Filosofi Jawa dari Pacul

Filosofi Jawa dari Pacul

Petani mencangkul

Mungkin ada yang belum mengetahui bahwa banyak istilah - istilah kata dalam bahasa jawa yang bisa jadi mempunyai makna ajaran luhur yang berisikan pedoman dan tuntunan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. "Pacul'' mungkin biasa dipahami hanya sebatas nama bagi sebuah alat pertanian tradisional yang digunakan para petani untuk menggarap sawah. 

Secara lahir, pacul atau dalam bahasa Indonesia disebut cangkul memang betul demikian adanya. Namun dari kata "pacul" ini, ternyata terkandung makna sejati yang tidak sembarangan. Orang - orang jawa pada masa lalu memang terkenal sebagai orang - orang yang memiliki filosofi tinggi, sehingga tidak jarang mereka menyelipkan makna luhur pada sebutan nama barang atau istilah dalam bahasa jawa, seperti halnya kata pacul ini. 

Dikisahkan bahwa Ki Ageng Selo pernah berguru kepada Sunan Kalijaga. Pada suatu waktu Sunan Kalijaga memberi wejangan kepada Ki Ageng Selo. Sang Sunan menyuruh Ki Ageng Selo untuk membaca dan memahami makna sejati dari kata "pacul". Sunan Kalijaga kemudian menjelaskan bahwa Pacul atau cangkul itu terdiri dari tiga bagian. Ketiga bagian tersebut adalah Pacul (bagian yang tajam untuk mengolah lahan pertanian), Bawak (lingkaran tempat batang doran), dan Doran (batang kayu untuk pegangan cangkul). Kanjeng Sunan Kalijaga menerangkan bahwa dari kata pacul, bawak dan doran ini terkandung makna sejati yang luhur.

Pacul. Kata ini memiliki arti "ngipatake barang kang muncul". Artinya menyingkirkan bagian yang mendugul atau bagian yang tidak rata. Maknanya adalah kita sebagai manusia harus selalu berbuat baik kepada orang lain dengan menyingkirkan sifat-sifat yang tidak rata, seperti ego yang berlebih, cepat marah, mau menang sendiri dan sifat-sifat buruk lainnya.

Bawak. Kata ini memiliki arti "obahing awak ". Arti obahing awak adalah gerak tubuh. Maknanya adalah kita manusia wajib menggerakkan badan untuk berikhtiar mencari rezeki Allah guna memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, rezeki yang kita dapatkan juga kita gunakan untuk beribadah semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Doran. Kata ini memiliki arti "Donga marang Pengeran" atau ada juga yang mengartikan "Ojo Adoh Saking Pengeran". Makna "Donga Marang Pengeran" adalah bahwa sebagai makhluk yang lemah, kita harus senantiasa meminta dan memohon doa kepada Allah Sang Pengeran. Kata Pengeran berasal dari kata Allah kang dingengeri (Allah yang diikuti). Sedangkan "Ojo Adoh Saking Pengeran" memiliki arti janganlah kita jauh dari Allah. Kita harus selalu ingat dan berusaha mendekat beribadah kepada Allah.

Jika makna ketiganya digabung maka memiliki arti bahwa manusia hendaknya mampu menyingkirkan sifat-sifat buruknya, berikhtiar untuk mencari rezeki Allah dan tidak lupa untuk selalu berdoa dan menyembah Allah SWT.

Selain dari wejangan Sunan Kalijaga di atas, ada juga penafsiran lain dari istilah "pacul" ini. Penafsiran ini tentunya tidak jauh berbeda dari yang telah diuraikan di atas, hanya sedikit berbeda penjabarannya. "Pacul", dalam keratabasa Jawa, juga dapat dijabarkan sebagai "Sipat Papat Sing Ora Keno Ucul" (empat sifat yang tidak boleh lepas satu dengan lainnya). Keempat sifat ini kemudian dijabarkan dari empat bagian dari bentuk pacul yaitu: doran, tandhing, bawak dan landhep.

Doran. Yang merupakan gagang pacul ini memiliki arti "aja maido Pangeran". Maknanya adalah sebagai manusia jangan sampai kita membantah/ mendebat Pangeran (Allah). Kita hendaknya ridha terhadap ketentuan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT.

Tandhing. Tandhing ini adalah ganjal yang “mengikat” bagian tangkai dan mata pacul agar kuat dan tidak mudah lepas. Tandhing memiliki arti bahwa sejatinya hidup adalah bertanding setiap saat, tidak mudah menyerah dan siap berjuang menghadapi segala rintangan hidup.

Bawak. Artinya sebagaimana di atas yaitu "Obahing Awak" atau Tubuh yang bergerak. Maknanya adalah kita harus berikhtiar dengan bekerja mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup ini.

