10 Taman Nasional Indah dan Eksotis di Indonesia

10 Taman Nasional Indah dan Eksotis di Indonesia

Indonesia memang terkenal akan keindahan alamnya yang musti dijaga. Salah satu upaya pemerintah dalam menjaga kelestariannya yaitu dengan mendirikan Taman Nasional di beberapa wilayah. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan pendidikan, menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi. 

Tidak hanya di darat, kawasan ini juga mencakup wilayah perairan yang juga dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam dan melimpah. 

Keindahan Taman Nasional di Indonesia

Melansir dari wikipedia, saat ini terdapat sekitar 50 Taman Nasional di Indonesia yang pengelolaannya di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Nah, berikut ini merupakan 10 di antaranya. 

1. Taman Nasional Gunung Leuser


Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) adalah salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia yang terletak di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Taman nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis. Kawasan ini dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Satwa-satwa yang dilindungi antara lain gajah, badak sumatera, orang utan, tapir, harimau, kambing hutan, rusa, dan berbagai jenis burung.

2. Taman Nasional Baluran


Taman Nasional ini terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur dan namanya diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini yaitu Gunung Baluran. Kawasan pelestarian alam ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Kawasan ini juga merupakan tempat untuk perlindungan berbagai jenis satwa seperti badak, banteng, kerbau liar, anjing hutan, berbagai jenis kera, lutung, rusa, babi hutan, ayam hutan, dan burung merak. 

3. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan


Taman Nasional ini terletak di ujung wilayah barat daya Sumatra yang ditujukan untuk melindungi hutan hujan tropis pulau Sumatra beserta kekayaan alam hayati yang dimilikinya. Taman Nasional ini memiliki beberapa hutan dataran rendah dan sangat kaya dalam hal keanekaragaman hayati. UNESCO juga menjadikan Taman Nasional ini sebagai Warisan Dunia. Selain itu, kawasan ini juga merupakan tempat perlindungan bagi beberapa satwa seperti tapir, badak, kerbau liar, harimau sumatera, gajah, dan rusa. 

4. Taman Nasional Komodo


Taman Nasional ini terletak di daerah administrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur dan dan sangat dekat dengan kepulauan Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat. Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar di kawasan tersebut yakni Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, serta beberapa pulau kecil di sekitarnya. Keunikan Taman Nasional Komodo yaitu merupakan tempat yang dikhususkan untuk perlindungan biawak komodo. Hewan lain yang juga dilindungi di tempat ini antara lain yaitu burung kakatua, ayam hutan, kerbau liar, babi hutan, dan rusa. 

5. Taman Nasional Kutai


Taman Nasional Kutai (TNK) adalah taman nasional yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan sebagian kecil wilayah Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur. Kawasan yang memiliki luas 198.629 ha ini membentang di sepanjang garis khatulistiwa mulai dari pantai Selat Makassar sebagai batas bagian timur menuju arah daratan sepanjang kurang dari 65 km. Kawasan pelestarian alam ini juga merupakan tempat untuk perlindungan beberapa jenis satwa seperti babi hutan, banteng, orang utan, rusa, dan bekantan.

6. Taman Nasional Bunaken


Taman Nasional Bunaken terletak di Sulawesi Utara dan termasuk dalam wilayah segitiga emas terumbu karang dunia sehingga kaya akan berbagai jenis keanekaragaman hayati. Taman Nasional ini didirikan pada tahun 1991 dan meliputi wilayah seluas 890.65 km². Taman ini juga merupakan perwakilan ekosistem laut Indonesia meliputi padang rumput laut, terumbu karang, dan ekosistem pantai. Kawasan ini menjadi habitat bagi 390 spesies terumbu karang dan berbagai spesies ikan, moluska, reptil, kepiting, udang, penyu, serta burung laut. 

7. Taman Nasional Teluk Cendrawasih


Kawasan ini merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia, terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%), dan perairan lautan (89,8%). Taman Nasional Teluk Cendrawasih terletak di Teluk Cenderawasih, Provinsi Papua Barat dan meliputi beberapa pulau antara lain pulau Mioswaar, Nusrowi, Roon, Rumberpon dan Yoop. Selain kaya akan beragam jenis terumbu karang, kawasan ini juga terkenal kaya akan beragam jenis ikan, moluska, penyu, duyung, hiu, dan lumba-lumba. 

8. Taman Nasional Wakatobi


Terletak di kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, nama Wakatobi sendiri merupakan singkatan dari nama beberapa pulau di wilayah ini yaitu pulau Wangi-wangi, Kalidupa, Tomia, dan Binongko. Kawasan ini cukup terkenal di kalangan wisatawan karena sering menjadi area penyelaman untuk menikmati keindahan pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Wilayah taman nasional wakatobi memang kaya akan spesies koral hingga mencapai 750 spesies koral dunia. Satwa-satwa yang menghuni kawasan ini antara lain beragam jenis ikan, penyu, dan beberapa jenis burung laut. 

9. Taman Nasional Kepulauan Seribu


Kawasan pelestarian alam bahari ini terletak kurang lebih 45 km sebelah utara Jakarta dan tersusun oleh ekosistem pulau-pulau sangat kecil dan perairan laut dangkal, yang terdiri dari gugus kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil, 86 gosong pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektare, laguna 119 ha, selat 18 ha dan teluk 5 ha), terumbu karang tipe fringing reef, mangrove dan lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20–40 m. Kawasan ini juga merupakan rumah bagi terumbu karang, beragam jenis ikan, moluska, penyu, dan lain-lain. 

10. Taman Nasional Karimunjawa


Taman Nasional ini terletak di utara pulau Jawa, tepatnya masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Taman Nasional ini mencakup 27 buah pulau dengan luas sekitar 111.625 ha. Kawasan ini memiliki 5 ekosistem sekaligus yaitu terumbu karang, hutan pantai, mangrove, hutan hujan tropis dataran rendah, padang lamun dan rumput laut. Kawasan ini juga sering dijadikan sebagai area penyelaman oleh para wisatawan untuk menikmati keindahan bawah lautnya. Beragam spesies yang menghuni kawasan ini antara lain aneka terumbu karang, penyu, rusa, landak, dan burung elang laut.

Selengkapnya
9 Daerah Wisata Budaya Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

9 Daerah Wisata Budaya Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Selain keindahan alamnya, Indonesia juga kaya akan budaya lokal yang memiliki potensi dalam meningkatkan bidang pariwisata, salah satunya yaitu lewat pengembangan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif sebagai potensi wisata budaya tradisional bersumber dari seni budaya dan tradisi serta kearifan lokal masyarakat adat setempat. Oleh karenanya, ekonomi kreatif ini cukup berperan dalam mempromosikan sekaligus melestarikan budaya-budaya tradisional yang ada di Indonesia.

Wisata ekonomi kreatif dengan menampilkan budaya tradisional juga dapat menambah perekonomian masyarakat di samping menjaga kelestariannya. Dicuplik dari tulisan K. Wardiyatmoko, berikut ini beberapa daerah wisata budaya dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. 

1. Kampung Laweyan di Solo, Jawa Tengah


batik Laweyan
via 1001indonesia.net

Sejak abad ke 14, daerah Laweyan di Solo sudah dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan pakaian. Industri batik di Laweyan konon mulai berkembang pada masa kerajaan Islam Pajang (1568-1586). Hingga saat ini, Laweyan juga masih terkenal sebagai kampung batik. Terdapat banyak pengrajin batik berskala kecil sampai menengah yang memproduksi beraneka macam kerajinan batik seperti kemeja, selendang, dan sarung.

2. Kebudayaan Batak di Tapanuli


budaya Tapanuli
via ANTARA FOTO/Nugroho Gumay

Masyarakat etnis Batak di Tapanuli, Sumatera Utara telah berhasil mengembangkan potensi budaya tradisional mereka menjadi ekonomi kreatif lewat kesenian tari tor-tor, rumah adat bolon, dan kerajinan kain ulos. Usaha kerajinan kain tenun ulos terbukti dapat meningkatkan pendapatan warga serta memperbaiki tingkat ekonomi penduduk khususnya masyarakat Tapanuli.

