikian, apakah kiranya yang membuat seseorang sempurna sebagai manusia dan berbeda dibanding makhluk Allah yang lain? Jawaban ini tidak tepat pastinya.

Muncul jawaban lain, ''aku di sini untuk mencari dan mendapatkan kekuasaan''. Pencapaian kekuasaan dan kedudukan mungkin penting, tetapi kemudian ia pun sadar dan tahu bahwa keduanya bersifat sementara. Kekuasaan jenis apapun suatu saat akan jatuh atau sebaliknya. Kekuasaan bisa diambil dari orang lain, dan orang lainnya lagi pun sedang menunggu untuk mengambil atau merampasnya. Jawaban ini pun kiranya tidak tepat.

Kemudian muncul jawaban berikutnya, ''aku di sini untuk mendapatkan kehormatan''. Kehormatan tidak akan didapatkan dengan sendirinya, seseorang harus bersikap rendah hati dan menghormati orang lain terlebih dahulu agar kemudian mendapatkan kehormatan yang dicarinya.

Ketika kita menelisik lebih jauh ke dalam perjalanan hidup kita, kita melihat bahwa keinginan diri eksternal kita adalah satu-satunya yang kita ketahui, sementara kita tidak mengetahui kebutuhan diri sejati, yakni kebutuhan batin kita.

Kita tahu bahwa kita menginginkan makanan dan pakaian yang baik, kehidupan yang nyaman dan menyenangkan, mendapatkan kehormatan, dan segala cara untuk kepuasan ego kita, dan kesemuanya ini kelihatannya seperti satu-satunya keinginan kita yang tampak jelas. Namun itu semua tidak selalu menyertai kita.

Lalu kita berpikir bahwa apa yang kita punya hanya sedikit dan mungkin dibutuhkan lebih banyak lagi untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan kita, tetapi setelah diperbanyak tetap saja masih kurang. Bahkan andaikata seluruh alam semesta berada dalam genggaman kita, tetap saja tidak bisa memuaskan keinginan kita.

Hidup adalah perjalanan dari satu kutub ke kutub lainnya, dan kesempurnaan hidup adalah tujuan akhir dari kehidupan yang tidak sempurna ini.

Fitrah manusia tidak bisa menerima kalau akhir perjalanan hidupnya sama seperti hewan, yakni lahir, hidup, mati dan kemudian selesai. Fitrah manusia ingin agar hidupnya lebih bermakna, ingin agar perjuangan dalam hidupnya ini tidak berakhir dengan sia-sia.

Makna hidup, itulah yang menjadi kata kunci eksistensi manusia. Makna hidup itulah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Allah menciptakan manusia tidak untuk kesia-siaan, setiap manusia akan kembali kepadaNya untuk dimintai pertanggungjawaban ketika menjalani hidup di dunia.

Dengan demikian, keyakinan akan adanya kehidupan akhirat memberikan dimensi spiritualisme dan idealisme kepada orang yang beriman dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Sebaliknya orang yang tidak beriman memaknai hidupnya hanya dalam dimensi materialisme dan pragmatisme. Segala sesuatu diukur dengan keuntungan materi dan diorientasikan kepada kemanfaatan segera atau sesaat.

Berbeda dengan orang beriman yang mengorientasikan hidupnya ke masa depan yang jauh, yaitu akhirat. Ia sadar sepenuhnya bahwa tidak semua yang diusahakan dan diperjuangkannya dalam hidup ini bisa tercapai. Tetapi ia tidak kecewa dan ridha karena yakin bahwa perjuangannya tidak sia-sia. Semua ada imbalannya nanti.

Selengkapnya
Bipolar disorder : Perubahan dua kutub emosi yang berlainan

Bipolar disorder : Perubahan dua kutub emosi yang berlainan

Bipolar disorder

Kita kadang melihat orang yang mudah sekali berubah suasana hatinya, kadang terlihat bahagia tetapi tiba-tiba berubah menjadi terlihat sedih, ataupun sebaliknya. Jika perubahan suasana hati itu terjadi sangat ektrem atau tidak normal sewajarnya, dalam ilmu kejiwaan, orang yang seperti ini disebut mengidap bipolar disorder.

Bipolar disorder adalah gangguan kejiwaan dengan ciri perubahan mood atau suasana hati yang ekstrim antara dua kutub (bipolar), yaitu kebahagiaan (manik) dan kesedihan (depresi).