Landhep. Landhep adalah bagian mata pacul bagian depan yang sangat tajam, berfungsi untuk menggali tanah, membersihkan rumput, menggemburkan tanah dsb. Maknanya adalah pikiran harus selalu tajam dan terus diasah agar berdaya guna dan tetap cermat/ bijaksana dalam mengatasi segala sesuatu.

Itulah makna - makna luhur yang tergali dari kata "pacul", sebuah nama yang sepertinya remeh namun sarat makna. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari penjabaran di atas.


Diolah dari berbagai sumber

Selengkapnya
Pendakian Gunung Merapi via New Selo, Boyolali

Pendakian Gunung Merapi via New Selo, Boyolali

Gunung Merapi

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia, hal ini karena Gunung Merapi terletak dalam daerah cincin api dunia. Tercatat beberapa kali letusan terjadi di gunung ini, termasuk di antaranya adalah yang terjadi pada tahun 2010 silam. Letusan Merapi menyapu sebuah desa dan menyebabkan jatuhnya banyak korban di lereng gunung merapi. Abu vulkanik juga menutupi semua daerah di Yogyakarta dan sekitarnya.

Menurut catatan, Gunung Merapi dengan ketinggiannya 2.930 mdpl mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali. Hal ini menjadikan gunung Merapi dianggap sebagai gunung yang sangat berpotensi menimbulkan bahaya. Meskipun begitu, gunung Merapi justru dikelilingi oleh permukiman yang padat. Kota Yogyakarta dan Magelang adalah kota besar terdekat dari Merapi, yakni berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Sementara kawasan hutan di sekitar Merapi menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.

Secara geografis, gunung Merapi terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yang meliputi Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.

Setelah beberapa waktu menunggu momen yang tepat, akhirnya pada sabtu-ahad (16-17) Januari 2016, saya dan beberapa teman saya yaitu Kang Mukhlis, Reza, Fakhri dan Deni berkesempatan untuk mengunjungi dan melakukan pendakian di gunung Merapi ini. Berangkat dari Semarang siang hari, kami sampai di basecamp pos pendakian di Selo, Boyolali pada sore hari.

Basecamp

Pos pendakian Selo atau New Selo di Boyolali ini merupakan jalur pendakian yang masih aktif digunakan hingga sekarang, padahal sebelum terjadinya erupsi pada tahun 2010 silam, untuk menuju puncak merapi ada dua jalur, pertama New Selo dan kedua jalur Kaliangkrik di Sleman Yogyakarta. Namun jalur Kaliangkrik sudah tidak aktif pasca erupsi 2010 yang menyebabkan jalur tersebut ditutup total.

NEW SELO

Setelah membayar registrasi dan retribusi parkir, kami lanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 15 menit menuju sebuah bangunan dengan tulisan besar ''NEW SELO'' yang terpampang di atas bangunan tersebut. Di sini kami sempatkan untuk shalat maghrib dan istirahat sejenak sembari mengecek perlengkapan yang hendak kami bawa. Tepat setelah maghrib akhirnya kami memulai pendakian. Pendakian menuju puncak Merapi diperkirakan memakan waktu sekitar 4 hingga 5 jam. Pada awal pendakian, kami melalui jalanan berupa semen padat yang kanan kirinya merupakan lahan perkebunan penduduk.

Setelahnya, perjalanan kemudian mulai didominasi trek tanah sedikit berbatu, sementara di kiri kanan jalan banyak dijumpai pohon-pohon seperti cemara dan pohon pinus. Sekitar 1 jam lebih kami berjalan, akhirnya kami sampai di pos 1. Dalam perjalanan menuju pos 1 ini, kami menjumpai 2 pos shelter bayangan yang biasa digunakan untuk beristirahat para pendaki. Di 2 pos bayangan ini kami juga sempatkan beristirahat untuk mengumpulkan tenaga.

Selepas dari pos 1, perjalanan kami lanjutkan melewati jalanan yang banyak didominasi bebatuan. Jalanan yang lumayan menanjak dengan batuan terjal dan kerikil tajam mengharuskan kami lebih berhati-hati dalam mengambil langkah. Langkah kaki harus bertumpu pada batuan permanen, karena bebatuan rawan jatuh. Gelapnya malam juga sedikit mempengaruhi langkah kami. Beruntung pada saat itu langit lumayan cerah dengan bulan terlihat jelas meskipun bukan bulan purnama. Kami juga diuntungkan keadaan karena pada saat itu hujan tidak turun, padahal sebetulnya kami mendaki pada saat musim hujan, bahkan dalam perjalanan motor menuju Selo, kami juga sempat diguyur hujan. Setelah hampir 2 jam kami berjalan, akhirnya sampailah kami di pos 2.

