Tiga jalan dalam kandungan Surat Al Fatihah
Surat Al Fatihah merupakan surat pertama yang kita temui dalam mushaf Al Qur'an. Surat Al Fatihah yang menjadi pembuka dalam Al Qur'an juga merupakan surat yang paling sering kita baca, sehingga semua umat Islam pasti hafal dengan surat ini. Kita juga selalu membaca surat ini dalam setiap rakaat shalat kita, karena membaca Al Fatihah menjadi salah satu rukun shalat yang tidak boleh kita tinggalkan.
Jika kita fahami, dalam ayat terakhir dari surat Al Fatihah ini, Allah menjelaskan mengenai 3 jalan yang dilewati oleh 3 golongan manusia. Dalam ayat yang sebelumnya diawali dengan ayat doa (Tunjukilah kami jalan yang lurus) ini, Allah seakan memberi pilihan kepada kita mengenai jalan mana yang mesti kita pilih dengan benar agar tidak salah melangkah dalam hidup ini.
Tiga jalan yang menjadi kandungan dalam surat Al Fatihah ini disebutkan dalam ayat berikut ini:
صِرٰطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّينَ
"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. Al-Fatihah ayat 7)
Jika dijabarkan, tiga jalan yang disebutkan dalam ayat tersebut ialah:
1. Jalan Orang-Orang yang telah Diberi Nikmat
Sebenarnya jalan pertama ini adalah penjelasan dari arti jalan yang menjadi permintaan dari ayat sebelumnya (jalan yang lurus). Jalan ini adalah ''jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka''. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya (Tafsir Ibnu Katsir) menyebutkan bahwa kelompok ini telah dijelaskan oleh Allah dengan lebih mendalam dalam Surat an-Nisa ayat 69-70. Allah berfirman:
"Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid (syuhada), dan orang-orang shaleh (shalihin). Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.'' (QS. an-Nisa, 69-70).
Imam Ibnu Katsir menafsirkan kelompok yang disebutkan dalam surat Al Fatihah tersebut dengan ayat ini, karena di ayat ini ada kalimat penghubung yang sama seperti halnya yang ada dalam surat Al Fatihah. Kalimat yang dimaksud adalah ''yaitu mereka yang telah dianugerahi nikmat''.
Mereka yang telah diberi nikmat adalah para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid (syuhada), dan orang-orang shaleh. Mereka adalah para pendahulu kita yang juga pernah menjalani hidup di bumi ini. Imam Ibnu Katsir juga menambahkan bahwa kelompok ini adalah mereka yang berhasil menggabungkan antara ilmu dan amal. Untuk bisa mengikuti jalan yang mereka tempuh, maka kita mesti melihat sejarah hidup mereka dan mengikuti keteladanan yang mereka contohkan.
2. Jalan Orang-Orang yang Dimurkai Allah
Banyak Ulama ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kelompok orang yang dimurkai Allah ini adalah kaum Yahudi. Mereka juga merupakan simbol dari kelompok orang yang diberi anugrah ilmu tetapi tidak mau mengamalkan, sehingga akhirnya mereka mendapat murka dari Allah SWT.
Sejarah mencatat bahwa saat Nabi telah berada di Madinah, orang-orang Yahudi di sana juga mengetahui dan meyakini dari kitab suci mereka bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi yang telah dijanjikan dan tersebut dalam kitab suci mereka sebagai Nabi akhir zaman yang mesti diimani dan diikuti. Namun meskipun begitu, karena kedengkiannya, mereka justru menentang dan memusuhi Nabi. Allah sebutkan dalam firmanNya:
"Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar. Sangatlah buruk (perbuatan) mereka menjual dirinya dengan mengingkari apa yang diturunkan Allah karena dengki bahwa Allah menurunkan karuniaNya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya. Karena itulah mereka menanggung kemurkaan demi kemurkaan. Dan kepada orang-orang kafir (ditimpakan) azab yang menghinakan." (QS. Al-Baqarah, 89-90)
Ka'ab bin Asad, seorang pemimpin Yahudi Bani Quraidzah saat berdialog dengan kaumnya kala dikepung oleh 3.000 pasukan muslimin berkata: "Demi Allah, sungguh telah jelas bagi kalian semua bahwa dia adalah Rasul yang diutus dan dialah yang sesungguhnya yang kalian jumpai dalam kitab kalian....".
Begitulah kaum Yahudi, mereka mengetahui kenabian Muhammad SAW, tetapi mereka tetap kufur dan menentang beliau. Maka benarlah bahwa kaum Yahudi telah diberi anugrah ilmu kebenaran di depan mata mereka, tetapi mereka justru tidak mau mengikuti kebenaran tersebut. Inilah yang disebut oleh Surat al-Fatihah sebagai golongan kelompok yang dimurkai.
3. Jalan Orang-Orang yang Sesat
Jalan ketiga ini, menurut penafsiran sebagian Ulama tafsir adalah jalan yang dilalui oleh kaum Nasrani. Mereka dianggap sesat karena memang 'tidak mempunyai ilmu', atau tidak bisa menerima kebenaran. Jika diibaratkan mereka ini seperti orang yang hendak berjalan menuju suatu tempat tetapi tidak punya petunjuk tentang tempat yang hendak dituju, maka pastilah dia akan tersesat di jalan.
Kelompok ketiga ini tidak punya ilmu, meskipun mereka beramal. Mereka ini mengikuti para pemimpin agama mereka tanpa menggunakan ilmu. Akhirnya yang terjadi adalah mereka mudah untuk menghalalkan dan mengharamkan sesuatu sekehendak hati mereka. Allah berfirman:
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. at-Taubah, 31)
Mengenai kalimat ''Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah'', Rasulullah menjelaskan bahwa meski mereka tidak menyembah rahib-rahib itu, tetapi dengan para rahib itu menghalalkan untuk mereka apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, maka itulah maksud peribadatan kepada para rahib itu (HR. Tirmidzi dan Baihaqi).
Hal ini juga berarti bahwa mereka menjadikan pemimpin agama mereka menjadi perwakilan tuhan atau dengan kata lain boleh membuat syariat sendiri. Jika seperti ini, maka sesatlah jalan yang mereka ambil. Begitulah jalan orang-orang yang sesat.
Itulah ketiga jalan yang terkandung dalam surat Al Fatihah. Allah menyebutkan tiga jalan dari tiga golongan manusia ini dalam firmanNya agar menjadi pelajaran bagi setiap pembacanya. Kita sebagai umat di masa kini hendaknya bisa merenungi dan menentukan jalan mana dari ketiga jalan diatas yang akan kita pilih dalam menjalani perjalanan hidup ini.
Maka seperti halnya permohonan dari ayat sebelumnya (Tunjukilah kami jalan yang lurus), mari kita berdoa semoga kita diberi petunjuk untuk bisa mengikuti jalan dari golongan pertama yang disebutkan dari ketiga jalan diatas, yaitu jalan dari golongan para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid (syuhada), dan orang-orang shaleh (shalihin).
Pilihan kita untuk mengikuti jalan mereka (golongan pertama) adalah juga perintah bagi kita agar merenungi sejarah hidup dan meneladani laku hidup mereka. Sehingga nantinya kita juga bisa mengikuti jalan lurus yang pernah mereka tempuh sekaligus bisa merasakan nikmat yang telah mereka rasakan. Wallaahu A'lam bisshawab.