Kisah Rasulullah dan Pengemis Yahudi Buta

Kisah Rasulullah dan Pengemis Yahudi Buta

Screenshoot video

Sungguh pada diri Rasulullah Muhammad SAW banyak sekali teladan yang bisa kita contoh dan kita terapkan dalam perilaku kehidupan kita sehari-hari. Rasulullah adalah pribadi yang sempurna akhlaknya. Beliau terkenal dengan lemah lembut dan sopan santunnya, namun juga tegas dalam mengambil setiap tindakan yang memang memerlukan ketegasan. Salah satu sifat mulia dari Rasulullah adalah kesabaran beliau dalam mengatasi segala persoalan, termasuk menghadapi orang-orang yang membenci beliau. Bahkan dengan kesabarannya, cacian atau makian yang sering dialamatkan kepada beliau justru beliau balas dengan kebaikan dan tetap bersikap lemah lembut. Berikut ada sebuah video kartun menarik yang mengisahkan tentang sifat sabar beliau dalam menghadapi seorang pengemis yahudi buta yang membenci beliau dan selalu mencaci-maki beliau. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah berikut ini :



Selengkapnya
Siapa mereka Ahlussunnah Wal Jama'ah?

Siapa mereka Ahlussunnah Wal Jama'ah?

Ahlussunnah Wal Jamaah

Seiring berlalunya zaman, semakin banyak pula bermunculan aliran-aliran yang mengatas namakan sebagai agama yang paling benar. Pada masa lampau kita mendengar nama-nama aliran seperti mu'tazilah, syiah, khawarij, murjiah, serta faham-faham seperti jabbariyah dan qadariyah. Sedangkan pada masa kini bahkan lebih banyak lagi aliran yang muncul sampai tidak terhitung jumlahnya. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa : "Sesungguhnya Bani Israil terpecah ke dalam 72 aliran, sedangkan umatku akan terpecah dalam 73 aliran, semuanya di neraka, kecuali satu aliran saja". Para sahabat bertanya : "Siapa mereka itu wahai Rasulullah?". Nabi menjawab, (mereka) adalah "Aliran yang mengikuti jalanku dan para sahabatku"

Dari hadits di atas, sudah jauh hari Nabi memberi tahu kepada kita bahwa akan terjadi perpecahan umat Islam ke dalam beberapa aliran dan kecenderungan yang berbeda-beda. Perpecahan ini juga memunculkan berbagai macam aliran-aliran sesat yang justru semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Tetapi Nabi juga memberitahukan kepada kita bahwa untuk menjaga agamaNya, Allah menetapkan satu aliran lurus yang senantiasa menegakkan aturan-aturan Allah dalam meredam pertentangan dan kekacauan ini. Sebagaimana diterangkan dalam hadits diatas, mereka adalah aliran yang dalam persoalan teologi, hukum dan urusan-urusan lainnya selalu menempuh metode dan langkah Rasul beserta para sahabatnya. 

Semangat “ma ana alaihi wa ashabii” (aliran yang mengikuti jalanku dan para sahabatku) sebagaimana hadits di atas dicetuskan kembali setelah masa sesudah Nabi wafat hingga pada periode tertentu oleh ulama besar bernama Abu Hasan Al Asy’ari (260H - 324H), tokoh Mu'tazilah yang kemudian keluar dan mendirikan madzab baru yang kemudian pengikut madzab ini dinamakan Asy’ariyah. Selain Abu Hasan Al Asy’ari, ada juga tokoh lain yang mendukung semangat ini yaitu Abu Mansur Al Maturidi, yang kemudian pengikutnya dikenal dengan Al Maturidiyah. Dua tokoh inilah yang kemudian secara formal dikenal sebagai ulama besar yang memelopori munculnya kembali semangat ajaran Islam berwawasan Ahlussunnah wal jama’ah di tengah derasnya arus Islam berwawasan Jabariyah, Qodariyah, dan Mu’tazilah yang banyak membingungkan umat Muslim. 

Dua tokoh ini bisa dikatakan sebagai bapak Ahlussunah wal Jama’ah dalam bidang tauhid atau teologi. Dalam bidang tasawuf, Ulama Ahlussunnah Wal Jama'ah yang dikenal pertama kali adalah Imam al Ghazali dan Imam Abu Qasim Al-Junaidy. Sementara itu, Ulama-ulama besar yang ijtihad fiqihnya mendasarkan pada Ahlussunah Wal Jama'ah di antaranya adalah para Ulama yang kemudian kita kenal dengan imam empat madzab, yakni Imam Hanafi, Imam Syafi’I, Imam Maliki dan Imam Hambali. Selain mereka, tersebut pula para Imam ahli fiqih, Ulama Hadits, Ulama Tafsir, para zuhud sufiyah, Ulama lughat dan Ulama-ulama lain yang senantiasa berpegang teguh pada aqidah Ahlussunnah Wal jamaah.

Mereka inilah sebagian besar para Ulama dari berbagai bidang keilmuan, pembawa sunnah yang bersatu dalam barisan yang kokoh, yaitu Ahlussunnah Wal jama'ah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa memperlihatkan adanya kesesuaian antara jalan yang mereka tempuh dengan metode langkah Nabi dan para sahabatnya, serta selalu menetapkan ajaran Rasulullah SAW dan para sahabatnya tersebut sebagai pijakan hukum baik dalam masalah aqidah, syari’ah dan tasawwuf.

Dalam pemahaman agama dan mengeluarkan hukum, mereka berpegang erat pada wahyu atau sumber-sumber yang mempunyai kekuatan seperti dalil-dalil ijma', qiyas, mashlahah dan lainnya yang tidak bertentangan dengan nash syara'. Mereka pun senantiasa memelihara diri untuk beraktivitas di bawah naungan syara' serta mengikuti perintah dan menjauhi larangannya. Mereka berpendapat bahwa dalam beberapa teks nash ada yang mengandung makna haqiqi dan ada yang mengandung makna majazi (metaforis), sehingga ada ruang bagi akal untuk memberikan tafsir dalam memahami teks tersebut. Mereka menjauhi sikap ekstrimitas dan lebih mengutamakan sikap moderasi dalam pemikiran dan aktivitas. Dalam pemahaman Al Qur'an dan hadits Nabi, mereka mengikuti apa yang dipahami generasi salafnya, yakni para sahabat, Tabi'in, Ulama Salaf, Ulama madzhab dan mereka yang senantiasa tetap berpegang teguh kepada jalan kebenaran Islam.