Setelah beristirahat sejenak di pos 2, pendakian kami lanjutkan. Trek yang kami lalui selanjutnya adalah trek bebatuan dengan jalur yang semakin menanjak. Dalam perjalanan ini kami juga menjumpai batu-batuan besar, bahkan ada di antaranya yang berdiri menjulang di areal jalur pendakian. Sekitar 1 jam perjalanan, kami sampai di areal berupa trek kerikil dengan jalan yang tidak terlalu menanjak. Tidak begitu jauh dari sini akhirnya kami sampai di areal luas yang disebut Pasar Bubrah.

Pasar bubrah adalah suatu areal luas yang berada tepat di kaki puncak Gunung Merapi. Lokasinya berupa tanah berpasir dan tandus. Batuan agak besar dan kerikil juga ditemukan di areal ini. Pasir dan batuan ini merupakan hasil muntahan gunung merapi ketika terjadi erupsi beberapa waktu yang lalu. Kawasan pasar bubrah ini juga ditandai dengan monumen dan papan peringatan batas pendakian.

Kami sampai di pasar bubrah ini sekitar pukul 11 malam. Ketika kami sampai, di tempat ini sudah banyak pendaki-pendaki lain yang lebih dulu datang dan membuat tenda untuk beristirahat. Udara malam yang terasa sangat dingin di tempat ini, membuat kami lekas buru-buru memasang tenda untuk bermalam. Tanah yang datar kami jadikan tempat untuk mendirikan tenda. Setelah tenda terpasang, kami sempatkan memasak sarden untuk lauk nasi bekal kami yang kemudian kami makan bersama-sama. Selagi makan kami sempat berbincang dengan dua pendaki dari Rusia yang datang setelah kami. Setelah makan kami pun istirahat tidur malam.

Pagi hari sehabis shubuh, udara terasa sangat dingin, sehingga membuat beberapa pendaki masih betah berlama-lama di dalam tenda, termasuk beberapa teman saya. Saya dan teman saya Deni yang sudah bangun, memutuskan keluar tenda untuk melihat-lihat lokasi di sekitar pasar bubrah ini. Kami sempat menyaksikan indahnya sunrise matahari pagi yang terlihat muncul dari balik bukit yang ada di sebelah kanan puncak merapi. Dari kejauhan juga tampak gunung-gunung lain, termasuk Gunung Merbabu yang berdiri gagah bersebelahan dengan gunung merapi ini.

Sunrise

Menjelang pukul 6 pagi, kami segera membangunkan teman-teman kami yang masih tiđur. Pagi hari itu, suasana di pasar bubrah tampak sangat ramai. Saking ramainya, selain banyaknya pendaki lokal, kami juga sempat menjumpai beberapa pendaki asing seperti dari Eropa ataupun Asia seperti wajah orang Jepang di pasar bubrah ini. Sembari menunggu persiapan hendak naik ke puncak, kami sempat meminta bantuan seorang pendaki lain untuk mengambil gambar kami berlima. Kami juga sempat mengobrol agak lama dengan pendaki tersebut, yang belakangan diketahui dia adalah guide dari dua pendaki Rusia yang mengajak kami berbincang tadi malam.
Sekitar pukul setengah 7, kami bersiap untuk mendaki menuju puncak merapi. Sebetulnya mendaki ke puncak merapi tidak diperkenankan dengan alasan keamanan dan keselamatan, sehingga pasar bubrah merupakan batas akhir pendakian. Hal ini juga ditandai dengan adanya papan peringatan di bawah kaki puncak merapi. Akan tetapi banyaknya pendaki yang naik membuat kami terbujuk untuk ikut mendaki sampai puncak.

Meskipun puncak Merapi terlihat jelas dari pasar bubrah, pendakian ke puncak Merapi membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan trek berpasir dan dilanjutkan trek berbatu. Trek berupa pasir-pasir halus ini akan merosot jika kami injak, sehingga membuat langkah kaki menjadi semakin berat. Selain itu kami juga kadang harus berjalan bergantian dengan pendaki-pendaki lain, baik yang hendak turun atau yang sama-sama ingin naik.

Setelah jalanan berpasir, mendekati puncak, trek berubah dengan batuan-batuan terjal. Kami harus berhati-hati melewati trek ini, karena selain bisa terperosok, bebatuan juga rawan jatuh sehingga bisa membahayakan pendaki yang berada di bawahnya. Setelah berjuang keras akhirnya sampailah kami di puncak Merapi. Terlihat di samping kami bibir kawah berupa jurang yang menganga lebar menyambut kami begitu sampai di atas. Kawah Gunung Merapi yang masih aktif ini juga terlihat mengepulkan asap belerang pekat dibawah jurang sedalam ratusan meter. 

