Makna Proklamasi Kemerdekaan dan Upaya Mengisi Kemerdekaan Pada Masa Kini

Makna Proklamasi Kemerdekaan dan Upaya Mengisi Kemerdekaan Pada Masa Kini

Proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan panjang dan tidak kenal lelah yang telah berhasil diraih oleh para pejuang pendahulu kita. Dengan semangat perjuangan yang membara, mereka dengan tulus ikhlas mengorbankan jiwa raga serta harta untuk memperoleh kemerdekaan yang direbut oleh bangsa asing. 

Banyak di antara para pejuang yang gugur di medan laga dalam perang untuk mewujudkan kemerdekaan, sehingga mereka tidak bisa menikmati alam kemerdekaan hasil perjuangan mereka. Meski begitu, mereka bangga dan bersyukur karena kita sebagai generasi penerus bisa menikmati kemerdekaan dan bebas dari belenggu penjajahan.

bendera merah putih
via merdeka.com

Pada dasarnya, kemerdekaan adalah hak segala bangsa, oleh karenanya kemerdekaan juga harus diperjuangkan dan dimiliki oleh setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Semangat heroik dan patriotik yang ditunjukkan oleh para pejuang kita pada dasarnya juga didasarkan pada kesadaran tersebut, dimana hal itu juga sejalan dengan nilai-nilai luhur tentang persamaan derajat, harkat, dan martabat, serta hak dan kewajiban sesama umat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Semangat heroik dan patriotik para pejuang kita untuk memperoleh kemerdekaan juga tumbuh dan berkembang dengan adanya perasaan nasib dan sepenanggungan, yaitu sama-sama mengalami penderitaan akibat dari adanya penjajahan oleh bangsa asing. Oleh karenanya, masing-masing elemen bangsa kemudian bersatu demi berjuang bersama untuk meraih kemerdekaan. 

Proklamasi kemerdekaan adalah puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam membebaskan diri dari belenggu penjajahan sejak berabad-abad lamanya. Pada akhirnya, harapan untuk merdeka itu terwujud dengan dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Istilah proklamasi berasal dari bahasa Yunani "proclamatio" yang berarti pengumuman kepada seluruh rakyat, sehingga proklamasi kemerdekaan bisa diartikan sebagai pengumuman kepada seluruh rakyat tentang adanya kemerdekaan. Bagi bangsa Indonesia, proklamasi juga berarti memberikan inspirasi, bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan serta bersama-sama memperjuangkan tercapainya cita-cita nasional bangsa Indonesia.

Selain itu, proklamasi kemerdekaan juga menjadi sarana untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Dengan kemerdekaan maka bangsa Indonesia memiliki kedaulatan untuk membangun kepribadian bangsa dan negara yang bersumber kepada nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi nasional Indonesia, yaitu Pancasila.

Sebagai warga negara Indonesia yang terlahir di tanah air Indonesia, kita harus menyadari besar jasa para pahlawan pendiri negara ini. Sudah selayaknya kita mensyukuri kemerdekaan ini dan berterima kasih atas perjuangan para pahlawan pendiri bangsa.

Selain meneladani nilai-nilai perjuangan mereka, kita juga wajib menghargai jasa-jasa mereka dengan cara terus berjuang untuk mempertahankan keutuhan dan kelestarian bangsa dan negara Indonesia. Penghargaan terhadap para pejuang bangsa dapat kita tunjukkan dengan berbagai upaya untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala bidang.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan berbagai aktivitas yang mengarah kepada tercapainya tujuan nasional dalam tata aturan bernegara yang sesuai dengan hukum dasar negara, seperti:

1. Selalu setia mempertahankan keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa seluruh wilayah negara.

2. Rela berkorban untuk membela tanah air dari serangan musuh.

3. Giat belajar, bekerja keras, dan berkarya nyata untuk membangun bangsa dan negara.

4. Memupuk rasa toleransi terhadap perbedaan dengan berpegang pada prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

5. Menunjukkan rasa solidaritas dan kebersamaan antar suku bangsa dalam pembangunan di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

6. Membangun negara dengan memanfaatkan sumber daya alam sebijak-bijaknya untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia.

7. Menghormati dan menjunjung tinggi hukum yang berlaku.

Selengkapnya
Apakah Maksudnya Keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah Itu?

Apakah Maksudnya Keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah Itu?

Islam adalah agama yang menempatkan keluarga pada posisi yang sangat penting dan strategis dalam membina pribadi dan masyarakat. Baik-buruk kepribadian seseorang sangat tergantung pada pembinaannya dalam keluarga. Jika instrumen terpenting dalam masyarakat ini tidak dibina dengan baik dan benar, mustahil mengharapkan terwujudnya sebuah tatanan masyarakat yang diidamkan. 

pengantin muslim
ilustrasi via istockphoto

Pembinaan keluarga ditujukan untuk mewujudkan keluarga sakinah yang dihiasi jalinan cinta-kasih (mawaddah wa rahmah) antar semua anggota keluarganya. Jalinan cinta kasih atas dasar agama merupakan sumber utama kebahagiaan keluarga sehingga memungkinkan setiap anggota keluarga mengembangkan kepribadiannya secara baik dan utuh. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rum ayat 21:

وَمِنْ ءَايٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً  ۚ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

Sakinah


Penggunaan istilah sakinah diambil dari ayat di atas (litaskunuu ilaihaa) yang berarti Allah SWT telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain. Istilah sakinah memiliki akar kata yang sama dengan sakanun yang berarti tempat tinggal. Kata ini digunakan Al-Qur’an untuk menggambarkan kenyamanan keluarga, tempat berlabuh setiap anggota keluarga dalam suasana yang nyaman dan tenang sehingga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya cinta kasih di antara sesama anggotanya. 

Sebuah keluarga sakinah direkatkan dengan tali rohani berupa cinta, mawaddah, rahmah, dan amanah Allah SWT. Apabila cinta memudar dan mawaddah pun lenyap, masih ada rahmat. Jika ini pun tidak tersisa, masih ada amanah. Selama pasangan itu beragama, amanahnya akan terpelihara, karena Allah SWT memerintahkan dalam QS. An-Nisa’ ayat 19 berikut:

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَآءَ كَرْهًا  ۖ  وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَآ ءَاتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّآ أَنْ يَأْتِينَ بِفٰحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ  ۚ  وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ  ۚ  فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسٰىٓ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya". 