Mereka menyikapi perselisihan dan peperangan di antara para sahabat Rasul dengan bijak. Mereka mencintai semua para sahabat Rasul, tidak memisah-misahkan di antara mereka, dan tidak mengabaikan mereka. Mereka tidak menyebut para sahabat, kecuali dengan sesuatu yang baik. Pertikaian politik yang terjadi di antara para sahabat Nabi saw merupakan ijtihad para sahabat, bila benar mendapat dua pahala dan bila salah mendapat satu pahala. Semua sahabat Nabi, radhiyallaah 'anhum, yang pernah berada di sisi Nabi dan berjuang menegakkan Islam bersama Nabi adalah mereka yang mendapat petunjuk dan berada dalam kebenaran dan berlaku adil. 

Dalam persoalan dosa besar, Ahlussunnah Wal Jama'ah mempunyai konsep yang berbeda dengan kaum khawarij ataupun Mu'tazilah dan kaum lainnya. Ahlussunnah Wal Jama'ah memandang bahwa pelaku dosa besar yang mati dalam keadaan tauhid tidak abadi dalam neraka. Mereka sepenuhnya berada di atas kehendak Allah. Bila berkehendak, Ia akan mengampuninya, bila berkehendak, Ia pun akan mengazab mereka dengan keadilanNya. Setelah itu, mereka keluar dari neraka dengan rahmatNya dan syafaat para Nabi serta orang-orang yang diberi izin olehNya. Mereka kemudian dimasukkan ke dalam surga sebagaimana ditetapkan dalam hadits-hadits sahih. 

Aliran Ahlussunnah Wal Jama'ah pun tidak mengkafirkan seseorang yang termasuk ahli kiblat hanya karena melakukan suatu dosa. Mereka pun tidak berpendapat bahwa keimanan tidak akan terpengaruhi oleh perbuatan dosa sebagaimana dikatakan oleh kaum murji'ah, tetapi mereka berharap dapat melakukan kebaikan dan takut melakukan dosa. Mereka berpendapat bahwa perbuatan manusia pada dasarnya diciptakan oleh Tuhan, namun manusia memiliki kuasa (kasb) atas perbuatannya yang bersamaan dengan kehendak Tuhan.

Kerangka umum aliran Ahlussunnah Wal Jama'ah mengatakan bahwa ilmu dan amal lebih bermanfaat daripada pertentangan dan perdebatan. Itulah sebabnya faham Ahlussunnah Wal Jamaah dengan prinsip yang terwujud dalam karakter tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), dan tawazun (seimbang) mampu hidup dan berkembang di wilayah mana saja dan mampu melebur dengan berbagai kebudayaan, serta senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. 

Salah satu ciri warisan intelektual Ahlussunnah Wal Jama'ah yang mesti kita pertahankan sebagai generasi muslim penerus mereka adalah sikap moderat dalam memahami peristiwa-peristiwa sejarah, mengukur sesuatu dengan ukuran Islam, tidak berpandangan sempit dalam menyikapi bid'ah, menjauhi sikap ekstrim dan mudah mengkafirkan orang lain apalagi sesama umat Islam, sebagaimana dilakukan oleh aliran-aliran yang muncul pada masa kini dalam menyikapi segala bentuk perbedaan pendapat.

Kesimpulannya, para pengikut Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah orang-orang yang selalu mendasarkan konsep, ilmu-ilmu, dan perbuatan kepada kitab Allah dan sunnah RasulNya. Dengannya pula dapat dibedakan mana yang benar dan mana yang bathil. Mereka mempelajari, menganalogi, dan memberikan penilaian terhadap keyakinan, filsafat dan madzhab berdasarkan pertimbangan ilmiah. Mereka pun tetap melepaskan akal dari keterikatannya untuk membuka tabir kajian dan ilmu pengetahuan. Akal yang mereka gunakan itu berada di bawah bimbingan kitab Allah yang menjaga akal dari kesalahan, penyimpangan dan hawa nafsu.

Selengkapnya
Pentingnya keberadaan Populasi Lebah di Bumi

Pentingnya keberadaan Populasi Lebah di Bumi

Lebah madu

Lebah adalah salah satu hewan yang namanya tercantum sebagai salah satu nama surat dalam kitab suci umat Islam, Al Qur'an, yaitu surat An Nahl. Dalam islam, lebah juga merupakan salah satu hewan yang dimuliakan sehingga kita dilarang membunuhnya. Begitu banyak keistimewaan pada diri hewan lebah ini sehingga keberadaannya dibutuhkan oleh manusia dan alam.

Lebah termasuk jenis serangga yang termasuk dalam suku atau familia Apidae (ordo Hymenoptera: serangga bersayap selaput). Di dunia terdapat sekitar 20.000 spesies lebah dan dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika. Lebah merupakan hewan yang hidup berkelompok, meskipun sebenarnya tidak semua lebah bersifat demikian. Lebah mempunyai tiga pasang kaki dan dua pasang sayap. Lebah biasa membuat sarangnya di atas bukit, pohon kayu dan pada atap rumah. Sarangnya dibangun dari propolis (perekat dari getah pohon) dan malam yang diproduksi oleh kelenjar-kelelenjar lebah betina yang masih muda yang terdapat dalam badannya. Lebah memakan nektar bunga dan serbuk sari. 

Lebah banyak memberikan manfaat bagi manusia. Mereka memproduksi madu yang bisa kita manfaatkan untuk kesehatan, selain itu propolis lebah pun tidak kalah bermanfaatnya untuk manusia. Namun selain banyak memberikan manfaat, keberadaan lebah merupakan suatu ekosistem yang sangat penting dan berpengaruh bagi keberlangsungan hidup manusia dan seluruh makhluk hidup. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Albert Einstein “If the bee disappeared off the face of the Earth, man would only have 4 years left to live.” yang artinya "Jika lebah menghilang dari muka Bumi, maka manusia hanya memiliki 4 tahun lagi untuk dapat bertahan hidup".

Mungkin apa yang dikatakan Albert Einstein belum tentu benar adanya, tetapi dari apa yang dikatakannya, bisa jadi hal itu merupakan peringatan bagi kita untuk lebih peduli terhadap alam disekitar kita, termasuk mencegah punahnya keberadaan lebah. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa semua elemen dari suatu ekosistem keberadaannya sangat penting, dan mereka memainkan peran mereka sendiri yang berbeda dalam fungsional holistik ekosistem tersebut. Jika Anda menghapus salah satu unsur itu, maka akan dapat menyebabkan tingkat kehancuran tertentu, dan sistem alami akan perlu melakukan penyesuaian, yang bisa positif atau negatif dan berada di luar kendali kita.