3. Kerajinan Suku Dayak di Kalimantan


kerajinan Dayak
via bobo.grid.id

Suku Dayak di Kalimantan memiliki hasil kerajinan tangan unik serta corak yang khas. Kerajinan tangan suku Dayak antara lain berupa tas dari anyaman rotan, kain tenun dari serat daun doyo, serta kerajinan manik-manik. Aneka kerajinan dari hasil budaya tradisional ini dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi kreatif sekaligus menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat suku Dayak.

4. Tradisi Suku Toraja di Sulawesi Selatan


Rambu Solo Toraja
via sulselsatu.com

Suku Toraja telah dikenal luas akan keunikan budaya dan tradisinya seperti ritual pemakaman, rumah adat tongkonan, dan ukiran kayunya. Hal-hal tersebut dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi kreatif sekaligus untuk meningkatkan potensi perekonomian penduduknya. Upacara pemakaman adat (Rambu Solo') yang berlangsung selama berhari-hari juga selalu mampu menarik wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang berkunjung.

5. Desa Ubud di Bali


kerajinan Ubud
via balikami.com

Ubud adalah desa adat sekaligus destinasi wisata di kabupaten Gianyar, Bali yang dikenal sebagai pusat tarian dan kerajinan tradisional. Pertunjukan seni sendratari kecak dan pameran lukisan serta pameran ukiran merupakan pertunjukan yang selalu digelar setiap harinya di museum dan galeri di desa Ubud. Selain itu, kuliner khas Ubud seperti bebek bengil juga merupakan kekayaan tradisional yang dapat menjadi potensi pengembangan ekonomi kreatif bagi masyarakatnya.

6. Kampung Sade di Nusa Tenggara Barat


kain kampung sade
via kate.id

Kampung adat Sade di Lombok, NTB merupakan perkampungan suku Sasak dengan jumlah penduduk sekitar 700 jiwa. Kampung ini memiliki kebudayaan tradisional yang masih sangat dijaga kelestariannya. Di antara hasil kebudayaan tersebut misalnya yaitu kerajinan tenun ikat dan tenun songket khas suku Sasak. Hasil-hasil kerajinan tersebut juga dapat dimanfaatkan dalam pengembangan ekonomi kreatif sekaligus untuk meningkatkan perekonomian penduduknya.

7. Kampung Adat Bena di Nusa Tenggara Timur


kampung Bena
via nttonlinenow.com

Kampung Bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Kampung ini memiliki kekhasan tersendiri yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Kampung adat Bena didesain berbentuk perahu dan juga dapat berfungsi sebagai benteng pertahanan. Selain keunikan tersebut, kampung ini juga memiliki kerajinan tenun ikat yang dapat menjadi potensi untuk pengembangan ekonomi kreatif di daerah tersebut. 

8. Pulau Morotai di Maluku Utara


pulau Morotai
via indonesia-heritage.net

Pulau Morotai di Maluku Utara memang terkenal dengan budaya tradisionalnya berupa tradisi adat (Hao Gumi) dan tarian tradisional seperti tarian cakalele, tide-tide, dan salumbe. Kekayaan tersebut merupakan budaya tradisional yang melengkapi keindahan bahari dari pulau Morotai. Selain itu, terdapat pula peninggalan sejarah Perang Dunia II seperti benteng, mobil tanker, dan museum bawah laut yang dapat menjadi nilai potensi wisata untuk pengembangan ekonomi kreatif di Pulau Morotai. 

9. Raja Ampat di Papua


festival Raja Ampat
via kompas.com

Selain terkenal akan potensi wisata alamnya, Raja Ampat juga kaya akan wisata budaya tradisional yang berpotensi untuk pengembangan ekonomi kreatif. Hal itu bisa dilihat mulai dari usaha kreatif rumahan seperti aneka barang kerajinan dan ukiran hingga penyelenggaraan festival Raja Ampat yang diadakan setiap tahunnya. Selain itu, pengembangan desa wisata juga terus dilakukan seperti di desa Yenwaupnor, Arborek, Yenbuba, Sawinggrai, dan Sawandarek di Distrik Meos Mansar Kabupaten Raja Ampat.

Selengkapnya
Beberapa Tanaman Obat Kaya Akan Manfaat Kesehatan

Beberapa Tanaman Obat Kaya Akan Manfaat Kesehatan

Indonesia memang dikenal kaya akan ragam hasil bumi yang tiada tandingannya. Salah satu di antaranya yaitu kaya akan tanaman-tanaman obat yang bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit pada manusia. Tidak jarang resep ramuan tradisional berbahan tanaman-tanaman obat tersebut terbukti mampu untuk menyembuhkan berbagai penyakit mematikan seperti penyakit jantung, kanker, dan lain sebagainya.

tanaman obat
ilustrasi via istockphoto

Tanaman obat dapat dibudidayakan atau tumbuh dengan sendirinya hidup bebas di alam. Pada umumnya, tanaman obat dikonsumsi dengan cara dikeringkan, direbus, atau dikonsumsi langsung dalam keadaan segar. Bagian tanaman yang dapat diambil manfaatnya biasanya adalah akar, batang, daun, bunga, buah, atau pun adakalanya juga keseluruhan bagian tanaman memiliki khasiat dan dapat dimanfaatkan. 

Indonesia memiliki banyak tanaman obat yang telah lama digunakan dalam berbagai ramuan pengobatan tradisional. Berkat perkembangan teknologi, tanaman obat dapat diolah menjadi obat herbal yang telah diuji secara klinis sehingga layak konsumsi. Bahkan seiring waktu, obat herbal juga mulai banyak dimanfaatkan dalam dunia farmasi karena bersifat alami dan bebas efek samping.

Tidak heran jika kini ada kecenderungan di kalangan masyarakat untuk kembali beralih menggunakan obat tradisional sebagai sarana pengobatan penyakitnya. Nyatanya, mutu obat tradisional memang tidak kalah dari obat modern, bahkan lebih mujarab dan aman tanpa efek samping berbahaya. Itulah mengapa pengetahuan tentang ramuan dan obat-obatan tradisional juga perlu disebarluaskan kembali agar masyarakat tahu akan potensi hasil alam yang luar biasa manfaatnya. 

Bukan hanya itu saja, pemanfaatan tanaman-tanaman obat ini juga selaras dengan semangat back to nature atau kembali ke alam yaitu dengan cara melakukan konservasi lingkungan dan memanfaatkan bahan-bahan alami ramah lingkungan. Lebih jauh lagi, pemanfaatan tanaman-tanaman obat dari hasil alam berarti kita juga telah berupaya melestarikan budaya bangsa dengan cara hidup sehat sekaligus turut andil dalam menjaga kelestarian alam. 

Sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2009 pasal 100 ayat (1) dan (2) juga menyebutkan bahwa sumber obat tradisional yang telah terbukti berkhasiat dan aman digunakan akan tetap dijaga kelestariannya dan dijamin pemerintah untuk pengembangan serta pemeliharaan bahan bakunya.