Mawaddah


Mawaddah biasa diartikan dengan rasa cinta. Mawaddah juga bisa bermakna “kelapangan dan kekosongan”. Maksudnya adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Orang yang saling mencintai terkadang hatinya kesal sehingga cintanya pudar, bahkan putus. Oleh karena itu, orang yang dalam hatinya bersemai mawaddah tidak lagi akan memutuskan hubungan, seperti yang biasa terjadi pada orang yang bercinta. Ini disebabkan hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan sehingga pintu-pintunya pun telah tertutup untuk dihinggapi keburukan lahir dan batin yang mungkin dimiliki pasangannya. 

Dengan kata lain, mawaddah adalah cinta yang tidak mengharapkan pasangannya sebagai sosok yang sempurna, tetapi memahami ketidaksempurnaan pasangannya dengan sempurna. Cinta yang mawaddah adalah “cinta plus”, yaitu cinta yang terlihat wujudnya pada perlakuan.

Rahmah


Sedangkan rahmah biasanya diartikan dengan rahmat atau kasih sayang. Rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul dalam hati akibat menyaksikan ketidak berdayaan sehingga mendorong yang bersangkutan untuk melakukan pemberdayaan. Oleh karena itu, suami dan istri akan bersungguh-sungguh, bahkan bersusah payah demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta menolak segala hal yang menggangu dan mengeruhkannya. 

Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani, dan siap melindungi yang dicintai. Rahmah menghasilkan kesabaran, kemurahan, dan kerendahan hati. Oleh karena itu, keluarga yang dihiasi dengan rahmah akan jauh dari sifat cemburu buta, mencari keuntungan sendiri, pemarah, apalagi pendendam. 

Al-Qur’an menggarisbawahi pentingnya mawaddah dan rahmah dalam jalinan keluarga karena betapapun hebatnya seseorang pasti memiliki kelemahan. Betapapun lemahnya seseorang, pasti ada juga unsur kekuatannya. Suami dan istri tidak luput dari keadaan demikian sehingga harus berusaha untuk saling melengkapi. Dengan kata lain, suami dan istri harus dapat menjadi “diri” pasangannya. Dalam arti, masing-masing harus merasakan dan memikirkan apa yang dirasakan dan dipikirkan pasangannya. Masing-masing juga harus mampu memenuhi kebutuhan pasangannya. 

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah ayat 187:

هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُن

"Mereka itu (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka ....

Ayat ini tidak saja mengisyaratkan bahwa suami-istri saling membutuhkan sebagaimana kebutuhan manusia pada pakaian (kebutuhan primer), tetapi juga berarti bahwa suami-istri masing-masing menurut kodratnya memiliki kekurangan, harus dapat berfungsi “menutupi kekurangan pasangannya” sebagaimana pakaian menutup aurat (kekurangan) pemakainya. 

Amanah Allah


Di samping itu, pernikahan adalah amanah sebagaimana digarisbawahi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Kalian menerima istri berdasar amanah Allah”. Amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya karena kepercayaan bahwa apa yang diamanatkan itu akan dipelihara dengan baik, serta keberadaannya aman di tangan yang diberi amanah itu. 

Istri adalah amanah bagi suami, demikian juga sebaliknya. Tidak mungkin orang tua dan keluarga masing-masing akan merestui perkawinan tanpa adanya rasa percaya dan aman itu. Suami ataupun istri tidak akan menjalin hubungan tanpa merasa aman dan percaya kepada pasangannya. Perkawinan bukan hanya amanat dari mereka, melainkan juga amanat dari Allah SWT karena serah terima perkawinan dilakukan dengan kalimat Allah. 

Kesediaan seorang istri untuk hidup bersama dengan seorang lelaki, meninggalkan orang tua dan keluarga yang membesarkannya, dan “mengganti” semua itu dengan penuh kerelaan untuk hidup bersama lelaki “asing” yang menjadi suaminya. Semua itu merupakan hal yang sungguh mustahil, kecuali ia merasa yakin bahwa kebahagiaannya bersama suami akan lebih besar dibanding dengan kebahagiaannya dengan ibu bapak dan pembelaan suami terhadapnya tidak lebih kecil dari pembelaan saudara-saudara kandungnya. Keyakinan inilah yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai mitsaqan ghalizd (perjanjian yang amat kuat) (QS. An Nisa’: 21). 

Oleh karena itu, agama memerintahkan kepada setiap orang agar dalam memilih pasangan yang menjadi prioritas adalah yang taat beragama. Perbedaan agama menyebabkan ikatan perkawinan jadi rapuh. Perbedaan agama juga tidak mengekalkan perkawinan hingga hari akhirat, seperti sabda Rasulullah SAW:

Biasanya, seorang wanita dikawini karena empat faktor: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka, pilihlah yang memiliki agama, (Karena kalau tidak) tanganmu akan berlumuran tanah (kehidupan miskin atau sengsara).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ciri-Ciri Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah


Secara lebih terperinci, ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah antara lain sebagai berikut: 

1. Semua anggota keluarga, suami dan istri serta anak-anaknya, dihiasi dengan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Dengan kata lain, nilai-nilai agama diimplementasikan dengan baik dalam pergaulan rumah tangga. 

2. Hubungan suami-istri dibangun atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dengan pemakainya (QS. Al Baqarah: 187). Suami berfungsi sebagai pakaian bagi istri, demikian pula sebaliknya. Dengan fungsi pakaian ada tiga, yaitu menutup aurat, melindungi diri dari panas dingin, dan perhiasan. 

3. Suami dan istri secara ikhlas menunaikan kewajiban masing-masing dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT. Suami menjaga hak istri dan istri pun menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia, dan di antara keduanya terjalin kerja sama untuk mencapai kebaikan di dunia melalui ikatan rumah tangga. 

4. Rezeki yang selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Suami menafkahi keluarganya dengan rezeki yang halal. Ia menjaga anak dan istrinya agar tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, dan semua pemenuhan kebutuhan dari harta yang haram. 

5. Terjalin komunikasi aktif (musyawarah) antar anggota keluarga. Musyawarah bukan untuk mencari kemenangan, melainkan untuk mencari yang terbaik. Di sini masing-masing dituntut untuk mengetahui secara benar kebutuhan dirinya serta memiliki keterampilan untuk menyampaikannya dengan baik. Masing-masing pihak juga dituntut untuk menjadi pendengar aktif sehingga tidak segera memberi penilaian baik atau buruk terhadap gagasan yang disampaikan. 