Lebah madu menyerbuki 90% dari semua tanaman berbunga di Amerika Serikat dan minimal 30 % dari seluruh tanaman di dunia. Setidaknya sepertiga dari makanan yang kita makan, tergantung pada penyerbukan. Penyerbukan oleh lebah diperlukan untuk banyak tanaman seperti: apel, ceri, kacang kedelai, jeruk, lemon, jeruk nipis, wortel dan lain-lain. Lebih dari 100 tanaman pangan kita memerlukan penyerbukan ini, tanaman seperti pohon almond, akan tumbuh buah hanya jika bunga mereka menyerbuk silang, membuat pertukaran genetik antara dua varietas yang berbeda.

Ilmuwan telah meneliti setidaknya ada sekitar 20.000 species lebah-lebahan di dunia. Namun sejumlah orang masih merendahkan kesejahteraan dunia yang bertumpu pada koloni lebah. Perlu diketahui bahwa jasa penyerbukan alami yang disediakan oleh serangga penyerbuk khususnya lebah jantan, adalah €153 milyar Euro, kembali pada tahun 2005, nilai mereka menyumbang setidaknya 9,5 % dari total nilai makanan dari pertanian dunia, dan bertanggung jawab untuk peningkatan senilai $ 15 miliar tanaman per tahun.

Sederhananya, jika lebah untuk penyerbukan punah, maka kita tidak memiliki tanaman bunga dan tanaman buah. Karena jika tidak ada penyerbukan, maka tumbuhan juga tak akan dapat beregenerasi atau berkembang biak. Hal itu membuat semua rantai makanan termasuk hewan juga akan mati, begitu pula mamalia dan manusia. Hal ini tentunya harus menjadi kewaspadaan masyarakat dunia, karena koloni lebah seantero Amerika dan dunia semakin lama semakin menurun drastis.

Merosotnya koloni lebah dunia membuat cemas para peneliti sejagat, dan tak sedikit pula masyarakat dunia ikut mencemaskannya. Lebah mencari madu dari tumbuhan berbunga, termasuk tumbuhan buah. Namun sayangnya tumbuhan-tumbuhan berbunga kebanyakan adalah tumbuhan semak. Oleh karenanya kadang tumbuhan semak yang berbunga ini justru dianggap “tumbuhan hama” oleh para petani dunia. Tumbuhan yang dikategorikan sebagai ‘tumbuhan hama’ tersebut akibat tumbuhan itu tumbuh di sela-sela tumbuhan pertanian. Padahal ia juga punya hak untuk tumbuh, justru manusialah yang mengambil lahan mereka menjadi lahan pertanian.

Tumbuhan semak yang dianggap “hama” justru banyak bunganya dan sesungguhnya justru merupakan tumbuhan yang menyediakan madu bagi kebanyakan lebah dunia. Pada saat tumbuhan tersebut tumbuh diantara padi, gandum dan lahan pertanian lainnya, para petani justru mencabutnya, membuangnya atau mematikannya. Sebagai gantinya, maka lebah “terpaksa” mencari bunga dari tumbuhan-tumbuhan pertanian. Seperti kebun tomat, cabai, semangka dan banyak lainnya. Akan tetapi, mengganti tumbuhan semak yang berbunga dengan tumbuhan pertanian pun ternyata tidak bisa menyelamatkan koloni lebah.

Hal tersebut dikarenakan para petani di bidang pertanian seantero dunia menggunakan pestisida. Padahal pestisida tersebut juga mencemari bunga dari semua tumbuhan pertanian dunia. Lebah terpaksa mencari bunga-bunga yang telah terkontaminasi oleh pestisida-pestisida berbahaya tersebut untuk bertahan hidup. Kebanyakan pestisida dunia menggunakan zat neo-nicotinoids, yang justru membuat lebah linglung dan tak dapat kembali ke sarangnya (disorder), lalu mati oleh racun pestisida tersebut. Itulah salah satu mengapa lebah semakin sedikit.

Selain itu, diyakini juga bahwa “organisme yang dimodifikasi secara genetika” atau Genetically Modified Organisms (GMO) juga memiliki suatu peranan buruk yang telah dilakukan dan menimbulkan masalah terhadap lebah. Hal ini berpotensi karena fakta, bahwa semua individu dari ‘strain transgenik’ semua identik secara genetik, dan ditanam secara monokultur, yang berarti lebah memiliki makanan yang terbatas dan tidak sehat.

Banyak pihak seantero Bumi yang telah termotifasi untuk dapat menyelamatkan lebah dunia dari kepunahan. Bagimana cara kita agar koloni lebah dapat kembali tumbuh dengan pesat? Ada beberapa cara agar koloni lebah dapat tumbuh dan naik jumlahnya, diantaranya:

1. Tanamlah tumbuhan berbunga dan/atau tumbuhan buah di pekarangan, taman, halaman di sekitar perumahan anda.

2. Tanamlah tumbuhan berbunga di badan-badan jalan seperti di trotoar dan jalur hijau jalanan, jalur hijau jalan tol, juga taman-taman mulai dari desa dan juga perkotaan. Gunakan semaksimal mungkin lahan yang ada untuk tumbuhan bunga.

3. Jangan gunakan pestisida kimiawi seperti yang mengandung neo-nikotinoid, terhadap semua tumbuhan bunga dan tumbuhan buah-buahan disekitar anda. Gunakanlah pestisida organik atau alamiah. Atau dapat pula hama tanaman tersebut dimusnakan dengan cara menggunakan predator alami, misalnya burung.

4. Beritahu kepada kerabat anda termasuk semua petani dan masyarakat dunia mengenai mengapa koloni lebah dunia menyusut drastis pada beberapa tahun ini. Sehingga dengan begitu, semoga koloni lebah dapat kembali naik dan menjadi sehat kembali sebagai salah satu kunci hidupnya semua species di Bumi.



Sumber : Kaskus.co.id
Selengkapnya
Kesombongan yang Menjerumuskan Manusia

Kesombongan yang Menjerumuskan Manusia

Kesombongan yang Menjerumuskan Manusia

Memang manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang sempurna dibanding ciptaan Allah yang lain. Bahkan Allah memuliakan manusia sebagaimana dalam kisah disebutkan bahwa para Malaikat pernah disuruh oleh Allah untuk bersujud hormat kepada Nabi Adam As. Namun, kelebihan yang Allah berikan kepada manusia justru seringkali membuat manusia mudah sekali dihinggapi sifat sombong. Bahkan sudah menjadi tabiat manusia yaitu suka bersikap sombong dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.