Perubahan mood yang dialami penderita bipolar sangat ekstrim karena bisa muncul secara tiba-tiba, bisa tanpa sebab, atau karena hal kecil namun bisa menjadi pemicu yang kuat. 

Antara dua kutub emosi tersebut, penderita bisa menjadi terlihat sangat bahagia, sangat sedih atau keduanya secara bergantian. Namun depresi bipolar berbeda dengan depresi unipolar (penyakit depresi saja) atau depresi agitatif (depresi yang bisa meledak-ledak, mudah emosi). Jadi, bukan berarti jika seseorang mudah berubah suasana hatinya, misalnya mudah emosi, disebut mengalami bipolar.

Gejala-gejala bipolar

Bagi gejala manik bipolar biasanya adalah perasaan gembira yang meluap-luap, energi berlebihan, sangat aktif, gelisah, mempunyai banyak ide dan pikiran yang meloncat-loncat, serta tidak fokus.

Contoh sederhana dari tidak fokus dan ide yang meluap-luap pada orang yang mengidap manik bipolar adalah sering pindah atau berganti-ganti pekerjaan. Atau kerap memiliki ide-ide brilian dan out of the book, namun pikiran-pikiran ini saling meloncat, dan akhirnya ia tidak pernah menyelesaikan pekerjaannya.

Seseorang dengan gejala manik bipolar juga kadang mengalami halusinasi, mudah mengkritik orang lain, dan mudah menghamburkan uang. Selain itu penderita bipolar juga merasa tidak ada kebutuhan untuk tidur, sehingga otomatis mengalami gangguan tidur yang tidak jarang juga berakibat pada pola makan tidak teratur. 

Kebalikan dari penderita manik bipolar, gejala yang menimpa penderita depresif bipolar biasanya merasa dirinya tidak berguna atau rendah diri, perasaan menurun, minat terhadap segala hal (pekerjaan, bersosialisasi) menurun, merasa tidak punya harapan, merasa kosong secara emosional, tidak bisa merasakan kebahagiaan.

Selain itu ia juga sering merasa bersalah, mudah lelah, sering menangis tanpa sebab yang jelas, susah berkonsentrasi dan muncul keinginan bunuh diri. 

Pasien bipolar pasti pernah mengalami kedua fase tersebut, manik dan depresif. Namun siklusnya tidak selalu naik turun, ada yang biasa atau stabil dalam waktu lama, lalu naik lagi karena ada faktor pencetusnya. 

Siklus naik-turunnya bipolar biasanya tergantung dari masalah yang dihadapi sehari-hari, serta kemampuan masing-masing individu dalam menghadapi masalahnya, dan berapa lama masa depresi atau manik yang dialaminya. Misalnya ketika remaja ia mengalami manik, lalu bipolarnya tidak kambuh selama bertahun-tahun, setelah dewasa, bipolarnya bisa muncul lagi jika ada kejadian yang sangat mengguncang jiwanya.

Untuk mengatasi perilaku-perilaku di bawah fase manik maupun depresi yang sering kali tidak terkendali, kemampuan dalam mengontrol perubahan suasana hati menjadi kuncinya. 
Berikut beberapa cara mengontrol gangguan bipolar :

Pertama, hindari stress. Kontrol stres dengan menjaga keseimbangan kondisi tubuh, pikiran dan hati dengan menerapkan pola hidup sehat.

Kedua, monitor suasana hati. Kenali gejala dan perhatikan tanda-tanda jika suasana hati berubah di luar kendali. Ini perlu agar ia dapat menghentikan masalah sebelum ia mulai kesulitan mengontrol dirinya sendiri.

Ketiga, terapi bicara. Dengan terapi bicara melalui psikoterapi, penderita akan mendapatkan pengetahuan, bimbingan, dan dukungan untuk mengatasi gejala-gejala yang bisa kambuh kapan saja dan menghindari perilaku-perilaku yang berbahaya.

Keempat, pertahankan ritme. Saat kedua kutub, manik dan depresi saling menyerang, pola tidur dan pola makan bisa berubah-ubah. Saat kondisi seperti ini muncul, cobalah untuk selalu mengontrol gejala manik dan depresi tetap pada ritmenya dan sesuai jadwal sehari-hari. Perubahan jadwal tidur atau pola makan bisa jadi tanda kambuhnya gangguan psikologi ini, segera konsultasi ke dokter untuk dapat penanganan lebih lanjut.