6. Ungkapan-ungkapan mesra antara suami dan istri. Rasulullah Saw. sering memanggil istri-istrinya dengan ungkapan mesra, misalnya panggilan humairah (pipi yang kemerah-merahan). Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kiranya bila seorang istri memanggil suaminya dengan panggilan mesra, kata sayang misalnya. Demikian juga sebaliknya. 

Demikianlah. Setiap muslim yang berkeluarga pastinya menginginkan agar kehidupan rumah tangganya menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Sebab hal itulah yang menjadi tujuan dari pernikahan, di mana hal itu merupakan nikmat yang Allah berikan kepada kita untuk dapat membina keluarga bahagia yang diridhai Allah SWT. 


*Tulisan di atas dinukil dari buku Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Karakter Berbasis Agama Islam, LPPMP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

Selengkapnya
Perilaku-Perilaku Terpuji Meliputi Sabar, Jujur, Pemaaf, dan Kasih Sayang

Perilaku-Perilaku Terpuji Meliputi Sabar, Jujur, Pemaaf, dan Kasih Sayang

pria muslim terpuji
ilustrasi via istockphoto. 

Perilaku terpuji merupakan segala sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Perilaku terpuji juga merupakan perilaku yang sesuai dengan perintah Allah SWT dan sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ada banyak perilaku yang tergolong sikap terpuji. Berikut ini di antara beberapa perilaku terpuji yang mesti kita miliki meliputi sifat sabar, jujur, pemaaf, dan kasih sayang. 

Sabar


Sabar artinya teguh hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan ujian (bencana). Orang yang sabar tidak pernah mengeluh, tidak putus asa, tidak mudah marah, baik keadaan senang maupun susah. Sikap sabar itu sangat dibutuhkan, karena setiap langkah atau detik serta dalam hal kita selalu diuji. Jika kita ingin mendapat kesuksesan hendaknya kita bersabar. Sabar ini diperintah oleh Allah, sebagai mana firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong, sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar”. (QS. Al Baqarah, 153). 

Setiap kita melakukan perbuatan benar, pasti akan mengalami ujian, cobaan, atau rintangan. Kita ambil contoh ketika Nabi Muhammad SAW berdakwah menyebarkan agama Islam. Beliau selalu mengalami cobaan yang sangat berat, beliau dicaci maki, ketika sedang berjalan dilempari batu, bahkan ketika beliau sedang shalat dilempari kotoran. 

Segala penderitaan itu beliau tahan dengan kesabaran, dadanya tetap lapang, hatinya bersih, tidak dibalas dengan kemarahan. Berkat kesabarannya itu maka datanglah pertolongan dari Allah, sehingga berduyun-duyun orang pada masuk Islam. Begitu pula kita dalam menjalani ujian, berupa musibah, kalau kita hadapi dengan sikap sabar maka akan datang pertolongan dari Allah SWT. 

Jujur


Kita sebagai orang Islam hendaknya senantiasa membiasakan sikap jujur, karena Agama Islam mengajarkan kepada kita untuk membiasakan bertingkah laku terpuji. Jujur termasuk salah satu sikap akhlak terpuji. Jujur adalah sifat atau sikap seorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya atau benar dalam perkataan dan perbuatan, apa adanya tidak dikurangi dan tidak dilebihi. 
Orang yang jujur adalah orang yang benar dalam perkataannya, benar dalam perbuatannya atau orang yang selalu berkata dan berbuat apa adanya. Manfaat orang yang memiliki sikap jujur akan disayangi Allah, disayang keluarga, dan disayangi teman-temannya, dan akan mendapat harkat dan martabat atau kedudukan yang tinggi, karena selalu mendapat kehormatan dan kepercayaan dari semua orang. Sebaliknya, orang yang tidak jujur akan dimurkai Allah dan berdosa, tidak akan disukai guru, tidak disenangi orang tua dan juga teman, semua akan membencinya dan dia mempunyai derajat yang rendah. 

Pemaaf


Manusia sebagai mahluk Allah tidak luput dari kesalahan dan lupa, oleh karena itu sangat terpuji sekali bila kita memiliki sifat pemaaf kepada sesama. Orang yang suka memberi maaf kepada orang lain bertambah tinggi derajatnya. Untuk menjadi pemaaf memang tidak mudah, perlu latihan melatih diri agar tidak cepat marah. Jangan merasa diri kita lebih hebat dari yang lain dan jangan pula menganggap orang lain lebih rendah dari kita. 

Sebagai contoh sifat pemaaf kita bisa meneladani akhlak yang dimiliki Rasulullah SAW. Ketika itu beliau berada di kota Thaif untuk berdakwah mengajak penduduk Thaif untuk beriman kepada Allah. Namun mereka menolak seruan (ajakan) Nabi Muhammad, sambil melempari batu dan mengusirnya. Tetapi walau keadaan demikian, Nabi Muhammad tidak marah. Beliau malah berdo’a:

Ya Allah Tuhan kami berilah petunjuk kepada hambaku, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti”. 

Kasih Sayang


Kasih sayang termasuk akhlak yang terpuji. Orang yang mempunyai sifat kasih sayang atau lemah lembut maka ia mempunyai perasaan halus, hatinya bersih, selalu belas kasihan dalam hatinya, sopan santun dalam pergaulan, sopan santun terhadap orang tua, sopan santun kepada guru, sopan santun kepada sesama teman, dan belas kasihan kepada semua makhluk yang ada di muka bumi. Rasulullah SAW bersabda:

Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan menyayangimu”.

Kasih sayang atau lemah lembut mencakup kepada tiga bagian: 

1. Kasih sayang atau lemah lembut terhadap hak-hak Allah yaitu dengan cara melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi semua larangan-Nya. 

2. Kasih sayang atau lemah lembut terhadap sesama manusia yaitu dengan cara saling menolong terhadap orang yang mengalami kesulitan, dan sopan santun dalam pergaulan. 

3. Kasih sayang atau lemah lembut terhadap lingkungan, yaitu peduli terhadap kelestarian alam, yakni dengan cara memelihara, merawat dan mempergunakannya dengan baik dan benar.

Selengkapnya
Diantara Sifat-Sifat Allah SWT, Ilahi Rabb Pencipta Alam Semesta

Diantara Sifat-Sifat Allah SWT, Ilahi Rabb Pencipta Alam Semesta

Bapak Sarwono adalah seorang pengusaha mainan anak-anak. Ia memiliki banyak karyawan dengan tugas berbeda-beda. Ada yang membuat bola kaki dari plastik, bola bekel, karet gelang, robot-robotan, dan mobil-mobilan. Ada yang bikin kartu gambar (poster), congklak, dan mainan-mainan lainnya. Mainan yang kita miliki atau milik teman-teman semuanya ada yang membuat, alias ada yang menciptakannya. 