Betapa banyak kesombongan yang dilakukan manusia. Kita seringkali mudah bersikap sombong ketika kita mendapatkan banyak nikmat dari Allah. Yang kaya sombong dengan kekayaannya, yang berpangkat sombong dengan kedudukan pangkatnya, yang cerdas sombong dengan kecerdasannya, yang cantik sombong dengan kecantikannya, bahkan yang ahli ibadah sombong dengan ibadahnya. Begitu seterusnya. 

Kita lupa bahwa bahwa nikmat itu semua adalah berasal dari Allah, Dialah yang memberi dan Dia juga yang berhak untuk mengambilnya kembali dari kita. Namun adakalanya kita justru mudah terjebak dalam bujukan syetan. Bujukan yang dapat menjerumuskan kita jatuh ke dalam jurang kehinaan. Apakah kita lupa bahwa iblis dihinakan oleh Allah karena kesombongannya. Mengapa kita justru mudah terpedaya tipu muslihat syaitan, keturunan iblis, untuk menjadi makhluk yang sombong seperti mereka. Apakah kita ingin seperti mereka yaitu dihinakan oleh Allah? Na'udzubillah min dzaalik. 

Sikap sombong akan membuat kita jauh dari rasa bersyukur, karena ketika rasa sombong ada pada diri kita, maka kita akan merasa bahwa semua yang kita miliki adalah dari usaha sendiri, bukan anugrah dari Allah SWT. Ketika hal ini terjadi, maka kita akan semakin jauh dari Allah. Kesombongan akan kelebihan-kelebihan yang kita miliki membuat kita mudah untuk menghiraukan perintah-perintah Allah, bahkan untuk menentang Allah. Kita lupa bahwa semua itu adalah berasal dari Allah.

Seringkali kita merasa hebat dengan kepandaian yang kita miliki, sehingga merasa tidak perlu kepada tuntunan Allah dan Rasulnya. Kita seringkali memaksakan kehendak kita untuk hanya mau menerima ayat atau hadits yang sesuai dengan kemauan kita, atau bahkan kita merasa pandai sehingga boleh dan mampu untuk melakukan interpretasi sendiri terhadap ayat atau hadits agar sejalan dengan pemikiran kita. Padahal untuk mengetahui semua itu, kita mestilah mempelajari ilmunya terlebih dahulu, ada ilmu tafsir, ushul fiqh, mushthalah hadits dan sebagainya. 

Wujud kesombongan lain yang bisa kita temukan adalah tidak mau berdoa dan beribadah kepada Allah. Kadangkala kita terlalu yakin dengan kemampuan kita dalam menyelesaikan segala persoalan dalam hidup ini. Kita juga yakin bahwa semua yang telah kita gapai dan kita peroleh dalam hidup ini adalah atas hasil kerja keras keringat kita sendiri, bukan campur tangan dari Allah. Oleh karena itu, kita tidak merasa perlu meminta dengan berdoa dan beribadah kepada Allah, karena semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan dengan usaha kita sendiri. Mungkin kita bisa terlena karena kelebihan yang kita anggap dari hasil usaha kita sendiri, tetapi apakah yang kita rasakan ketika Allah sewaktu-waktu mengambil nikmat dan kelebihan-kelebihan itu? Mungkin saat itulah baru kita akan sadar bahwa itu semua dari Allah.

Kesombongan juga sering kita tampakkan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan dengan makhluk Allah yang lainnya. Yang kaya merendahkan yang miskin, yang kuat merendahkan yang lemah, dan yang berpangkat pejabat haus akan kehormatan sehingga meminta untuk dihormati oleh rakyatnya. Begitu seterusnya. 

Sebagai seorang muslim, hendaklah kita tahu diri, merenung dan introspeksi. Kita sadari bahwa bersikap sombong pada dasarnya adalah menyaingi kebesaran dan keagungan Allah. Kita mesti sadar bahwa sifat Sombong hanyalah pantas disandang oleh Dzat Yang Agung, yaitu Allah SWT. Sedangkan kita sebagai hambaNya, sudah seharusnya untuk selalu tunduk, khusyu', dan tawadhu' dihadapan Allah dan bersikap rendah hati dengan sesama manusia. Kita syukuri bahwa semua nikmat yang kita miliki adalah anugrah dari Allah. Oleh karenanya, sudah seharusnya bagi kita sebagai hambaNya untuk selalu beribadah dan meminta kepadaNya. Kita tanamkan pada diri kita bahwa hanya Allah yang Maha Besar, dan betapa kecil dan lemahnya kita manusia dihadapan Sang Pencipta.
Selengkapnya
Kebiasaan-kebiasaan yang dapat Menurunkan Daya Ingat dan Cara Efektif Untuk Meningkatkan Daya Ingat

Kebiasaan-kebiasaan yang dapat Menurunkan Daya Ingat dan Cara Efektif Untuk Meningkatkan Daya Ingat

Kebiasaan-kebiasaan yang dapat Menurunkan Daya Ingat dan Cara Efektif Untuk Meningkatkan Daya Ingat.

Semakin tua usia seseorang, biasanya akan diiringi dengan menurunnya kemampuan otak dalam daya ingatnya. Hal ini pun menjadikan seseorang semakin besar beresiko menjadi pikun. Akan tetapi pada masa sekarang sering pula kita kita jumpai bahwa kepikunan tidak hanya melanda orang tua, kepikunan juga bisa menghampiri mereka yang muda. Terlebih bagi mereka yang dalam kehidupannya selalu dihinggapi rasa stres serta tekanan baik dari hubungan atau pekerjaan. Melemahnya daya ingat karena gejala kepikunan yang menghampiri seseorang dapat mempengaruhi ketepatan kognitif seseorang. 

Memang stres dapat memicu tumpulnya daya ingat seseorang. Namun ternyata selain stres, beberapa kebiasaan berikut seringkali tidak kita sadari, juga diam-diam dapat memicu terjadinya kepikunan. Berikut ulasannya : 

1. Mengabaikan Sarapan

Orang zaman sekarang seringkali disibukkan dengan pekerjaan, sehingga tidak jarang membuat mereka melewatkan sarapan. Padahal untuk bisa menjalankan kegiatan setiap harinya, diperlukan tenaga fisik dan otak yang seimbang. Kebutuhan nutrisi bagi otak harus dipenuhi dengan seimbang, karena ketika tubuh kekurangan gizi, maka kinerja otak akan menurun dan mempengaruhi kinerja otak untuk bekerja maksimal, bahkan hal ini juga bisa menurunkankan tingkat gula darah dalam tubuh. 