Ada banyak tanaman obat yang dipercaya berkhasiat bagi kesehatan dan mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Beberapa contohnya dapat anda simak pada tabel di bawah ini:

No. Tanaman Manfaat
1.  Adas Mengatasi insomnia, batu ginjal, dan batuk berdahak
2.  Alang-alang Meredakan panas dalam, penurun panas demam, diuretik
3.  Bawang putih Menurunkan kolesterol, tekanan darah tinggi, flu
4.  Bawang merah Mencegah kanker, sembelit, melindungi jantung
5.  Cabe jawa Mengatasi masalah pencernaan, bronkitis, demam
6.  Jahe Mengobati asma, kambung, mual
7.  Jambu biji Mengobati diare, cacingan, demam berdarah
8.  Jati Belanda Mengobati batuk dan diare, menurunkan berat badan
9.  Jeruk nipis Sebagai obat batuk, jerawat, radang tenggorokan
10.  Jinten hitam Antikanker, antiradang, menguatkan imunitas
11.  Kembang sepatu Menurunkan darah tinggi, kolesterol, batuk
12.  Kencur Mengobati batuk, flu, keseleo
13.  Kumis kucing Mengobati batu ginjal, kencing manis, rematik
14.  Kunyit Menurunkan kolesterol, mencegah kanker
15.  Lidah buaya Sebagai antiradang
16.  Mahkota dewa Mengobati darah tinggi, hepatitis, dan asam urat
17.  Manggis Antikanker, mencegah penyakit jantung, mengobati asma
18.  Mengkudu Mengobati radang usus, amandel, tekanan darah tinggi
19.  Meniran Meningkatkan kekebalan tubuh
20.  Saga Mengobati batuk dan sariawan
21.  Salam (daun) Menurunkan kolesterol, asam urat, mencegah stroke
22.  Sambiloto Mengobati kencing manis, radang, demam
23.  Seledri Menurunkan tekanan darah tinggi
24.  Sirsak Antikanker, meredakan demam, mengurangi stres
25.  Temulawak Meningkatkan imunitas, mengobati sakit kuning, maag

Selengkapnya
Nikmatnya Tape Ketan dan Cara Membuatnya

Nikmatnya Tape Ketan dan Cara Membuatnya

Tape ketan adalah salah satu jajanan tradisional khas Indonesia yang dibuat melalui proses fermentasi. Meski kini sudah mulai jarang orang membuatnya, kuliner ini bisa anda jumpai dengan mudah karena masih banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Rasanya yang asam manis dan menyegarkan digemari banyak orang sehingga sering menjadi rebutan. Meski begitu, disarankan untuk tidak mengkonsumsinya secara berlebihan agar dapat merasakan manfaatnya.

tape ketan
via roomvi.blogspot.com

Kuliner Hasil Fermentasi


Mengutip dari wikipedia, tape atau tapai adalah kudapan yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat sebagai substrat oleh ragi. Substrat ini biasanya berupa umbi singkong atau beras ketan. Ragi untuk fermentasi tape merupakan campuran beberapa mikroorganisme, terutama fungi (kapang dan jamur), seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucorsp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, dan Pediococcus sp.

Tape ketan memiliki cita rasa asam yang berpadu dengan rasa manis. Jajanan ini juga biasanya memiliki bentuk semi-cair dan memiliki tekstur sedikit lengket. Tape ketan juga memiliki kandungan alkohol namun tidak memabukkan sehingga halal untuk dikonsumsi oleh umat muslim. Buktinya, dahulu setiap masuk hari raya lebaran, kudapan ini juga biasa disajikan untuk menyuguh para tamu yang datang hendak bersilaturahim. 

Kandungan Tape Ketan


Tape ketan diketahui mengandung berbagai zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti zat besi, asam laktat dan manfaat serat yang jumlahnya terbilang cukup. Proses fermentasi pada tape ketan juga diyakini mampu meningkatkan kandungan vitamin B1. Vitamin B1 sangat baik untuk sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan pada tubuh manusia. Selain itu, tape ketan juga dipercaya bisa menjadi obat diabetes, pegal-pegal, serta mampu menjaga kesehatan kulit.

Meski terlihat sederhana, proses pembuatan tape ketan musti melewati berbagai tahap yang cukup rumit. Pembuatan tape ketan memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar ketan dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang berlangsung dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pembuatan tape ketan di antaranya yaitu menggunakan air bersih, tempat terlindung dari cahaya, serta peralatan dan bahan-bahan yang digunakan harus bersih, termasuk bersih dari minyak. 

Cara Membuat Tape Ketan


Untuk membuat tape ketan sederhana, caranya adalah sebagai berikut:

➡ Siapkan alat dan bahan-bahan berikut ini:
  • Kompor
  • Panci
  • Ragi Tape
  • Beras ketan
  • Air bersih 
  • Gula pasir secukupnya
  • Daun pisang
  • Tusuk lidi 
  • Baskom
➡ Proses Pembuatan Tape

Langkah pertama, beras ketan dibersihkan dan dicuci. Setelah bersih, masukkan beras ketan tersebut ke dalam panci dan rendam dalam air dingin selama 6 sampai 8 jam. 

Langkah kedua, setelah direndam, beras ketan dicuci kembali dan dikukus sampai matang sehingga menjadi ketan. Setelah dingin, tempatkan hasil ketan tersebut di atas daun pisang di dalam baskom. 

Langkah ketiga, Taburkanlah tepung ragi yang sudah ditumbuk pada ketan dan aduk hingga rata. Tambahkan gula pasir secukupnya untuk menambahkan rasa manis pada tape. Proses ini dilakukan pada suhu lebih kurang 30°C. 

Langkah selanjutnya, nasi ketan tersebut dibungkus dengan daun pisang, bentuk tum dan sematkan dengan lidi. Tempatkan pada tempat yang terlindung dari cahaya. 

Langkah terakhir, Biarkan tum-tuman ketan tersebut selama 3 sampai 4 hari hingga nasi ketan berubah menjadi tape dengan sempurna. Setelahnya, tape ketan pun siap disajikan.

Selengkapnya
9 Komoditas Unggulan Hasil Perkebunan di Indonesia

9 Komoditas Unggulan Hasil Perkebunan di Indonesia

Memiliki tanah yang subur bak kepingan surgawi, sudah sejak lama bumi Nusantara dikenal sebagai penghasil komoditi berkualitas unggulan dari budidaya hasil perkebunan. Tidak heran jika dahulu banyak bangsa asing berlomba-lomba untuk dapat menguasai negeri ini. Sampai saat ini, Indonesia juga masih dikenal sebagai eksportir utama beberapa hasil perkebunan dengan kualitas unggulan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:


1. Teh 

teh
via pixabay

Teh merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia. Perkebunan teh dibuka pada masa penjajahan Belanda melalui sistem tanam paksa. Tanaman ini cocok ditanam di dataran tinggi karena kondisi tanah, iklim, serta curah hujan di wilayah tersebut mendukung pertumbuhan teh. Teh diambil pucuk daunnya kemudian diolah menjadi teh siap konsumsi. 

2. Kopi

kopi
via pixabay

Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik di lereng-lereng pegunungan. Tanaman kopi diambil bijinya untuk dibuat menjadi bahan minuman. Jenis kopi yang banyak ditanam di Indonesia adalah kopi robusta. Jenis kopi robusta dari Indonesia telah dikenal di dunia internasional karena kualitas dan cita rasa yang unggul. 

3. Tebu 

tebu
via shutterstock

Tanaman yang dahulu berasal dari India ini dapat tumbuh baik di dataran rendah, beriklim panas, kering, dan curah hujan tidak terlalu tinggi. Tanaman tebu merupakan bahan utama dalam pembuatan gula pasir. Indonesia juga merupakan salah satu negara penghasil gula tebu di dunia. 

4. Kelapa Sawit

sawit
via istockphoto

Tanaman kelapa sawit diambil buahnya untuk bahan baku industri minyak sawit. Dari buah kelapa sawit, dapat dibuat dua macam minyak sawit. Pertama, minyak berwarna kuning dari daging buahnya sebagai bahan baku sabun, minyak pelumas, dan minyak cat. Kedua, minyak berwarna putih dari biji buahnya. Hasil olahannya seperti mentega dan minyak goreng. 

5. Karet

karet
via mediaperkebunan.id

Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen karet terbesar di dunia. Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun dengan ketinggian dapat mencapai 15 – 20 meter. Karet merupakan bahan utama dalam pembuatan ban, beberapa Alat-alat kesehatan, dan alat-alat yang memerlukan kelenturan dan tahan goncangan. 

6. Kapas 

kapas
via shutterstock

Kapas merupakan bahan baku untuk industri tekstil. Tanaman asal India ini akan tumbuh baik pada daerah yang beriklim panas. Sebagian besar perkebunan kapas di Indonesia masih diusahakan oleh rakyat, tetapi untuk memenuhi kebutuhan industri sandang maka pemerintah berusaha memperluas perkebunan kapas. 