Jika mainan yang sederhana saja ada yang menciptakan, lantas bagaimana dengan langit dan bumi, gunung, lautan dan seluruh alam semesta termasuk kita manusia?. Tentu saja ada yang menciptakannya, yaitu Allah Sang Maha Pencipta. Allah lah yang menciptakan alam semesta ini. 

Diantara Sifat-Sifat Allah SWT, Ilahi Rabb Pencipta Alam Semesta
via inspiring.id

Allah yang mengatur dan memelihara alam semesta. Dia tidak pernah tidur, Maha Kuasa, Maha Hebat, Maha Sempurna Dan Maha segalanya. Kita manusia kecil, kita sangat membutuhkan Allah. Allah satu-satunya yang bisa mendatangkan manfaat dan keberuntungan. Dan Allah satu-satunya yang dapat menolak musibah dan kerugian. Kita harus sering berdo’a kepada Allah untuk memohon perlindungan dan pertolongan.

Allah Maha Esa 


Allah Maha Esa artinya Allah SWT Esa dalam segala-galanya, baik ke-Esaan Dzatnya, sifatnya dan perbuatannya. Esa dalam dzatnya artinya tidak ada persamaannya dengan semua dzat atau benda di alam ini. Dia Maha Esa dalam sifat-sifatnya. Dia Maha Esa dalam perbuatan-Nya. Kita mengakui dan menyakini hanya Allah saja yang patut disembah, karena Dialah satu-satunya yang menciptakan seluruh alam beserta isinya. Ini disebut sifat “Wahdaniyah”. Allah SWT berfirman:

وَإِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وٰحِدٌ  ۖ  لَّآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيمُ

"Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah, 163)

Dialah Allah yang memiliki sifat kesempurnaan, jauh berbeda dengan sifat-sifat yang ada pada makhluk. Segala yang ada diciptakan Allah, diciptakannya dengan sendirinya tidak dengan bantuan siapapun. Diantara bukti KeEsaan Allah adalah adanya bumi dan langit beserta isinya ini. 

Tidak mungkin bumi dan langit beserta isinya ini diciptakan oleh Tuhan selain Allah. Sebab jika ada Tuhan selain Allah, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lain akan beda pendapat dalam menentukan sesuatu. Bila ini terjadi tentu akan menimbulkan mala petaka yang besar bagi alam semesta. 

Kita sebagai hamba Allah harus percaya dan meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta, juga menjaga dan memeliharanya. Maka oleh karenanya kita wajib menyembah dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya. Hal tersebut terlihat dalam kalimat Syahadat “laailaaha illallah” yang artinya tidak ada Tuhan kecuali Allah. 

Dalam menjalani hidup sehari-hari, kita pasti membutuhkan-Nya dan memerluan pertolongan-Nya. Kalimat “laailaaha illallah” juga berarti seorang muslim harus membersihkan segala kepercayaan dan keyakinan yang ada dalam kalbu, yakni hanyalah satu Tuhan yaitu Allah SWT. Dengan itu, manusia akan terhindar dari berbagai bencana dan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allah Maha Besar


Allah Maha Besar adalah Dzat yang memiliki sifat-sifat ke Besaran, ke Agungan, ke Muliaan, ke Perkasaan dan sifat ke Sempurnaan lainnya. Di dalam kegiatan sehari-hari, kita memang sering meng-Agungkan nama Allah. Ketika shalat ataupun dalam keadaan apapun dimanapun adanya kita selalu meng-agungkan Allah. Contohnya, ketika kita sedang melakukan shalat selalu diiringi kalimat “Allaahu Akbar”, ketika kita sedang berdzikir tidak lupa dari kalimat “Allaahu Akbar” atau ketika kita melihat tanda kebesaran Allah maka kita berucap Allaahu Akbar.

Kalau kita pikirkan atau renungkan betapa besarnya Allah, terbukti bahwa Allah Maha Besar. Allah menciptakan alam raya yang luas ini. Kita lihat langit terbentang yang dihiasi dengan berjuta-juta bintang dan bulan. Kita lihat bumi terhampar dengan gunung-gunung, dan ditumbuhi dengan berbagai aneka macam tumbuhan. 

Kita lihat lautan yang terbentang luas dengan berbagai isinya yaitu berupa jenis ikan dan benda-benda lainnya. Begitu pula dengan yang ada pada diri kita. Semua organ tubuh bekerja secara teratur sesuai dengan tugasnya masing-masing, besar maupun kecil, saling ketergantungan saling membantu sepanjang manusia hidup. 

Diantara Sifat-Sifat Allah SWT, Ilahi Rabb Pencipta Alam Semesta
via inspiring.id

Kita sebagai hambaNya harus percaya dan kita yakini bahwa Allah Maha Besar, tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Dia (Allah). Bukti Allah Maha Besar adalah adanya kejadian alam semesta, banyak yang membuktikan bahwa Allah itu ada yaitu melalui ciptaan-Nya yang berada di alam semesta ini. Contohnya, kejadian alam, kejadian manusia, tentang awan dan proses terjadinya, tentang lebah dan madu, dan lain sebagainya. 

Allah Maha Suci


Allah Maha suci artinya suci dalam segala-galanya, suci sifatnya dan suci perbuatannya. Allah Suci dari sesuatu yang menyerupai dan menyamai-Nya. Allah tidak pernah lupa, Allah tidak pernah melakukan kesalahan. Sering kita baca ketika melakukan shalat atau berdzikir sesudah shalat kalimat yang berbunyi “Subhanallah”. Kalimat ini berarti Maha Suci Allah, karena Dialah sebagai pencipta manusia dan makhluk-makhluk lainnya, baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa. Dia pulalah yang mengatur dan memelihara alam semesta. 
 
Lafadz Subhanallah dan waktu-waktu mengucapkannya: 

a. Ketika melihat kekuasaan Allah yang menakutkan seperti melihat kilat, suara petir, dan sebagainya. 

b. Ketika dalam keadaan lupa, seperti menyampaikan amanat orang lain, mengingatkan imam shalat yang lupa meninggalkan salah satu rukun shalat dan lain-lain. 

c. Melihat keindahan alam yang diciptakan Allah, melihat orang cacat, melihat orang cantik dan sebagainya. 

d. Di waktu berdzikir sehabis shalat, misalnya dibaca 33 kali, saat berdoa, dan lain-lain sebagainya. 