2. Dehidrasi 

Air merupakan komponen penting dalam tubuh kita. Dehidrasi atau kekurangan cairan tidak hanya bisa membuat tubuh lemas, tetapi juga bisa mempengaruhi kinerja otak kita. Kondisi ini dikarenakan pada saat tidak ada air yang masuk ke dalam tubuh, maka akibatnya tubuh akan meminjam air dari otak, sehingga dampaknya otak pun menjadi kesulitan untuk berpikir.

3. Kebiasaan merokok

Sebagian orang beranggapan bahwa dengan merokok akan dapat membantu otak memunculkan ide-ide segar. Akan tetapi sebenarnya, selain memicu penyakit seperti kangker paru-paru, impotensi serta penyakit berbahaya lainnya, menghisap rokok juga ternyata bisa memberi dampak buruk bagi otak kita. Hal ini dibuktikan oleh sebuah studi yang dilakukan Mcgill University yang menyebutkan bahwa merokok menyebabkan penipisan korteks dari waktu ke waktu, bahkan dalam jangka panjang bisa menurunkan kemampuan memori otak.

4. Jarang berpikir

Otot memang membutuhkan latihan agar tetap kencang, tetapi otak pun juga demikian. Organ tubuh untuk berpikir ini berkembang sesuai dengan penggunaannya. Ketika seseorang menjalani hidup lamban dan membosankan, maka akibatnya otak jarang berpikir sehingga daya ingat menurun. Guna menghindari hal ini dan membuat otak tetap berkembang, biasakanlah otak untuk selalu berpikir seperti dengan membaca buku, menulis artikel, ataupun dengan kegiatan ringan seperti mengisi teka-teki silang, bermain game yang dapat mengasah otak dan sebagainya.

5. Makan berlebihan

Makan dalam jumlah yang berlebihan dan tidak wajar ternyata juga dapat memberikan resiko buruk bagi otak manusia. Makan berlebihan akan mengakibatkan otak berada di kondisi tidak berimbang dalam produksi insulin. Akibatnya, daya ingat juga akan menurun.

6. Banyak konsumsi makanan manis

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tingkat kadar gula darah dalam tubuh yang berlebih akan berakibat kurangnya memori dan kemampuan belajar sesorang. Ini juga bisa diartikan bahwa makan dengan kadar gula terlalu banyak bisa membuat orang menjadi bodoh.

Itulah beberapa kebiasaan yang ternyata dapat memicu menurunnya daya ingat seseorang. Untuk tetap bisa memiliki daya ingat yang kuat dan pikiran yang cemerlang, berikut 5 cara efektif untuk meningkatkan kemampuan daya ingat :

1. Berolahraga

Olahraga merupakan aktifitas olah tubuh yang bermanfaat untuk kesehatan. Dengan berolahraga dapat membantu memperlancar sirkulasi darah pada seluruh bagian tubuh, termasuk aliran darah pada otak. Oleh karenanya, otak akan senantiasa sehat karena kadar oksigen dan nutrisi pada otak akan meningkat seiring dengan tubuh yang sehat juga.

2. Hindari Stres

stres tidak hanya akan berpengaruh pada kesehatan psikis, tetapi stres juga bisa memperburuk ingatan dan kinerja otak. Oleh karenanya, sebisa mungkin cobalah untuk menghindari terjadinya stres. Lakukanlah hal positif yang bisa membuat kita merasa bahagia dan tertawa. Rasa bahagia akan membuat otak dan pikiran fresh, sehingga hal ini akan berpengaruh pada kesehatan otak serta dapat mengembalikan kemampuan memori otak dalam mengingat.

3. Tidur yang cukup

Selain untuk mengistirahatkan tubuh, tidur yang cukup juga merupakan cara yang efektif untuk mengembalikan kesegaran otak kita. Sebuah penelitian yang dilakukan di universitas of luberk jerman mengemukakan bahwa dengan tercukupinya kebutuhan tidur seseorang, otak akan merefresh sehingga bisa menyimpan memori dangan baik.

4. Fokus

Berbagai masalah yang kita hadapi akan membuat pikiran kacau dan rumit. Hal ini aka menurunkan kemampuan otak dalam mengingat. Karena itulah, sangat penting bagi kita untuk selalu menjadi pribadi yang fokus dalam setiap aktivitas agar tetap memiliki daya ingat yang kuat.

5. Konsumsi Makanan Sehat

Sama halnya dengan tubuh, otak juga memerlukan nutrisi dan asupan yang baik agar bisa bekerja secara maksimal. Pemenuhan kebutuhan nutrisi otak dengan mengonsumsi makanan - makanan sehat juga akan membantu kinerja otak dalam meningkatkan daya ingatnya.

Demikian ulasan mengenai kebiasaan-kebiasaan yang dapat Menurunkan Daya Ingat dan Cara Efektif untuk Meningkatkan Daya Ingat. Semoga bermanfaat.




Sumber :
m.log.viva.co.id.
media-shareplus.blogspot.co.id
Selengkapnya
Peranan Akal dalam Hukum Islam (Ilmu Fiqih)

Peranan Akal dalam Hukum Islam (Ilmu Fiqih)

Peranan Akal dalam Hukum Islam (Ilmu Fiqih)

Ketika kita membicarakan mengenai peran akal dalam kajian hukum Islam yang disebut fiqh, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu arti dari kata fiqh. Dalam bahasa arab, kata Fiqh ( فقه ) adalah bentuk isim mashdar dari bentuk fi'il madli faqiha yang berarti faham dan mengerti. Kita sebagai manusia dapat memahami dan mengerti segala sesuatu adalah melalui pemikiran dan penggunaan akal. 

Dengan demikian fiqh merupakan ilmu yang membahas pemahaman dan tafsiran ayat-ayat Al Qur'an yang berkenaan dengan hukum, yakni yang disebut dengan ayat-ayat ahkam. Untuk memahami dan menafsirkan ayat-ayat tersebut maka diperlukanlah ijtihad. Ijtihad ( إجتهاد ) secara bahasa berarti usaha keras dalam melaksanakan suatu pekerjaan berat, sedangkan secara istilah, ijtihad berarti usaha keras dalam bentuk pemikiran akal untuk mengeluarkan atau menghasilkan ketentuan hukum agama dari sumber-sumbernya. 

Ijtihad sangat penting kedudukannya dalam fiqh. Ijtihad banyak dipakai sesudah zaman Sahabat dan Tabi'in. Bahkan saking banyaknya penggunaan ijtihad, terdapat perbedaan di antara para Ulama dalam ciri penggunaan ijtihad mereka. Karena begitu pentingnya kedudukan ijtihad dalam merumuskan suatu ketentuan hukum, para Ulama menjadikan ijtihad sebagai sumber ketiga dari hukum Islam setelah Al Qur'an dan Sunnah.