7. Cengkeh

cengkeh
via erudisi.com

Cengkeh merupakan tanaman asli dari wilayah Maluku. Tanaman ini cocok ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi yang cukup air  dan sinar matahari. Bagian tanaman cengkeh yang biasa dimanfaatkan adalah bunga, daun, dan tangkainya. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan baku industri rokok, kosmetik, makanan, minuman, dan farmasi. 

8. Kina

kina
via tribunnewswiki 

Pada mulanya, tanaman kina berasal dari Amerika Selatan dan diperkenalkan di Indonesia oleh Junghuhn. Tanaman kina dapat tumbuh baik di dataran tinggi dan daerah pegunungan pada ketinggian antara 800-2.000 mdpl. Kulit pohon kina dapat diolah menjadi obat yang dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit terutama malaria. 

9. Kakao

kakao
via kompas.com

Kakao merupakan tanaman asli dari wilayah Amerika Latin yang cocok ditanam di daerah tropis. Tanaman kakao memerlukan tanaman naungan agar tumbuh dengan baik dan dapat berbuah sepanjang tahun. Biji kakao biasanya diolah sebagai bahan baku industri makanan dan juga kosmetik.

Selengkapnya
Sejarah Sriwijaya Sebagai Pusat Pendidikan dan Penyebaran Agama Budha

Sejarah Sriwijaya Sebagai Pusat Pendidikan dan Penyebaran Agama Budha

Meski kini merupakan agama minoritas di Indonesia, agama Budha pernah jaya dan berkembang pesat di negeri ini. Hal ini bisa terlihat dari keberadaan Sriwijaya sebagai salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di wilayah Nusantara. Pada masa itu, Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Hal ini juga sesuai dengan berita dari seorang bhiksu Cina bernama I-Tsing yang pernah mengunjungi Sriwijaya antara tahun 671 - 672 M. 

Candi peninggalan Sriwijaya
Candi Muaratakus via tribunnewswiki

Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat pertemuan antara para jemaah agama Budha dari Cina ke India dan dari India ke Cina. Melalui pertemuan itu, di kerajaan Sriwijaya berkembang ajaran Budha Mahayana. Berita Cina dari I-Tsing menyebutkan bahwa Sriwijaya merupakan sebuah kota berbenteng karena dikelilingi tembok. Kota ini juga dihuni oleh kurang lebih 1000 orang bhiksu yang mendalami ajaran agama Budha seperti halnya di India. Para bhiksu itu belajar di bawah bimbingan gurunya yang terkenal bernama Sakyakirti. 

I-Tsing adalah seorang biksu Budha dari Cina yang pada tahun 671 berangkat dari Kanton ke India untuk belajar agama Budha. Ia singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar bahasa Sansekerta. Di sana, ia juga belajar kepada guru agama Budha terkenal yaitu Sakyakirti yang menulis buku berjudul Hastadandasastra. Sepulangnya dari India, I-Tsing kembali ke Sriwijaya dan menetap selama 6 tahun untuk memperdalam agama Budha. Salah satu karya yang dihasilkannya adalah Ta Tiang si-yu-ku-fa-kao-seng-chuan yang selesai ditulis pada tahun 692 M. 

Melihat pesatnya kemajuan agama Budha di Sriwijaya, I-Tsing juga menganjurkan agar pendeta atau biksu Cina yang hendak belajar ke India terlebih dahulu singgah di Sriwijaya untuk mempelajari dasar-dasar agama Budha dan tata bahasa Sansekerta selama setahun atau dua tahun. Terkait hal ini I-Tsing mengatakan:
".... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya dan mengagumi Buddha, dihati mereka telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota Sriwijaya dipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Tiongkok ingin pergi ke India untuk belajar Sabda, lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami ilmunya sebelum dilanjutkan di India".
Selain Sakyakirti, guru besar agama Budha dari Sriwijaya lainnya adalah Dharmapala yang pernah mengajar agama Budha di Perguruan Tinggi Nalanda (Benggala). Sedangkan tokoh lainnya yang pernah mengunjungi Sriwijaya di antaranya yaitu dua pendeta Tantris yaitu Wajrabodhi dan Amoghawajra pada tahun 717 dan pendeta asal Tibet bernama Attisa yang pernah tinggal di Sriwijaya antara tahun 1011 - 1023 M. Hal ini semakin menunjukan eksistensi Sriwijaya sebagai pusat agama Budha di luar India. 

Selain berita dari I-Tsing, berita dari India juga menyebutkan mengenai hubungan baik antara Sriwijaya dengan kerajaan-kerajaan di India seperti kerajaan Nalanda dan kerajaan Cholomandala. Prasasti Nalanda menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa dari Nalanda, India, telah membebaskan lima buah desa dari pajak. Sebagai imbalannya, kelima desa itu wajib membiayai para mahasiswa dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di Kerajaan Nalanda. Hal ini merupakan wujud penghargaan sebab Raja Sriwijaya saat itu, Balaputradewa telah mendirikan vihara di Nalanda. 

Sebagai salah satu pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara, kerajaan Sriwijaya juga memiliki beberapa peninggalan agama Budha yang tersebar di sejumlah tempat seperti di daerah Palembang, Jambi, Riau, Malaysia, bahkan Thailand. Hal ini disebabkan karena Sriwijaya merupakan kerajaan Maritim yang selalu berpindah-pindah, alias tidak menetap di satu tempat dalam kurun waktu yang lama.

Peninggalan-peninggalan tersebut di antaranya yaitu bangunan suci seperti stupa, candi atau arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus (Riau), Gunung Tua (Padang Lawas), dan di Bukit Siguntang (Palembang). Peninggalan kerajaan Sriwijaya lainnya yang ditemukan di Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu yaitu Candi Kotamahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong I, Candi Gedong II, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Astono, Kolam Telagorajo, dan Situs Muarojambi. 

Selain itu juga ditemukan berbagai jenis arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang (Palembang), arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini menampilkan langgam sama yang disebut Langgam Sriwijaya yang memiliki kemiripan dengan langgam Amarawati, India dan langgam Syailendra dari Jawa Tengah sekitar abad ke 8 sampai ke 9.

Selengkapnya
Gambaran Kehidupan Sosial Ekonomi Pada Masa Kerajaan Majapahit

Gambaran Kehidupan Sosial Ekonomi Pada Masa Kerajaan Majapahit

Kebanyakan dari kita tentu pernah membaca mengenai sejarah kebesaran kerajaan Majapahit dengan wilayah kekuasaannya yang membentang luas di seantero Nusantara. Tapi pernahkah kita membayangkan kiranya seperti apakah gambaran kehidupan masyarakat pada masa itu?. Bagaimana cara mereka memenuhi kebutuhan hidupnya?. Apakah kondisinya seperti halnya yang sering digambarkan di tivi-tivi dalam film-film kolosal seperti Tutur Tinular, Saur Sepuh, dan semacamnya?. 

lukisan gambaran masyarakat Majapahit
via indocropcircles.wordpress.com

Majapahit merupakan kerajaan besar yang pernah ada di Nusantara. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya (1293 M) dan mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah oleh Hayam Wuruk (1350 - 1389 M) dengan Mahapatihnya yaitu Gajah Mada. Disebutkan dalam kitab Negarakertagama, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Bahkan pengaruhnya juga menjangkau beberapa daerah di Asia Tenggara seperti Semenanjung Melayu dan Filipina bagian selatan. 

Sejarah juga menyebutkan bahwa Majapahit adalah salah satu kerajaan agraris dan juga kerajaan Maritim terbesar di Nusantara setelah Sriwijaya. Kedudukan sebagai negara agraris tampak dari letaknya yakni di pedalaman dan dekat aliran sungai. Sedangkan kedudukan sebagai negara maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan Majapahit untuk menanamkan pengaruhnya ke seluruh wilayah Nusantara pada masa itu. Artinya, kehidupan ekonomi masyarakat Majapahit pun juga menitikberatkan pada dua bidang tersebut, yakni pertanian sekaligus pelayaran. 