Allah Maha Melihat


Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepada kita. Kita diberi nikmat yang tiada terhingga, salah satunya kita diberi penglihatan (mata) dengan mata ini sehingga kita bisa melihat alam yang indah, kita bisa melihat gunung, lautan, dan hewan. Juga dengan mata ini kita bisa melihat warna hitam, putih, coklat, merah, hijau dan masih banyak lainnya. Benda yang bisa kita lihat tidak dapat kita sebutkan satu persatu. Ini merupakan karunia Allah yang sangat besar yang diberikan kepada kita berupa mata (penglihatan). 

Namun penglihatan kita ini terbatas, tidak seperti penglihatan Allah. Bukti bahwa penglihatan Allah tidak terbatas, Allah bisa melihat seluruh benda yang ada di alam dunia ini, Allah bisa melihat Malaikat, jin, syetan, iblis, dan lainnya. Allah juga bisa melihat apa yang tersembunyi di dalam diri kita, begitu juga Allah bisa melihat semua yang ada dalam tanah, Allah bisa melihat semua yang ada di dalam lautan, dan Allah bisa melihat semua yang ada di langit, dan bisa melihat perbuatan manusia yang baik maupun perbuatan buruk yang dilarang Allah. Firman Allah SWT:

إِنَّهُ ۥ  بِكُلِّ شَىْءٍۢ بَصِيرٌ

"Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu." (QS. Al-Mulk, 19)

Allah Maha Mendengar


Allah Maha Kasih dan Maha Sayang kepada kita. Kita diberi karunia berupa nikmat pendengaran, yakni dengan diberi telinga oleh AIlah untuk mendengar. Kita bisa mendengar suara binatang, kita bisa mendengar musik, atau mendengar orang berbicara. Dan pendengaran ini diberikan bukan hanya kepada manusia saja, tetapi juga kepada jin, binatang, Malaikat, dan lain-lainnya bisa mendengar sesuatu. 

Akan tetapi karunia Allah yang diberikan kepada manusia, jin, malaikat, dan binatang ini berbeda dengan pendengaran Allah. Pendengaran yang diberikan kepada makhluk yang tersebut diatas terbatas. Keterbatasan pendengaran kita misalnya kita tidak bisa mendengar suara yang halus seperti binatang semut, atau suara binatang yang lebih kecil lagi. 

Kita juga tidak bisa mendengar suara malaikat, suara jin, suara iblis, lebih-lebih lagi kita tidak bisa mendengar suara hati. Sementara Allah bisa mendengar semuanya. Allah senantiasa mendengar hamba-hambaNya yang memohon atau berdo’a. Sebagai Manusia kita patut bersyukur atas diberikannya nikmat karunia pendengaran, yakni dengan menggunakannya untuk mendengarkan hal-hal yang baik. Firman Allah dalam Al Qur'an: 

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌ  ۖ  وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura, 11)

Allah Maha Mengetahui


Allah memberikan karunia berupa nikmat akal pikiran. Dengan akal pikiran, kita bisa mengetahui segala sesuatu. Akan tetapi pengetahuan yang dimiliki manusia sangat terbatas, sedangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki Allah tidak terbatas. Allah dapat mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini, baik yang nyata, maupun yang tidak nyata. Allah mengetahui jumlah manusia, binatang, pepohonan, dan lain sebagainya. 

Diantara Sifat-Sifat Allah SWT, Ilahi Rabb Pencipta Alam Semesta
via inspiring.id

Allah juga mengetahui benda yang ada di langit, Allah mengetahui jumlah benda yang ada di lautan, termasuk jumlah ikannya, dan Allah mengetahui benda yang ada di dalam bumi. Kita patut bersyukur kepada Allah diberikan nikmat berupa akal pikiran, dengan kata lain kita bersyukur kepada Allah diberi pengetahuan. Dengan pengetahuan ini kita bisa belajar, kita bisa pintar, dan kita bisa mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia. 

Namun hal ini jangan dijadikan suatu kesombongan, karena pengetahuan yang kita miliki terbatas, jauh berbeda dengan pengetahuan yang Allah miliki, Karena pengetahuan Allah sangat tidak terbatas. Firman Allah dalam Al-Qur'an: 

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوٓا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

"Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah, 231)

Allah Maha Pengasih 


Allah Maha Pengasih artinya Allah tidak pilih kasih kepada yang taat beribadah ataupun kepada yang tidak taat beribadah. Allah tetap memberikannya rizki, sekalipun mereka ingkar. Allah tetap memberikan kesempatan hidup, memberikan kesempatan untuk merasakan kenikmatan dunia, bahkan ada yang diberikan kedudukan tinggi di dunia, seperti Fir'aun. Ada pula yang diberi harta yang melimpah ruah seperti Qorun dan lain-lain. 

Jika yang ingkar saja mendapat welas asih Allah di dunia ini, maka bagaimana dengan mereka yang beriman?. Sungguh beruntunglah bagi hamba-hambaNya yang beriman dan bertaqwa. Begitulah Allah sungguh Maha Pengasih. Manusia memesan surga melalui keimanan dan ketaqwaannya, Allah akan berikan surga. Demikian pula manusia memesan neraka melalui keingkaran, kekafiran atau kemusyrikannya, Allah akan berikan neraka.

Allah Maha Penyayang 


Allah Maha Penyayang artinya Allah sayang kepada hambaNya yang beriman dan bertaqwa, yang senantiasa beramal shaleh, menegakkan kebenaran dan kesabaran. Allah akan berikan kepada mereka balasan yang terbaik, tidak pandang mereka kaya atau miskin, besar, atau kecil, berkulit hitam atau putih atau apapun warna kulitnya. Asal mereka beriman dan bertaqwa, Allah memberikan tempat terhormat kepada mereka, yaitu surga. Allah ridha kepada mereka dan Allah sayang kepada mereka. 