Dasar yang mereka kemukakan adalah sebuah argumen kuat dari hadits Nabi berkenaan dengan sahabat Mu'adz bin Jabal. Sebagaimana diketahui bahwa dalam hadits tersebut Nabi pernah bertanya kepada Mu'adz mengenai apa yang akan diperbuatnya di Yaman jika ia mendapati suatu perkara dan ketika hendak memutuskannya ia tidak menemui ketentuan hukumnya dalam Al Qur'an dan Sunnah. Muadz menjawab bahwa ia akan memakai ijtihadnya. Selain hadits tentang Muadz, adapula hadits berkenaan dengan Sahabat Ibnu Mas'ud dimana Nabi pernah berpesan kepadanya "Tentukanlah hukum dengan Al Qur'an dan Sunnah jika ada di dalamnya, dan jika tidak ada maka berijtihadlah dengan pendapatmu." Inilah di antara dasar dari pentingnya kedudukan ijtihad dalam menentukan suatu hukum.

Di samping ijtihad, dijumpai pula dalam fiqh istilah yang disebut al ra'yu ( الرأي ). Al ra'yu biasa diterjemahkan dengan pendapat atau opini. Pendapat atau opini dihasilkan oleh akal melalui pemikiran dan perenungan. Menurut Syaikh Mustafa Abd al-Raziq dari Al Azhar, makna ra'yu ialah bersandar dan bergantung semata kepada pendapat akal dalam penentuan hukum syariat. Ra'yu digunakan dikala tiadanya nash hukum dari teks dalam Al Qur'an dan Sunnah dalam menentukan suatu hukum.

Seperti diketahui dalam sejarah, Imam Abu Hanifah banyak memakai al ra'yu dalam pengambilan ketentuan-ketentuan hukumnya. Hal ini beliau lakukan karena sedikitnya hadits yang sampai dan diketahui di Irak pada masa itu. Hingga timbullah pada masa itu istilah ahl al ra'y yang dipertentangkan dengan ahl al hadits, pemakai akal lawan pemegang hadits, atau dengan kata lain akal dikontraskan dengan wahyu. Ahl al ra'y berpendapat bahwa Nabi sendiri juga pernah memakai al ra'y tanpa wahyu dalam menentukan hukum, begitu pula sahabat ketika tidak menemukan hukum dalam Al Qur'an dan As Sunnah. Sebagai argumen disebutkan contoh kasus-kasus yang di dalamnya Nabi menentukan hukum tanpa adanya wahyu yang turun seperti baiknya seorang anak menunaikan haji orang tuanya yang karena telah lanjut usia tidak sanggup lagi melaksanakan ibadah itu, baiknya berziarah kubur dan sebagainya.

Di samping al ijtihad dan al ra'y terdapat pula dalam fiqh istilah al qiyas ( القياس ). Qiyas secara bahasa berarti mengukur sesuatu dengan ukuran tertentu, sedang dalam istilah fiqh, Qiyas mengandung arti menyamakan hukum sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan hukum sesuatu yang lain yang ada nash hukumnya atas dasar persamaan illat atau sebab. Untuk menentukan adanya persamaan illat itu maka diperlukanlah pemikiran.

Sebagai contoh, kita mengetahui tentang hukum haramnya khamr, karena nash telah menyebutkan bahwa khamr, yaitu minuman keras yang dibuat dari anggur diharamkan atas dasar illat memabukan, maka minuman keras lain yang dibuat umpamanya dari korma atau juga termasuk narkoba pada zaman sekarang, karena juga memabukan dan merusak akal, atas dasar qiyas atau analogi, hukumnya dalam fiqih adalah haram juga. Haramnya minuman keras lain dari korma tadi misalnya, atau haramnya narkoba yang keduanya tidak ada nash hukumnya, disamakan dengan haramnya khamr yang ada nash hukumnya dalam Al Qur'an. Maka dari hasil analogi ini, hukum keduanya pun menjadi haram.

Selanjutnya terdapat pula istilah al Istihsan ( الإستحسان ). Secara bahasa istihsan berarti memandang atau menganggap lebih baik, sedang dalam istilah fiqih, istihsan berarti ''meninggalkan qiyas jelas untuk mengambil qiyas yang samar atau tidak jelas'' atau bisa juga diartikan "meninggalkan hukum umum untuk mengambil hukum kecuali", karena dipandang lebih baik. Dalam menentukan hukum dengan istihsan ini pastilah diperlukan peran dari akal dalam "memandang lebih baik" suatu hukum.

Sebagai contoh, syariat melarang terhadap jual beli benda yang tidak ada dan mengadakan akad terhadap sesuatu yang tidak ada, namun syariat memberikan kemurahan dengan dalil istihsan melalui akad salam (pemesanan). Dalam akad salam, meskipun barang belum ada, tetapi karena ada pengecualian kasuistis dari hukum kulli (umum) karena dalil istihsan (dianggap lebih baik), maka akad salam menjadi boleh.

Dari beberapa istilah yang telah disebutkan di atas, jelaslah bahwa sungguhpun sumber utama dari fiqih atau hukum islam adalah Al Qur'an dan sumber kedua adalah Sunnah, pada prakteknya banyak juga dipakai akal dalam menentukan hukum Islam. Hal ini juga ditegaskan dengan kesepakatan Jumhur Ulama bahwasanya dalil-dalil syar'iyyah yang menjadi sumber pengambilan hukum-hukum yang berkenaan dengan perbuatan manusia, kembali kepada empat sumber, yakni Al Qur'an, Sunnah, Ijma' dan Qiyas. Al Qur'an dan Sunnah adalah sumber hukum yang berdasar pada wahyu, sedangkan Ijma' dan Qiyas adalah sumber hukum yang berdasar pada hasil akal dalam berijtihad. Jadi semakin jelas kiranya bahwa dalam bidang fiqih, akal disamping wahyu memainkan peranan penting dalam perkembangan hukum Islam.



Sumber :
Akal dan Wahyu dalam Islam, Harun Nasution.
Ilmu Ushul Fiqh, Abdul Wahhab Khallaf.

Selengkapnya
Klenteng Sam Po Kong, Jejak Peninggalan Laksamana Cheng Ho di Semarang

Klenteng Sam Po Kong, Jejak Peninggalan Laksamana Cheng Ho di Semarang

Klenteng Sam Po Kong, Jejak Peninggalan Laksamana Cheng Ho di Semarang

Baru beberapa hari yang lalu saudara-saudara kita etnis China atau Tionghoa merayakan tahun baru China. Indonesia merupakan salah satu negara dengan keberadaan etnis China yang cukup banyak. Keberadaan etnis China di Indonesia tentunya tidak terlepas dari sejarah kedatangan nenek moyang mereka pada masa lampau. Sejumlah peninggalan baik bentuk fisik ataupun non fisik seperti seni budaya China masih banyak kita jumpai di berbagai daerah di Indonesia. 