Berdasarkan kitab Negarakertagama, struktur masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan (kasta) yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Ada pula golongan yang berada di luar lapisan ini yaitu candala, mleccha, dan tuccha yang merupakan golongan terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit. Meskipun demikian, aturan kasta pada masyarakat Majapahit ini tidak begitu ketat sebagaimana terdapat di India, sehingga kasta-kasta tersebut lebih bersifat teoritis dalam literatur istana.

Baca juga: Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit

Menurut Berita Cina yang ditulis oleh Ma-Huan sewaktu mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho ke Jawa, kerajaan Majapahit terletak di pedalaman pulau Jawa. Istana Raja dikelilingi tembok tinggi lebih dari 3 zhang, pada salah satu sisinya terdapat pintu gerbang yang berat (mungkin terbuat dari logam). Tinggi atap bangunan antara 4-5 zhang, gentengnya terbuat dari papan kayu yang bercelah-celah (sirap).

Raja Majapahit tinggal di istana, kadang-kadang tanpa mahkota, tetapi sering kali memakai mahkota yang terbuat dari emas dan berhias kembang emas. Raja memakai kain dan selendang tanpa alas kaki, dan kemanapun pergi selalu memakai satu atau dua bilah keris. Jika raja keluar istana, biasanya ia menaiki gajah atau kereta yang ditarik lembu.

Ibukota Majapahit berpenduduk sekitar 200-300 keluarga. Para penduduk memakai kain atau baju, kaum lelaki memiliki rambut panjang dan terurai, sedangkan perempuannya bersanggul. Setiap anak laki-laki selalu membawa keris yang terbuat dari emas, cula badak, atau gading. Bahasa penduduk pribumi sangat halus dan indah, dan mereka mengenal tulis menulis dengan daun kajang sebagai kertasnya dan pisau tajam sebagai pena.

Berita Cina tersebut juga menyebutkan bahwa para penduduk biasa duduk di rumahnya tanpa menggunakan bangku, tidur tanpa ranjang, dan makan tanpa memakai sumpit. Sepanjang hari mereka senang memakan sirih, baik laki-laki maupun perempuan. Menurut Ma-Huan, penduduk Majapahit secara umum dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu orang-orang Islam yang datang dari barat dan mendapat mata pencaharian di ibukota, orang-orang China selaku niagawan tinggal di ibukota dan kota-kota pelabuhan, dan penduduk pribumi Hindu atau Budha yang gemar memelihara anjing.

Pada zaman Majapahit, panen padi terjadi dua kali dalam setahun dan menghasilkan butir-butir beras yang amat halus. Selain padi, terdapat pula hasil pertanian lainnya berupa wijen putih, kacang hijau, dan aneka rempah-rempah. Hasil budidaya buah-buahan juga banyak jenisnya, seperti pisang, kelapa, delima, pepaya, durian, manggis, langsa, dan semangka. Sayur mayur pun juga berlimpah baik jumlah maupun jenisnya. Adapun jenis-jenis hewan peliharaan masyarakat kala itu di antaranya yaitu burung beo, ayam kalkun, burung nilam, merak, pipit, kelelawar, dan juga hewan-hewan ternak seperti sapi, kambing, kuda, babi, ayam, bebek, serta hewan-hewan langka seperti monyet putih dan rusa putih. 

Sebagai negara agraris, segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan pertanian warganya juga diperhatikan oleh pemerintahan Majapahit agar terpenuhi secara maksimal, salah satunya yaitu urusan pengairan. Untuk membantu pengairan pertanian agar teratur, maka pemerintah kerajaan Majapahit membangun dua buah bendungan untuk memfasilitasinya. Kedua bendungan tersebut yaitu bendungan Jiwu untuk mengaliri persawahan dan bendungan Trailokyapur untuk mengaliri daerah hilir. 

Dalam bidang perdagangan, banyak pedagang Majapahit yang berperan sebagai pedagang perantara. Menurut catatan seorang pedagang dari Cina, Wa Ta-yuan, komoditas ekspor Jawa pada saat itu adalah lada, garam, kain, dan burung kakatua. Sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Daerah-daerah pelabuhan seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban merupakan beberapa kota pesisir yang menjadi pusat perdagangan untuk mengangkut barang dagangan berupa hasil bumi dari daerah pedalaman. 

Sedangkan untuk bertransaksi, Kerajaan Majapahit juga memiliki mata uang sendiri yang disebut gobog. Gobog merupakan uang logam yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timah putih, dan tembaga. Bahan-bahan tersebut kemungkinan didatangkan dari China sepanjang abad ke-11 M hingga abad ke-14 M. Bentuknya seperti koin dengan lubang di tengahnya. Mata uang bergambar relief ini memiliki tebal sekitar 2-6 mm, diameter 29-86 mm, dan berat antara 16-213 gram. Selain sebagai alat tukar, uang gobog juga biasa dipakai untuk pembayaran pajak. 

gobog
via kompas.com

Dalam transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog, masyarakat Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti pada masa itu. Ukuran timbangannya disebut sekati. Satu sekati sama dengan 20 tahil. Setahil sama dengan 16 qian. Satu qian sama dengan 4 kubana. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang pernah mengunjungi Jawa juga menyebutkan bahwa istana raja Jawa saat itu penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. 

Selengkapnya
Beberapa Manfaat Shalat Bagi Kesehatan Yang Jarang Diketahui

Beberapa Manfaat Shalat Bagi Kesehatan Yang Jarang Diketahui

Di zaman serba hingar bingar seperti sekarang ini, sebagian dari kita lebih condong pada kehidupan dunia sehingga kebutuhan akan kehidupan akhirat seringkali terabaikan. Salah satunya yaitu kewajiban shalat lima waktu bagi setiap muslim. Shalat adalah tiang agama dimana diterimanya amal ibadah seseorang juga tergantung pada kualitas shalatnya. Intinya, kewajiban shalat tidak boleh ditinggalkan selama raga masih bernyawa. 

pose shalat

Tidak hanya kebutuhan rohani, shalat ternyata juga dapat mendatangkan manfaat bagi kesehatan jasmani kita. Ya, ada banyak manfaat shalat bagi kesehatan jika dijalankan dengan benar sesuai tuntunan agama. Bahkan di antaranya tidak disadari oleh sebagian orang. Nah, berikut ini informasi tentang beberapa manfaat shalat bagi kesehatan yang mungkin jarang diketahui.

Memperindah Postur Tubuh


Jika dicermati, gerakan-gerakan dalam shalat adakalanya mirip gerakan yoga atau peregangan (stretching). Intinya yaitu untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan shalat di banding gerakan lainnya adalah shalat menggerakkan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan. Gerakan mengangkat tangan ketika takbir dapat memperbaiki perawakan tubuh, keseimbangan dan kesadaran diri.

Pose ruku' yang benar memiliki manfaat untuk mengencangkan otot-otot pinggang, perut, paha, kaki, dan betis sehingga mencegah kelembekan pada tubuh bagian atas. Begitu pula dengan pose sujud. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tidak hanya menjadi lebih indah bentuknya, tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

Memicu Kecerdasan


Gerakan sujud dalam shalat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Fungsinya sangat baik untuk menyeimbangkan energi lahir maupun bathin. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis), gerakan sujud dapat mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya.

Dengan melakukan gerakan sujud dalam shalat, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala sehingga memungkinkan darah maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma'ninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.

Memperbaiki Kesuburan


Kesuburan menjadi masalah sebagian orang yang kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Ajaibnya, shalat juga bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan wanita lewat gerakan duduk di dalamnya. Dalam shalat, ada dua macam sikap duduk, yaitu iftirasy (tahiyyat awal) dan tawaruk (tahiyyat akhir). Kedua sikap duduk ini penting dalam membuat turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum.