Selengkapnya
Beberapa Fadhilah dan Keistimewaan Bulan Ramadhan

Beberapa Fadhilah dan Keistimewaan Bulan Ramadhan

Marhaban Ya Ramadhaan, bulan suci penuh berkah yang ditunggu-tunggu telah datang kembali. Bagi segenap umat Islam, bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Oleh karenanya, alangkah indahnya jika setiap muslim menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai ladang ibadah dan berbuat amal kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

ramadhan penuh berkah

Peristiwa Bersejarah


Dalam sejarah Islam, bulan Ramadhan juga menyimpan peristiwa penting bagi umat Islam. Salah satunya yaitu peristiwa perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke 2 H/624 M. Kemenangan gemilang berhasil diraih kaum Muslimin meski hanya dengan 313 tentara dan dua tentara berkuda, sedangkan tentara kafir berjumlah 900-1000 orang dengan 100 tentara berkuda. Peristiwa ini termasuk tonggak sejarah Islam yang tak boleh dilupakan oleh seorang Muslim. 

Bukan itu saja, peristiwa fathu Makkah dimana kota Makkah dapat dikuasai oleh Nabi Muhammad SAW juga diyakini terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 H/631 M. Selain kedua peristiwa tersebut, bulan Ramadhan juga merupakan bulan turunnya Al-Qur'an yang menurut Jumhur Ulama terjadi pada malam 17 Ramadhan. Rasulullah SAW menerima wahyu pertamanya di gua Hira pada 17 Ramadhan 12 SH bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Untuk itulah setiap tanggal 17 Ramadhan biasa diperingati sebagai malam Nuzulul Quran

Fadhilah-Fadhilah Bulan Ramadhan


Ada banyak fadhilah yang tentunya mesti kita maksimalkan dalam menyambut dan mengisi bulan Ramadhan ini. Ibnu Khuzaimah pernah meriwayatkan sebuah hadits yang berasal dari Salman RA bahwa suatu ketika di akhir bulan Sya'ban, Rasulullah SAW pernah berpidato menerangkan keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan. Isi pidato tersebut antara lain menyebutkan:

a. Bulan Ramadhan adalah bulan penuh barokah, karena di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan (lailatul qadr).

b. Allah SWT menjadikan puasa Ramadhan sebagai puasa wajib bagi setiap muslim dan shalat malamnya (tarawih) merupakan amaliyah yang amat Dia sukai.

c. Taqarrub ilallaah dengan amal kebajikan di bulan Ramadhan yang termasuk wajib akan dilipat gandakan pahalanya hingga 70 kali, sedangkan yang bukan wajib mendapat pahala bagaikan amaliyah wajib.

d. Ramadhan dikategorikan bulan sabar yang balasannya adalah surga.

e. Pada bulan Ramadhan, Allah SWT menganugerahkan pertolongan dan menambah rizqi bagi orang mukmin.

f. Orang yang memberi makan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa, maka ia akan memperoleh ampunan dan pahala seperti perolehan pahala puasa orang yang diberi makan.

g. Ramadhan dijadikan sebagai bulan yang diawali dengan rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya kebebasan dari neraka.

h. Di bulan Ramadhan, orang yang meringankan beban tugas pembantunya memperoleh pahala ampunan.

i. Selama bulan Ramadhan agar memperbanyak dua hal yang menyebabkan Allah ridha, yaitu mengakui tiada Tuhan selain Allah dan senantiasa mohon ampunan (istighfar) kepadaNya.

j. Di Bulan Ramadhan kita juga memperbanyak permohonan berupa surga dan berlindung dari siksa neraka.

Sebuah hadits riwayat Ahmad, Al Bazzar, dan Al Baihaqi dari Jabir RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Umatku telah dianugerahi 5 hal secara khusus yang ummat lain belum pernah mendapatkannya, yaitu:

a. Di permulaan bulan Ramadhan Allah melihat kepada ummatku, barang siapa Allah melihat kepadanya, niscaya tidak diadzab selamanya. 

b. Bau mulut mereka (orang yang berpuasa) di petang hari lebih wangi di sisi Allah dari bau minyak kasturi/minyak wangi. 

c. Para malaikat memohonkan ampun untuk mereka siang dan malam. 

d. Allah menyuruh kepada surgaNya serta berfirman: 'Bersiaplah kamu dan berhiaslah kamu untuk hamba-hambaKu dan kemuliaanKu'.

e. Pada akhir bulan Ramadhan, Allah mengampuni semua dosa para hambaNya sebagai imbalan yang pantas atas ibadah mereka". 
Itulah di antara beberapa fadhilah dan keistimewaan bulan Ramadhan. Tentu masih ada banyak fadhilah-fadhilah ramadhan lainnya sebagaimana yang sering kita dengar dari ceramah para Kyai atau Ustadz mengenai hal ini. Begitu istimewanya bulan Ramadhan, sampai-sampai Nabi SAW dalam salah satu haditsnya pernah bersabda, "Jika manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang ada di bulan Ramadhan, maka mereka akan mengusulkan agar satu tahun dijadikan bulan Ramadhan seluruhnya".
 
Selengkapnya
Cara Masuk atau Saluran-Saluran Penyebaran Agama Islam di Indonesia

Cara Masuk atau Saluran-Saluran Penyebaran Agama Islam di Indonesia

Menurut para sejarawan, agama Islam di Indonesia berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat (India). Golongan pembawa Islam ke Nusantara adalah para pedagang, mubaligh, kaum sufi, dan para wali. Adapun golongan penerima Islam di indonesia adalah kalangan masyarakat daerah pesisir, golongan raja dan bangsawan, hingga masyarakat di wilayah pedalaman.

masjid Baiturrahman Aceh
via shutterstock

Ada banyak teori yang menjelaskan mengenai kapan mula-mula Islam masuk ke Indonesia dan siapa para pembawanya. Informasi selengkapnya silahkan baca: 7 Teori Masuknya Islam di Indonesia

Berbeda dengan penyebaran Islam di benua-benua lain, proses penyebaran Islam di Nusantara umumnya berjalan dengan lancar dan damai tanpa melalui jalan penaklukan atau pertumpahan darah. Agama Islam dapat diterima dan berkembang dengan baik di dalam masyarakat Indonesia disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
  • Syarat masuk agama Islam sangat mudah, yaitu hanya mengucapkan dua kalimat syahadat, tidak perlu ada upacara khusus. 
  • Upacara-upacara peribadatan dalam Islam sangat sederhana. 
  • Ajaran Islam tidak mengenal sistem kasta. 
  • Islam bersifat terbuka sehingga penyebaran Islam dapat dilakukan oleh setiap orang Islam. 
  • Penyebaran agama Islam di Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi masyarakat Indonesia.
  • Ajaran Islam berdampak positif bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat dengan adanya kewajiban membayar zakat bagi orang Islam yang mampu. 
  • Keruntuhan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha seperti Sriwijaya dan Majapahit, memberikan kesempatan yang luas bagi perkembangan Islam. 