Diantara daerah yang memiliki kaitan sejarah dengan datangnya etnis China di Nusantara adalah kota Semarang. Di kota Semarang, ada sebuah bangunan yang juga merupakan destinasi wisata yang berhubungan dengan China. Sam Po Kong, itulah namanya, saya pernah berkesempatan mengunjungi tempat ini bersama beberapa teman saya yaitu Fakhri, Alim, Fian dan dua orang cewek teman dari Fian. Klenteng Sam Po Kong adalah sebuah bangunan yang merupakan bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama Islam yang bernama Zheng He atau Cheng Ho. Bangunan yang juga berfungsi sebagai tempat beribadah Umat Kong hu Cu ini terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. 

Asal muasal Kelenteng Sam Poo Kong terkait erat dengan muhibah atau perjalanan Laksamana Cheng Ho, seorang laksamana besar Cina yang terkenal dalam sejarah telah mengarungi samudra melintasi beragam negeri. Tempat ini juga biasa disebut Gedung Batu, karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Oleh karenanya bangunan ini juga disebut Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong. Bangunan yang bentuknya memiliki arsitektur bangunan China ini menjadi tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang serta tempat untuk berziarah bagi Umat Kong Hu Cu.

Klenteng Sam Po Kong, Jejak Peninggalan Laksamana Cheng Ho di Semarang

Bangunan inti dari kelenteng adalah sebuah Goa Batu yang dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Ho beserta anak buahnya ketika mengunjungi Pulau Jawa di tahun 1400-an. Goa Aslinya sendiri tertutup longsor pada tahun 1700-an, kemudian dibangun kembali oleh penduduk setempat sebagai penghormatan kepada Cheng Ho. Di area ini juga juga terdapat dinding yang dihiasi relief yang menceritakan tentang perjalanan Laksamana Cheng Ho dari daratan China hingga akhirnya sampai di pulau Jawa.

Menurut sejarah, Laksamana Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (kaisar ketiga dari dinasti Ming, berkuasa tahun 1403-1424). Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao (馬 三保)/Sam Po Bo. Dia lahir di daratan Yunnan dan masih keturunan dari Persia. Ia hidup dan besar ketika China dilanda peperangan saudara, dan Cheng Ho merupakan orang kepercayaan Yongle yang akhirnya menjadi kaisar dinasti Ming.

Karir Cheng Ho melesat dan Sang kaisar mempercayakan Cheng Ho menjadi duta internasional seiring dengan lahirnya dinasti yang baru. Ia melakukan ekspedisi sebanyak tujuh kali dan Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi tempat singgah Cheng Ho. Ia menjelajahi Samudra Hindia dan rute yang dia tempuh dari China menuju berbagai negara Asia Tenggara, India, Timur Tengah, Jazirah Arab hingga Afrika. Ia membawa pesan perdamaian dengan setiap kerajaan yang dikunjungi dan ia memulai perdagangan yang adil dan membagikan ilmu pengetahuan.

Klenteng Sam Po Kong, Jejak Peninggalan Laksamana Cheng Ho di Semarang

Ketika sedang berlayar melewati laut jawa, banyak awak kapalnya yang jatuh sakit. Melihat hal itu kemudian Ia memerintahkan para awak kapalnya untuk membuang sauh dan merapat ke pantai utara semarang. Setelah mendarat, Ia dan para awaknya berlindung di sebuah Goa dan mendirikan bangunan sebagai markas dan tempat tinggal sementara di tepi pantai yang sekarang telah berdiri menjadi kelenteng. Seiring bergantinya zaman, bangunan itu kini telah bergeser menjadi berada di tengah kota Semarang. Hal ini diakibatkan pantai utara jawa yang selalu mengalami proses pendangkalan yang di akibatkan adanya proses sedimentasi, sehingga lambat-laun daratan akan semakin bertambah luas kearah utara.

Di tempat ini, Cheng Ho juga sempat memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat di sekitarnya. Konon, setelah Cheng Ho meninggalkan tempat tersebut karena harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang memutuskan tinggal di desa Simongan dan menikah dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang ditempat itu.

Meskipun sebenarnya laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim, tetapi bagi etnis China Umat Kong Hu Cu, Beliau juga dianggap dewa. Hal ini dapat dimaklumi mengingat agama Kong Hu Cu atau Tao menganggap orang yang sudah meninggal, terlebih orang tersebut merupakan tokoh yang berpengaruh, dapat memberikan pertolongan kepada mereka yang masih hidup.

Seperti halnya bangunan-bangunan yang kental dengan unsur China, warna merah banyak mendominasi bangunan ini. Sejumlah lampion merah tidak saja menghiasi kelentengnya, tetapi juga pohon-pohon menuju pintu masuk. Di halaman yang cukup luas di depan kelenteng, terdapat sejumlah patung, baik yang berukuran besar maupun kecil. Patung Laksamana Cheng Ho juga berdiri gagah di depan bangunan kelenteng yang berwarna merah menyala. Arsitektur di kelenteng Sam Po Kong ini dipenuhi dengan ornamen naga. Selain itu bangunan kelenteng ini beratap susun melambangkan kelopak bunga teratai. Ukiran-ukiran seperti naga dan kapal dari Cheng Ho juga menambah kemegahan kelenteng ini.

Klenteng Sam Po Kong, Jejak Peninggalan Laksamana Cheng Ho di Semarang

Meskipun sebagai tempat destinasi wisata, area kelenteng yang berupa kuil lebih dimaksudkan untuk sembahyang, sehingga tidak semua orang boleh memasukinya. Bangunan kuil, baik yang besar maupun yang kecil dipagari dan pintu masuknya dijaga oleh petugas keamanan. Hanya yang bermaksud sembahyang saja yang diizinkan masuk sedangkan wisatawan yang ingin melihat lihat hanya bisa melakukan dari balik pagar. 

Di areal wisata klenteng Sam Po Kong ini juga terdapat beberapa lokasi menarik yang menunjukan sisa-sisa peninggalan di masa lalu. Diantaranya adalah tempat Kyai Juru Mudi yang berupa makam juru mudi kapal yang ditumpangi Laksamana Cheng Ho. Selain itu ada pula tempat lainnya yang dinamai kyai Jangkar, karena di sini tersimpan jangkar asli kapal Cheng Ho yang dihias dengan kain warna merah. Kemudian ada juga Kyai Cundrik Bumi, yang dulunya merupakan tempat penyimpanan segala jenis persenjataan yang digunakan awak kapal Cheng Ho, serta Kyai dan Nyai Tumpeng yang merupakan tempat penyimpanan bahan makanan pada zaman Cheng Ho.