Saat duduk tawaruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum, sementara punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini, tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum sehingga tekanan lembut ini dapat memperbaiki organ reproduksi dalam memperbaiki kesuburan.

Memudahkan Persalinan


Kembali ke pose sujud, gerakan ini juga bermanfaat dalam memudahkan wanita saat proses persalinan. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan juga dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi.

Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Ternyata, kebiasaan sujud secara kontinyu dalam shalat menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).

Menjadikan Awet Muda


Pada dasarnya, seluruh gerakan shalat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, maka kerusakan sel dan kulit juga jarang terjadi. Bahkan jika anda rutin mengerjakan shalat (termasuk shalat-shalat sunnah), sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan sehingga regenerasi pun berlangsung lancar. Alhasil, tubuh pun menjadi senantiasa bugar dan sehat.

Gerakan terakhir, yaitu salam dengan menengok ke kiri dan kanan juga punya pengaruh besar untuk kekencangan kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan leher. Tidak kalah pentingnya, gerakan ini juga dapat menghindarkan wanita dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya.

Itulah di antara beberapa manfaat dari kewajiban shalat bagi setiap muslim yang mungkin sebelumnya tidak anda sadari. Selain merupakan bentuk ketundukkan dan alat komunikasi antara kita dengan Allah Sang Illahi Rabb, ternyata shalat juga banyak mendatangkan manfaat lainnya jika dilakukan dengan benar sesuai perintah agama. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa begitu penting melakukan gerakan-gerakan shalat dengan seksama dan tuma'ninah, bukannya dengan grusa-grusu (tergesa-gesa). 

Oleh karenanya, jika anda mengaku sebagai seorang muslim, maka jangan pernah tinggalkan shalat!. Demikian. Semoga bermanfaat. (Sumber: Rawai'i ath-Thibb al-Islami, Prof. Dr. M. Nizar ad-Daqqar)

Selengkapnya
Wajah Keragaman Islam Indonesia

Wajah Keragaman Islam Indonesia

Ada yang bilang bahwa Islam nusantara berwajah satu namun kaya warna (corak). Ia memiliki akar kultural tersendiri yang beda dengan Islam di negara-negara lain. Islam Indonesia telah berhasil menyandingkan diri atau berdialog dengan kearifan lokal (local wisdom). Ia melebur menjadi satu, menjadi entitas tunggal yang kaya kultur, plural, dan warna-warni. Perpaduan itulah yang kemudian menjadi sebuah harmoni baru bagi terciptanya tatanan budaya kultural di Indonesia.

Islam Indonesia
via republika.co.id

Menurut KH. Tholchah Hasan (Menteri Agama RI era Gus Dur), Islam di Indonesia mengalami inovasi pesat akibat perjumpaan legal dengan perkembangan zaman serta varian-variannya juga bervariasi. Warna-warni Islam itu terjadi karena peran akal (rasio) ketika menginterpretasikan suatu teks agama. Selain itu, ada dari penafsiran (liar) yang mereka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Dari sinilah Islam di Indonesia seolah-olah menimbulkan corak dan warna-warni yang beragam.

Masih menurut KH. Tolchah Hasan, ada lima kategori yang mempengaruhi wajah Islam Indonesia.

Pertama, karena faktor geografis, demografis, dan multikultur. Faktor ini sejatinya lumrah menjadi penyebab dalam hal perbedaan pandangan. Hal ini dikarenakan, dalam suatu kondisi atau lingkungan tertentu, pemikiran keagamaan dapat terbentuk lewat alam atau lingkungan. Sebut saja misalnya, orang pesisir yang berwatak keras, temperamental dan terkadang mudah emosional. Kondisi alam pesisir yang panas dan gersang setidaknya menuntut warganya untuk bekerja keras memenuhi hajat hidupnya di tengah terik matahari yang begitu menyengat kulit. Begitu juga ketika mereka menjalankan doktrin agama.

Kedua, proses akulturasi dan inkulturasi. Ada anggapan bahwa agama Hindu, Budha dan Islam datang ke Indonesia secara damai dan secara bersamaan. Agama-agama itu tidak hanya membawa misi agama, tetapi juga disertai bentangan pada ranah budaya. Mereka terlibat dalam suatu keakraban untuk saling bertukar budaya sehingga menimbulkan mozaik dan warna-warni keberagaman masing-masing.

Ketiga, karena ada ragam penafsiran teks yang skriptural. Perbedaan penafsiran dari berbagai masa juga menjadi aneka mozaik keberagaman beragama.

Keempat, kondisi sosial politik domestik (masalah keadilan dan kesejahteraan).

Kelima, arus globalisasi dan pengaruh sosio-kulturnya. Meski mempunyai efek samping yang mengerikan (materialistis, individualis, dan hedonis), kelahiran globalisasi juga membentuk masyarakat yang terbuka dan masyarakat ilmiah yang kritis dan rasionalis.

Jatidiri Islam Nusantara


Islam Indonesia hadir dari semangat kebangsaan yang begitu kuat, serta dipupuk ke dalam relung kehidupan masyarakat lokal. Tidak dipungkiri, lewat jalur agama, masyarakat mudah terbius untuk berjuang mengekspresikan rasa cinta mereka terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sementara itu, Islam datang ke Indonesia juga telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan, sehingga ajaran Islam diperagakan masyarakat tanpa adanya konflik agama-budaya. Hal ini lantas memberi kesan baru bahwa Islam Indonesia telah lama hadir dan berdialektika dengan masyarakat lokal. Ajaran Islam yang menjamin kebebasan beragama, menanamkan nilai kasih sayang kepada sesama makhluk Tuhan menjadi ciri bagaimana Islam itu diterima dengan baik.

Selain itu, Islam Nusantara juga telah membentuk kepribadian masyarakat Muslim Indonesia yang secara umum memiliki sikap sangat toleran, hidup rukun dengan agama lain, menerima dasar pancasila, menghargai kebudayaan lokal, dan memiliki ikatan sosial yang kuat.

Hanya sayangnya, disesalkan adanya 'klaim doktrinal' ketika Islam Indonesia itu kemudian diklaim milik kelompok tertentu yang merasa paling benar, sampai dengan mudahnya mengkafirkan kelompok yang lain. Dengan dalih tertentu, mereka merasa berhak untuk menindas kelompok lain yang dinilai berseberangan dengan pendapat mereka. Gema takbir yang menjadi simbol Islam pun justru menjadi lebih dekat dengan slogan peperangan. Inilah yang bisa membahayakan bagi keberagaman Islam di Indonesia.

Meskipun begitu, secara kultural tampak bahwa identitas Islam Indonesia masih eksis dipraktekkan oleh sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia. Masih bercokol kuat organisasi-organisasi keagamaan yang secara intens mengawal eksistensi model dan corak Islam Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al Washiliyyah, Mathaliul Anwar, Nahdlatul Wathan, Persis, Al Irsyad, Perti, dan lain-lain merupakan bagian dari kekayaan intelektual Islam Indonesia yang cukup berperan dalam menjaga corak Islam Indonesia agar tetap lestari sebagaimana mestinya. (artikel dikutip sebagian dari tulisan Nazar Nurdin dalam Majalah Justisia edisi 37 TH XXII 2011).

Selengkapnya
Pengertian Renaissance, Latar Belakang dan Tokoh - Tokohnya

Pengertian Renaissance, Latar Belakang dan Tokoh - Tokohnya

Setelah berabad-abad lamanya berada pada zaman kegelapan karena kuatnya dominasi pengaruh gereja, bangsa Eropa bangkit kembali pada abad pembaharuan atau renaissance, yakni pada abad ke-14 sampai abad ke-17, yang merupakan zaman peralihan dari abad pertengahan ke zaman modern. Istilah renaissance berasal dari bahasa latin, yaitu kata re artinya kembali dan naitre artinya lahir. 

renaissance

Dalam bahasa Prancis, renaissance berarti lahir kembali atau kelahiran kembali, sehingga renaissance dapat diartikan sebagai kelahiran dan kebangkitan kembali. Kelahiran kembali yang dimaksudkan adalah kelahiran atau kebangkitan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno setelah bangsa Eropa mengalami zaman kegelapan (Dark Age) selama abad pertengahan yang suram. 