Saluran-Saluran Penyebaran Islam


seni Islam
via istockphoto

Adapun proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia melalui beberapa saluran atau cara sebagai berikut. 

a. Melalui Perdagangan


Hal ini terkait dengan perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan pada abad ke-7 sampai abad ke-16 dari Eropa, Timur Tengah, India, Asia Tenggara, dan Cina. Para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan Gujarat singgah berbulan-bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia menunggu angin muson yang berubah arah tiap enam bulan sekali untuk kembali ke negeri asalnya. Selama menunggu itu terjadilah proses interaksi dengan masyarakat setempat, para bangsawan, bahkan dengan para raja. Kesempatan ini mereka pergunakan pula untuk menyebarkan agama Islam. 

b. Melalui Perkawinan


Ada pula di antara para pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang kemudian menikah dengan wanita-wanita Indonesia. Melalui perkawinan tersebut, maka terbentuklah ikatan kekerabatan besar beragama Islam yang merupakan awal terbentuknya masyarakat Islam. Sebagai buktinya, sampai sekarang di beberapa kota di Indonesia masih ditemukan kampung Pekojan, yaitu perkampungan para pedagang Gujarat (Koja = pedagang Gujarat). Perkawinan dilangsungkan pula dengan golongan bangsawan. Misalnya, Raden Rahmat atau Sunan Ampel menikahi Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan Putri Kawungaten, dan Raja Brawijaya dengan Putri Ceumpa yang beragama Islam, yang kemudian berputra Raden Patah.

c. Melalui Pendidikan


Para ulama atau mubalig banyak mendirikan pondok pesantren di beberapa tempat di Nusantara. Di sanalah para santri dari berbagai daerah mendapatkan pendidikan agama Islam secara mendalam. Setelah tamat, mereka berkewajiban menyebarkan ajaran Islam di daerah masing-masing sehingga mendorong munculnya pondok-pondok pesantren baru, misalnya Pesantren Ampel Denta yang didirikan oleh Raden Rahmat mempunyai murid Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Bonang, dan Raden Patah. Sunan Giri kemudian mempunyai murid Fatahillah/ Faletehan dari Pasai. 

d. Melalui Seni Budaya


Penyebaran agama Islam melalui sarana seni budaya disesuaikan dengan keadaan di Indonesia karena ketika itu kebudayaan Hindu-Buddha dan kepercayaan asli masih berakar kuat. Para penyebar agama Islam tidak serta-merta mengubah seni budaya tersebut, bahkan adakalanya mereka menggunakan seni budaya tersebut sebagai sarana menyebarkan Islam. Contoh seni budaya yang berpengaruh dalam proses islamisasi antara lain seperti seni gamelan dan wayang. Sering kali ajaran Islam diselipkan dalam cerita-cerita wayang, seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Selain itu, pengaruh Islam juga berkembang melalui seni sastra, seni rupa, kaligrafi, seni ukir, dan lain-lain.

e. Melalui Ajaran Tasawuf


Tasawuf mengajarkan umat Islam agar selalu membersihkan jiwa dan mendekatkan diri dengan Tuhannya. Kaum sufi (penganut tasawuf) hidup dengan sederhana dan sering kali memiliki keahlian yang bersifat magis, seperti menyembuhkan penyakit dan ilmu kebatinan. Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal antara lain Hamzah Fansuri, Nurrudin ar-Raniri, Syamsuddin as Sumatrani, Syekh Yusuf al Makassari, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar, dll. Apa itu tasawuf?. Silahkan baca: Asal Kata Tasawuf dan Pengertiannya.

Selengkapnya
Tutup Pentil Hilang Atau Tidak Ada, Apakah Kita Layak Mendapat Surat Tilang?

Tutup Pentil Hilang Atau Tidak Ada, Apakah Kita Layak Mendapat Surat Tilang?

Saat sedang asyik berkendara di jalan raya, tiba-tiba anda diberhentikan oleh bapak polisi dan ditanyai seputar surat-surat dan kelengkapan berkendara anda. Tanpa dinyana, akhirnya anda kena tilang hanya karena tidak menggunakan tutup pentil. Apalah artinya sebuah tutup pentil?. Mungkin seperti itulah yang ada di benak anda ketika mendapatkan surat tilang dari bapak polisi. 

mana tutup pentil?
ilustrasi

Sebagai pengendara yang baik, kita memang wajib untuk mematuhi peraturan lalu lintas. Ada beberapa hal yang mesti dipenuhi bagi seseorang yang hendak berkendara. Selain surat-surat penting (SIM, STNK), hal-hal yang juga tidak boleh ketinggalan yaitu part pendukung keselamatan seperti helm (SNI), lampu, kaca spion, dan kelengkapan-kelengkapan sepeda motor lainnya. Semua itu semata-mata bukan untuk menghindari tilang, tapi untuk keselamatan, keamanan, dan ketertiban di jalan raya.

Terkait tutup pentil, memang setiap kita membeli ban dalam baru tutup pentil selalu disertakan. Namun kadangkala karena suatu sebab, tutup pentil sering kali hilang atau tidak ada di ban sepeda motor kita. Entah itu karena lupa tidak ditutup lagi setelah dipompa/tambal ban, terlepas dengan sendirinya karena tutup kurang rapat, diambil orang jahil, atau karena sebab lainnya yang bukan merupakan kesengajaan. Jika menghadapi kenyataan seperti itu, Apakah kita layak mendapatkan surat tilang? 

Untuk mengetahui jawabannya, ada baiknya kita simak uraian dari Bapak Budiyanto, mantan Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya yang kami nukil dari kompas.com

Budiyanto yang kini menjadi pemerhati transportasi menjelaskan bahwa mengacu kepada Undang-Undang, secara eksplisit telah diatur bahwa setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan maka wajib dilengkapi dengan berbagai perlengkapan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 285 menyebutkan:
(1) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Dari keterangan pasal dalam UU tersebut dapat dipahami bahwa kelengkapan sepeda motor yang wajib terpasang dan berfungsi adalah kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban. Artinya, sepeda motor tanpa tutup pentil bukan merupakan pelanggaran lalu lintas, sehingga tidak bisa ditilang karena secara eksplisit dalam Undang-Undang No 22 tahun 2009 tersebut tidak ada pasal yang mengatur tentang hal tersebut. 