Sejak renovasi yang terakhir yang dilakukan pada tahun 2005, saat ini bangunan klenteng Sam Po Kong merupakan salah satu klenteng paling cantik di Indonesia. Keindahan dan kemegahan klenteng Sam Po Kong ini juga menjadi daya tarik yang menjadikannya sebagai salah satu tujuan wisata yang mulai dikenal luas di dunia. Pada hari-hari besar seperti Hari Raya Imlek dan hari kelahiran Cheng Ho juga biasa diadakan perayaan disertai dengan arak-arakan, bazaar, dan festival Barongsai. Hal ini tentunya banyak menarik wisatawan baik dalam negeri maupun wisatawan asing, terutama dari China untuk datang kesini. Klenteng Sam Po Kong ini juga sering dikunjungi turis-turis asing seperti dari Amerika, Rusia, Brazil dan negara negara lain.

Saya dkk

Klenteng Sam Po Kong, Jejak Peninggalan Laksamana Cheng Ho di Semarang

Selengkapnya
Lihatlah diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain

Lihatlah diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain

Lihat dirimu sebelum menyalahkan orang lain

Dikisahkan seorang profesor sedang membaca lembaran-lembaran tugas mahasiswanya. Tetapi rupanya Sang Profesor sedang dalam kesulitan. 

"Ah, tulisannya terlalu kecil," pikirnya. Lalu dipanggilah salah satu mahasiswanya.
"Selamat siang, Prof!" kata mahasiswa itu memberi salam.
"Silahkan duduk!"
"Ada apa Profesor memanggil saya?"
"Begini, katakan kepada teman-temanmu untuk revisi mengulangi membuat tugas ini. Tulisannya terlalu kecil sehingga saya sulit membacanya," kata profesor sambil memperagakan membaca salah satu lembaran tugas itu. 
"Maaf Prof, sekali lagi maaf. Profesor sedang tidak memakai kacamata."
"Oh ya Tuhan. Pantas." Kemudian diambil kacamata dari sakunya dan berkata, "Sekarang sudah terbaca. Ya sudah silahkan kembali!" 

Mahasiswa itu pun keluar sambil geleng-geleng kepala. Coba bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan seandainya profesor itu tidak segera tahu kesalahannya sendiri.

Mungkin kisah di atas bukanlah kisah nyata atau pernah terjadi, tetapi kisah di atas menjadi gambaran nyata bagi kita bahwa seringkali kita senang menyalahkan dunia luar sana padahal seringkali masalah itu justru ada pada diri kita sendiri. Bayangkan dampak yang terjadi apabila setiap ada masalah kita selalu menyalahkan yang di luar sana. Kita akan begitu mudahnya membenci orang lain. Selain itu, sikap seperti ini juga dapat memunculkan permusuhan, pertikaian dan perselisihan. Benarlah kiranya kata pepatah "Kuman diseberang lautan tampak, gajah dipelupuk mata sendiri tidak kelihatan".

Ini tidak berarti kita harus menutup mata atau tidak peduli kepada kesalahan yang mungkin memang telah dilakukan orang lain. Kita boleh bahkan wajib meluruskan yang bengkok dan membetulkan yang salah, tetapi hal itupun hendaknya kita lakukan dalam rangka amar ma'ruf nahi mungkar, saling menasehati dan dengan memperhatikan etika komunikasi yang baik.

Sikap selalu menyalahkan orang lain adalah sifat egois. Sifat-sifat inilah yang sering menghinggapi manusia-manusia modern. Terkadang kita hidup hanya memandang dari apa yang tampak di mata, sehingga begitu mudahnya kita memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk menurut versi kita. Kita juga begitu mudahnya mencari dan menemukan kesalahan pada orang lain. Bahkan setiap tindakan orang lain yang tidak sesuai dengan kemauan kita, akan dengan mudahnya kita mengecapnya sebagai sebuah keburukan dan kesalahan.

Memang mudah menyalahkan orang lain, terlebih jika orang tersebut orang yang kita benci karena suatu sebab tertentu. Maka semakin tambahlah rasa kebencian kita kepada orang tersebut, seakan orang tersebut memang tidak mempunyai kebenaran dalam dirinya. Kita memandang hanya ada kesalahan dan kesalahan dalam dirinya.

Tetapi, apakah kita sempat berpikir bahwa ketika kita memvonis seseorang telah melakukan suatu kesalahan, kita sudah mengaca kepada diri kita sendiri? Apakah kita sudah terbebas dari dosa dan kesalahan sehingga kita diperbolehkan untuk memvonis dan menyalahkan seseorang sekehendak kita. Padahal belum tentu orang yang kita anggap bersalah yang telah melakukan kesalahan itu. Bahkan tidak menutup kemungkinan pula bahwa kesalahan sebenarnya justru ada pada diri kita.

Beruntung jika ada orang yang mengingatkan kita bahwa kesalahan itu mungkin ada pada diri kita sendiri, sebagaimana yang dikisahkan dalam cerita diatas, sehingga kita bisa lekas tersadar dari kekhilafan kita dan berusaha untuk memperbaikinya. Tetapi bagaimana jika tidak ada yang mengingatkan, tidak jarang kita justru akan semakin tenggelam dalam kebencian dan juga kesalahan yang kita buat sendiri. Bahkan bisa jadi ketika kita telah menyadari ternyata kesalahan ada pada diri kita sendiri, kita akan menutupinya rapat-rapat karena malu dan keegoisan kita. 

Ketahuilah bahwa kegiatan mencari-cari aib dan kesalahan orang lain bukan hanya mengeruhkan hati, tetapi lebih dari itu menjadikan amal kebaikan yang kita lakukan menjadi sia-sia. Langkah pertama ketika masalah timbul adalah mari kita lihat pada diri kita terlebih dahulu dan cari tahu kesalahan yang ada pada diri kita, bukan yang ada di luar sana. Jangan terlalu sibuk menilai orang lain, namun diri sendiri tidak pernah dinilai. Mari kita cermati kembali wasiat dari Sayyidina Umar bin Khattab. "Hitunglah diri kalian sebelum kalian dihisab kelak pada hari kiamat"



Kisah dikutip dari buku Wisata Cinta karya Mustamir

Selengkapnya