Istilah renaissance pada mulanya digunakan oleh seorang sejarawan, Michelet, dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860). Menurut J. Burckhardt, renaissance adalah konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan klasik, penemuan dunia dan manusia sebagai periode berlawanan dengan periode abad pertengahan. 

Jadi, renaissance merupakan kelahiran kembali ide-ide klasik yang telah lama hilang dari Eropa sejak berada pada zaman pertengahan. Renaissance adalah kebangkitan kembali orang-orang Eropa untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno yang pernah mengalami masa-masa keemasan pada zamannya. Renaissance merupakan masa peralihan dari abad pertengahan menuju abad modern yang ditandai dengan lahirnya berbagai kreasi-kreasi baru yang diilhami oleh kebudayaan Eropa klasik yaitu kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno. 

Latar Belakang Terjadinya Renaissance

Sebelum renaissance, selama berabad-abad lamanya bangsa Eropa berada pada zaman pertengahan suram akibat kuatnya dominasi gereja dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan raja-raja Eropa pun dibuat tunduk kepada kekuasaan gereja di Roma. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, sebaliknya hal-hal yang merugikan gereja akan mendapat hukuman sangat berat. Misalnya, Copernicus memperkenalkan teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari merupakan pusat dari tata surya (heliosentris), namun karena hal ini bertolak belakang dengan gereja yang berpandangan bumi sebagai pusat alam semesta (geosentris), maka Copernicus kemudian dihukum mati. 

Kehidupan bangsa Eropa pada zaman pertengahan bersifat keakhiratan (eskatologi) sehingga mengabaikan kehidupan duniawi. Pemikiran filsafat yang berkembang pada masa itu juga sangat dipengaruhi oleh gereja sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang berlandaskan pada ajaran-ajaran agama dan untuk alat pembenaran dogma-dogma gereja. Akibatnya, berbagai bidang kehidupan seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, seni, perekonomian, dan perdagangan mengalami kemunduran. Banyak rakyat Eropa meninggalkan kegiatan perdagangan dan hidup dari hasil pertanian (agraris). Akibatnya, banyak kota-kota pelabuhan menjadi sepi dari kegiatan perdagangan. 

Keterkungkungan selama zaman pertengahan inilah yang mendorong munculnya gerakan yang berusaha untuk melepaskan dari ikatan tersebut yang disebut gerakan renaissance. Jika pada zaman pertengahan terkenal semboyan yang berbunyi "momento mori", artinya yaitu ingatlah hari kematian, maka setelah abad ke 14 atau setelah terjadinya renaissance, semboyan itu kemudian diganti dengan "carpe dien" yang artinya pergunakan hari, nikmati hidup.

Sebagai awal mula tempat terjadinya renaissance, munculnya gerakan renaissance di Italia disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
  • Munculnya kaum borjuis (pengusaha kaya raya) sebagai pendorong gerakan renaissance. 
  • Runtuhnya Konstantinopel sehingga banyak cendekiawan dan seniman di Konstantinopel pindah ke Italia. 
  • Sejarah Italia sebagai Pusat Peradaban Romawi Kuno. 
  • Munculnya Golongan Humanis yang mempelajari kembali kebudayaan Yunani dan Romawi.

Tokoh - Tokoh Renaissance

Tokoh-tokoh renaissance mempunyai peranan penting dalam perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dalam bidang seni budaya, Michaelangelo Buonarroti (1457-1564), adalah seorang pelukis, pemahat, pujangga, dan arsitek zaman renaissance yang dikenal dengan sumbangsihnya pada studi anatomi di dalam seni rupa. Dua karyanya yang paling terkenal adalah Pieta dan David, yang diukir sebelum ia menginjak usia tiga puluh tahun. 

Ada pula Leonardo da Vinci (1452-1519), seorang arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis renaissance dari Itali dengan karya terkenalnya, Jamuan Terakhir (The Last Supper) yang dilukis pada dinding gereja Santa Maria di Milan. Karya terkenal lainnya dari Leonardo da Vinci yaitu Mona Lisa yang kini terdapat di museum Louvre, Paris. Leonardo da Vinci juga dikenal menyukai bidang ilmu pengetahuan dimana ia pernah mencatat pemikirannya tentang studi tubuh manusia dalam bukunya sebanyak 7000 halaman. 

Selain kedua tokoh tersebut, tokoh-tokoh renaissance lainnya dalam bidang ilmu pengetahuan di antaranya yaitu Johann Gutenberg (1400-1468), Nicolaus Copernicus (1478-1543), Andreas Vesalius (1514-1564), William Gilbert (1540-1603), Galileo Galilei (1546-1642) dan Johannes Kepler (1571-1642). Renaissance juga telah melahirkan tokoh-tokoh penting dalam sejarah penjelajahan samudera seperti Christopher Columbus (1451-1506) dan Ferdinand Magellan (1480-1521).

Selain di Italia, gerakan renaissance juga menyebar dan berkembang di negara-negara Eropa lainnya. Dari negeri Belanda ada Desiderwis Erasmus (1469-1536) dan Rembrant (1607-1669). Erasmus adalah seorang penulis yang mengikuti jejak Sokrates, sedangkan Rembrant adalah seorang pelukis dengan ciri khasnya menampilkan kontras antara gelap dan terang. Dari Inggris ada Thomas More (1478-1535), seorang sastrawan dengan karya terkenalnya berjudul "Utopia". Ada pula sastrawan Inggris lainnya bernama William Shakespeare (1546-1616) lewat karyanya seperti Julius Caesar, Hamlet, Macbeth, dan Romeo and Juliet. Sedangkan dari Spanyol muncul Cervantes, seorang sastrawan dengan karya terkenalnya berjudul "Don Quixote". 

Selengkapnya
Peran Kaum Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Peran Kaum Santri dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Beberapa hari yang lalu (22 Oktober), kita baru saja merayakan hari Santri Nasional dimana penentuan tanggal tersebut merujuk pada satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang dibacakan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945. Seruan tersebut berisikan perintah kepada para santri untuk berperang (jihad) melawan tentara sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca Proklamasi kemerdekaan. Atas dasar peristiwa tersebut, maka tanggal 22 Oktober kemudian ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional lewat Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. 

santri ngaji
ilustrasi santri via ramadan.tempo.co

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, dimana proses penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata pelajaran yang diajarkan di pesantren di antaranya yaitu ilmu Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqih, Akhlak, Nahwu, Sharaf, Ilmu Manthiq, dan ilmu-ilmu lainnya. Adapun sumber pengajarannya, selain Al Qur'an dan Hadits, biasanya juga berasal dari kitab-kitab berbahasa Arab yang tidak berharakat atau gundul, biasa juga disebut dengan "Kitab Kuning".

Para pendidik dan pengajarnya biasa disebut Kiai, sedangkan murid-muridnya disebut para santri. Para santri adakalanya datang dari berbagai pelosok tanah air. Mereka kemudian bertempat tinggal di lokasi yang sama, yaitu pondok pesantren. Pondok Pesantren merupakan tempat mencetak generasi muda Islam agar kelak menjadi kader umat dan pemimpin masyarakat. Setelah selesai menimba ilmu di pesantren, mereka akan kembali ke daerahnya masing-masing. Kebanyakan dari mereka kemudian mendirikan pesantren di daerahnya atau mengajarkan tentang Islam kepada masyarakat sekitar di daerahnya.