Kelima, mengonsumsi obat anti depresan yang diresepkan dokter setidaknya bisa mengurangi perubahan suasana hati yang tidak jelas dan gejala lainnya.

Keenam, hindari narkoba dan alkohol. Kebanyakan orang dengan gangguan bipolar biasanya akan tergoda untuk menghilangkan gejala depresi yang dialami dengan minum minuman keras atau mengonsumsi obat-obatan terlarang, padahal itu hanya akan membuat kondisi semakin buruk.

Ketujuh, mencari dukungan. Pastikan orang dengan gangguan bipolar memiliki orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman yang selalu mendukungya.

Sumber : SUARA MERDEKA, Edisi 24 Agustus 2014
Selengkapnya
Memaknai Penderitaan

Memaknai Penderitaan

Penderitaan


Pernahkah kita berpikir mengapa begitu banyak penderitaan di dunia ini sementara Allah dideskripsikan sebagai Yang Maha Pengasih? Bahkan kita juga tahu bahwa kasih sayang Allah di dunia ini tidak hanya untuk hamba-hambaNya yang beriman, tapi juga bagi seluruh umat manusia, yang beriman ataupun yang ingkar, bahkan kasih sayang Allah meliputi semua makhluk di alam semesta ini.

Jika Allah terpisah dari manusia, dan Dia senang dengan penderitaan kita, maka Dia bisa disalahkan. Tetapi sejatinya Dia adalah penderitaan dan Pemberi penderitaan, akan tetapi Dia di luar semua penderitaan. Hal ini memang sulit untuk kita pahami, tetapi tidak bagi hambaNya yang benar-benar telah beriman dan mengenalNya.

Seandainya tangan kita menjatuhkan benda berat ke kaki kita dan kaki kita terluka karenanya, apakah tangan kita yang harus disalahkan?. 

Tidak, karena tangan juga berbagi penderitaan bersama kaki, dan kendati kaki tampaknya terluka, tetapi yang merasakan sakit adalah seluruh tubuh, dan karena itu tangan juga ikut merasakan sakit itu.

Demikian juga dengan Allah. Hidup kita adalah milikNya, dan Dia tidak bebas dari perasaan bahagia dan sakit, seperti yang kita rasakan. Dalam realitas, Dia merasakan apa yang kita bayangkan kita rasakan, tetapi secara bersamaan Kesempurnaan WujudNya membuat DiriNya di atas semua kegembiraan dan penderitaan duniawi, sementara ketidaksempurnaan kita membatasi diri kita, sehingga kita menjadi subyek dari semua kegembiraan dan penderitaan, betapapun kecilnya.

Lantas jika Allah ikut ''merasakan'' penderitaan yang kita rasakan, mengapa Allah menciptakan penderitaan bagi kita?

Dalam islam, kita diajarkan untuk bersabar ketika mendapat musibah dan bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan. Jika seseorang telah benar-benar memiliki keyakinan dan keikhlasan yang mendalam atas ketentuan Allah, maka jarak antara musibah dan kenikmatan akan menjadi semakin dekat sampai hampir tak berjarak.

Ia tidak hanya mensyukuri nikmat dan karunia yang Allah berikan, tetapi ia juga mensyukuri apapun yang berasal dari Allah, bahkan termasuk penderitaan dan musibah.

Dalam Shahih Muslim disebutkan Rasulullah SAW bersabda :

“Pada Hari Kiamat nanti, penghuni neraka, yang dulunya adalah penghuni dunia yang paling enak hidupnya didatangkan, lalu dicelupkan sekali saja ke neraka. Kemudian ditanyakan kepadanya, Hai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kenikmatan?’ Orang tersebut menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Tuhanku.’ Kemudian didatangkan seorang penghuni surga, yang dulunya penghuni dunia yang paling menderita, lalu dicelupkan sekali saja ke surga. Ditanyakan kepadanya, ‘Hai anak Adam, apakah engkau pernah melihat kesengsaraan?’ Orang itu menjawab, ‘Tidak, demi Allah. Aku tidak pernah merasakan penderitaan dan melihat kesengsaraan sebelum ini’.”
(HR. Muslim).
Selengkapnya