Budiyanto juga menambahkan bahwa dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 1 ayat 1, menyebutkan, "suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan Perundang-Undangan pidana yang telah ada". Intinya, karena belum ada ketentuan yang mewajibkan sepeda motor harus menggunakan tutup pentil, maka berarti hal ini bukan termasuk pelanggaran lalu lintas.

Meskipun begitu, tetap saja sebagai ikhtiar keselamatan ada baiknya kita selalu usahakan untuk melengkapi ban sepeda motor kita dengan tutup pentil. Bapak polisi yang baik dan budiman juga biasanya hanya akan sekedar mengingatkan kita alih-alih langsung menilang kita karena ban sepeda motor kita tidak dilengkapi dengan tutup pentil. 
Tutup pentil adalah benda kecil kira-kira seukuran ujung jari kelingking yang berfungsi untuk menutup dan mengamankan pentil dari kotoran yang masuk. Walau bentuknya kecil tapi ia cukup penting sebab kalau tidak ada tutup pentil, pasir atau benda asing yang masuk ke pentil ban bisa merusak alur atau drat dan komponen lain termasuk sil karet. Selain itu, tutup pentil juga berfungsi agar drat dan sil atau karet-karet yang terdapat di pentil ban tidak mudah mengeras.

Pentil ban memang terdiri dari komponen kecil yang sensitif. Kalau tidak ada penutupnya, bisa jadi ada pasir, kotoran, atau benda asing yang masuk ke dalamnya dan membuat rusak komponennya. Untuk itu, selalu lindungi pentil ban sepeda motor anda dengan tutup pentil. Jika hilang, anda bisa membeli atau (mungkin bisa) memintanya di bengkel atau tukang tambal ban tetangga sekitar tempat tinggal anda. 

Layaknya tutup botol, pastikan anda sudah memutar tutup pentilnya begitu selesai memompa/ mengisi angin. Perhatikan juga kebersihannya agar pentil ban sepeda motor anda lebih awet. Sebab meski tampak sepele, ternyata tutup pentil ikut berperan dalam menjaga keselamatan kita saat berkendara.

Selengkapnya
Memahami Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Memahami Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Pancasila merupakan dasar falsafah negara atau disebut sebagai ideologi negara. Pancasila juga merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur penyelenggaraan negara. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma, serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

Pancasila
Pancasila

Pancasila juga merupakan pandangan hidup bangsa yang di dalamnya terkandung konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Oleh karena itu, Pancasila haruslah menjadi nilai-nilai yang hidup dan mengkristal dalam masyarakat Indonesia, sehingga pandangan hidup itu haruslah dijunjung tinggi oleh masyarakat agar Pancasila mampu menjadi sebuah pedoman hidup bagi masyarakat Indonesia.

Pancasila Sebagai Ideologi


Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diartikan sebagai suatu pemikiran nasional yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hukum, dan negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan.

Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang konstitusi proklamasi atau hukum dasar kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, yaitu pembukaan, batang tubuh, serta penjelasan UUD 1945. 

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia. Namun, Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. 

Dengan kata lain, unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila. 

Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Ideologi Terbuka merupakan ideologi yang menjadi pandangan suatu bangsa. Ideologi ini memiliki nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praktis yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman. Sebagai ideologi terbuka, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila juga telah memenuhi nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis. 

Nilai dasar yaitu hakikat kelima Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai instrumental yaitu adanya penjabaran nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ke dalam peraturan perundang-undangan yang lain. Sedangkan nilai praktis adalah bentuk pengamalan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 

Pancasila sebagai ideologi terbuka sangat mungkin mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi terbuka berarti mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai dalam Pancasila tidak berubah namun pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap kurun waktu. 

a. Nilai Dasar Pancasila yang Abadi

Nilai dasar yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang sifatnya universal, sehingga dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. 

b. Nilai instrumental yang Berkembang Dinamis 

Nilai instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang dijabarkannya. Dokumen konstitusional yang disediakan untuk penjabaran secara kreatif dari nilai-nilai dasar itu adalah ketetapan MPR, peraturan perundangan-undangan, dan kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya. Apapun bentuknya, ada satu syarat yang harus dipenuhi penjabaran ini, yaitu dimufakati seluruh bangsa. Tolok ukur kebenaran dalam nilai dasar Pancasila adalah kebersamaan, kekeluargaan, serta persatuan dan kesatuan. Gagasan-gagasan perseorangan dan golongan sampai ia menjadi kesepakatan bersama, baik secara formal maupun secara informal.

Kehidupan berpancasila itu memang merupakan kehidupan yang penuh dengan dialog, dengan musyawarah, dengan mufakat. Diperlukan kesabaran, keterbukaan, kearifan dan ketekunan, yang juga dituntut pada setiap bentuk negara yang hendak menegakkan demokrasi. Nilai yang sudah memperoleh kesepakatan masyarakat, perlu kita bakukan, untuk kita memasyarakatkan serta kita budayakan selanjutnya. Nilai-nilai yang masih belum memperoleh kesepakatan masyarakat, kita kaji kembali untuk kemudian kita ajukan kembali dalam bentuknya yang sudah disempurnakan. 

c. Nilai Praktis 

Nilai praktis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam bentuk pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam pengamalian praktis inilah akan tampak apakah penjabaran serta eksplisitasi nilai-nilai dasar ideologi Pancasila itu sesuai atau tidak dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dinamika masyarakat.

Dimensi Ideologi Pancasila


Suatu ideologi selain mempunyai aspek-aspek yang bersifat ideal, yaitu berupa cita-cita, pemikiran-pemikiran, dan nilai-nilai yang dianggap baik, juga harus memiliki norma yang jelas. Ideolog harus bisa diwujudkan dalam kehidupan praktis yang merupakan suatu aktualisasi secara nyata. Oleh sebab itu, Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural mempunyai tiga dimensi, yaitu sebagai berikut:

a. Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam sila-sila Pancasia yang bersifat sistematis, rasional, dan menyeluruh. Hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasla meliputi ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kadar dan idealisme yang terkandung di dalam Pancasila dapat memberikan harapan serta mampu menggugah motivasi para pendukungnya untuk bersikap dan bertindak dalam rangka mewujudkan cita-cita mereka. 

b. Dimensi normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma, seperti yang terkandung di dalam norma-norma kenegaraan.

c. Dimensi realistik, yaitu ideologi tersebut harus bisa mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Pancasila selain memiliki nilai ideal dan normatif juga harus bisa dijabarkan dalam kehidupan secara konkret.

Selengkapnya