Selain memperdalam ilmu keagamaan, para Ulama memiliki peran sangat penting dalam mendorong umat Islam untuk berpartisipasi dalam perjuangan pada masa perang kemerdekaan. Mereka membina kader umat Islam melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan masyarakat. Banyak santri tamatan pesantren kemudian melanjutkan pelajarannya hingga ke Timur Tengah, dan sekembalinya dari Timur Tengah mereka menjadi Ulama besar dan pimpinan perjuangan. Di antaranya adalah KH. Hasyim Asy'ari, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Ahmad Dahlan, KH. Abdul Halim, H. Agus Salim, dan sebagainya.

Sebagai kader umat Islam dan pemimpin masyarakat, Islam mengajarkan agar mereka bersatu untuk berjuang meraih kemerdekaan yang telah dirampas oleh penjajah. Itulah sebabnya kemudian para kiai dan santri mendirikan organisasi bersenjata untuk melawan penjajah, seperti Hizbullah dan Gerakan Kepanduan Islam. Tidak sedikit para kiai dan para santri yang ikut mengangkat senjata berperang melawan kaum penjajah. Di antara para Kiai tersebut antara lain KH. Zaenal Mustafa (Singaparna, Tasikmalaya), KH. Abbas (Buntet, Cirebon), KH. Masykur (Malang), dan sebagainya. 

Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan semboyan "Hubbul Wathan Minal Iman" (cinta tanah air sebagian dari iman) terbukti mampu mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia, khususnya para pemudanya, yang dulunya bersifat sektarian (lebih mementingkan suku dan daerahnya) menjadi bersifat nasionalis (lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negaranya). Hal ini ditandai dengan lahirnya organisasi pemuda bernama Jong Indonesia pada bulan Februari 1927 dan dikumandangkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

Selain itu, sebuah semboyan yang berbunyi "Islam adalah agama yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan" juga telah mampu mendorong masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, untuk melakukan usaha-usaha dalam mewujudkan kemerdekaan bangsanya melalui berbagai cara. Organisasi pergerakan Islam pun bermunculan untuk berjuang bersama demi tercapainya kemerdekaan. Namun ketika dengan cara damai tidak berhasil, maka langkah selanjutnya yaitu dengan menempuh cara peperangan atau jihad fi sabilillah.

Menurut Islam, berperang dalam rangka mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa, negara, dan agama merupakan "jihad fi sabilillah" yang hukumnya wajib. Sedangkan umat Islam yang mati dalam jihad fi sabilillah tersebut dianggap mati syahid, yang imbalannya adalah surga. Perubahan-perubahan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang ditanamkan Islam tersebut mendorong umat Islam Indonesia di berbagai pelosok tanah air untuk berjuang mengusir kaum penjajah dengan berbagai cara, termasuk dengan cara peperangan.

Umat Islam Indonesia memang mempunyai peran cukup penting dalam berkontribusi mewujudkan kemerdekaan di negeri ini. Sejarah telah mencatat beberapa nama pahlawan Islam yang telah berjuang melawan imperialisme Portugis dan Belanda seperti Fatahillah, Sultan Baabullah, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan sebagainya. Demikian juga pada masa penjajahan Jepang, banyak para Ulama yang turut memimpin bala tentara Islam melawan imperialis Jepang demi menegakkan martabat bangsa dan negara Indonesia.

Itulah sekelumit tulisan kali ini berkenaan dengan peringatan Hari Santri Nasional. Dengan momen peringatan Hari Santri Nasional ini, semoga kita selalu mengingat dan meneladani semangat jihad para Ulama dan kaum santri dalam merebut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Semoga bermanfaat.

Selengkapnya
Awal Mula Penggunaan Kalender Jawa

Awal Mula Penggunaan Kalender Jawa

kalender jawa
via kompas.com 

Kalender Jawa (Penanggalan Jawa) adalah sistem penanggalan yang diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Agung (Raja Mataram Islam) yang berkuasa dari tahun 1613 hingga 1645 M. Kalender ini memakai dua siklus hari yaitu siklus mingguan (saptawara) yang terdiri dari tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran (Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi/manis). Keistimewaan penanggalan ini yaitu merupakan perpaduan antara sistem penanggalan Islam, Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian yang merupakan bagian budaya Barat.

Keberadaan kalender Jawa memang tidak bisa dilepaskan dari peran Sultan Agung, Raja Mataram terbesar yang memiliki gelar lengkap Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman. Di bawah pemerintahannya, Mataram mencapai puncak kejayaannya. Berbagai aspek seni budaya berkembang dengan pesat baik seni tari, seni pahat, seni suara dan seni sastra. Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Jawa juga turut berkembang pesat, salah satunya yaitu dengan terciptanya kalender Jawa. 

Pada masa itu, sistem penanggalan ini digunakan oleh Kesultanan Mataram dan berbagai wilayah pecahannya yang mendapat pengaruh Mataram. Sang Raja Mataram, Sultan Agung, memang dikenal sebagai seorang raja yang berusaha membuat suasana harmonis antara kebudayaan Jawa dengan nilai-nilai Islam. Oleh karenanya, beliau menghendaki adanya sistem penanggalan tersendiri bagi orang Jawa yang dihasilkan dari perpaduan antara kebudayaan asli jawa, kebudayaan Hindu/ Budha (India), dan kebudayaan Islam. 

Sebelum tahun 1633 Masehi, Kesultanan Mataram menggunakan Kalender Saka yang didasarkan pada peredaran matahari (tarikh syamsiah), yang merupakan perpaduan perhitungan kalender jawa dengan kalender Hindu. Sementara saat agama Islam telah semakin berkembang di Jawa, masyarakat pesantren biasa menggunakan kalender Hijriah yang didasarkan pada peredaran bulan (tarikh Qomariyah). 

Sultan Agung bermaksud memadukan tradisi masyarakat kejawen yang masih menggunakan Kalender Saka dengan tradisi pesantren yang sudah menggunakan Kalender Hijriah. Oleh karena itulah sejak tahun 1633 M (1555 Saka) Sultan Agung merubah kalender Saka menjadi kalender Hijriah yang dipadukan dengan tradisi-tradisi Jawa. Perubahan sistem kalender ini juga dimaksudkan agar hari-hari raya Islam seperti Maulid Nabi, Idul Fitri dan Idul Adha yang biasa dirayakan di keraton Mataram (biasa disebut Grebeg) dapat dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sesuai dengan ketentuan dalam kalender Hijriah. 

Pada waktu itu, kalender Saka sendiri sudah berjalan sampai akhir tahun 1554. Angka tahun 1554 itu kemudian diteruskan dalam kalender Hijriah (Islam) dengan angka tahun 1555, meskipun dasar perhitungan keduanya berbeda. Saat itu, perubahan kalender di jawa ini terjadi dan mulai diberlakukan pada hari Jum'at Legi tanggal 1 Sura tahun Alip 1555, tepat pada tanggal 1 Muharram tahun 1043 Hijriah, dan bersamaan dengan tanggal 8 Juli 1633 Masehi. 

Ide besar Sultan Agung ini didukung oleh para Ulama dan abdi dalem keraton, khususnya para tokoh pakar yang menguasai ilmu falak atau ilmu perbintangan. Kalender ini kemudian juga diberlakukan di seluruh wilayah Kesultanan Mataram meliputi seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (Blambangan). 

Sistem kalender baru ini kemudian disebut juga dengan Kalender Sultan Agung atau Anno Javanico. Adapun sekarang, kalender (penanggalan) ini lebih dikenal sebagai kalender Jawa. 

Nama-Nama Bulan dalam Kalender (Penanggalan) Jawa


Nama-nama bulan dalam kalender Jawa sebagian diambil (serapan) dari Kalender Hijriyah dengan nama-nama Arab dan sebagian lagi menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta dan Melayu. 

No.  Nama Bulan Jumlah hari
Sura 30
Sapar 29
Mulud atau Rabingul awal 30
Bakda Mulud atau Rabingulakir 29
Jumadilawal 30
Jumadilakir 29
Rejeb 30
Ruwah (Arwah, Saban) 29
Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan) 30
10  Sawal 29
11  Séla (Dulkangidah, Apit) 30
12  Besar (Dulkahijjah) 29/30


Selengkapnya