Setelah hilangnya puncak tertinggi di Merapi yang disebut puncak garuda karena letusan merapi beberapa tahun silam, masih ada titik tertinggi yang masih bisa dijangkau. Tetapi karena letaknya yang berada di bibir kawah dan berbahaya, dengan alasan keselamatan kami berlima memutuskan untuk tidak sampai kesana. Meskipun begitu, hal ini tidak mengurangi kepuasan kami yang telah berhasil sampai di atas. Inilah salah satu tanda kebesaran Tuhan yang mesti kita imani. Allaahu Akbar..

Personil

Di depan tenda

Menuju Puncak

Di puncak

Di pasar bubrah

Di perjalanan

Pos 2

Pos 1

Semua personil Di depan tenda


Selengkapnya
Jenis-jenis Karakter Manusia Spiritual

Jenis-jenis Karakter Manusia Spiritual

Tarian sufi spiritual

Dalam kehidupan sosial, kita seringkali memandang orang lain dari segi lahiriahnya saja. Padahal di muka bumi ini, kita berada di tengah-tengah lautan manusia dengan beragam karakter dan sifat yang berbeda-beda. Tidak jarang pula karakter-karakter yang kelihatannya biasa saja atau bahkan terlihat nyeleneh sebetulnya adalah orang-orang yang menjalani kehidupan batiniah dengan jiwa-jiwa spiritual yang tinggi. Artinya, seringkali manusia dengan jiwa spiritual seperti ini justru ditemukan dalam bentuk kehidupan yang tidak dapat dibayangkan. Oleh karena alasan inilah, orang-orang bijak selalu mengajarkan kepada kita untuk senantiasa hormat kepada orang lain, apapun karakter luarnya. Selain itu, kita juga diajarkan untuk melihat di balik bentuk lahiriahnya.

Mursyid Hazrat Inayat Khan dalam bukunya "The Way of Illumination" mengatakan bahwa dari sekian banyak karakter manusia, setidaknya ada lima jenis manusia yang memiliki karakter berjiwa spiritual.

Pertama, adalah karakter religius. Dia adalah orang yang menjalani kehidupan religius, berpegang teguh pada aturan agama sebagaimana orang lain. Dia tidak memperlihatkan jejak pengetahuan mendalam atau pandangan yang lebih luas, meskipun dia merealisasikannya dalam dirinya. Secara lahiriah dia pergi ke masjid atau surau seperti orang lain, membaca Al Qur'an, berdoa dan beribadah kepada Tuhan sebagaimana orang lain. Dari luar, dia tampak tidak memperlihatkan perbedaan dengan orang lain, tidak ada karakter khusus yang secara lahiriah mengindikasikan bahwa dia memiliki jiwa spiritual yang tinggi. Tetapi pada saat yang sama, ketika orang lain melakukan ibadah agama secara lahiriah, dia menyadarinya dalam hakikat. Oleh karenanya, meski dari luar dia tampak hanyalah manusia religius seperti orang lain pada umumnya, namun secara batiniah dia adalah manusia spiritual.

Kedua, adalah karakter yang memiliki pemikiran filosofis. Dia mungkin tidak memperlihatkan tanda-tanda ketaatan atau kesalehan. Dia mungkin tampak sebagai manusia biasa yang sibuk dengan persoalan-persoalan duniawi. Dia hidup dengan tenang dengan pemahamannya. Namun dia juga memahami semua hal-hal secara batiniah, meskipun secara lahiriah dia beraktivitas sesuai tuntutan hidup. Banyak yang tidak menyadari kalau dia sesungguhnya menjalani kehidupan rohani.

Dia mungkin disibukkan dalam bisnis, tetapi pada saat yang sama dia menyadari kebenaran dan Allah. Dia mungkin tidak tampak bertafakur atau melakukan perenungan sama sekali, meskipun setiap detik dalam hidupnya adalah perenungan. Dia mungkin sibuk setiap harinya, tetapi kehidupannya adalah sarana realisasi spiritual. Tidak ada yang secara lahiriah melihatnya sebagai manusia spiritual, kecuali orang-orang dekat yang berhubungan erat dengannya dan kemudian yakin bahwa dia adalah manusia spiritual yang bersikap adil dan jujur dalam prinsip-prinsipnya, serta dia adalah orang yang tulus. Itulah yang diperlukan dalam agama. Dengan cara ini, kehidupan lahiriahnya merupakan realisasi batin dari spiritualitasnya.

Ketiga, adalah karakter abdi atau pelayan, yang selalu melakukan kebaikan kepada orang lain. Dalam bentuk ini dia mungkin seorang wali yang tersembunyi. Filosofi dan agamanya ada dalam perbuatannya. Cinta mengalir dari dalam hatinya setiap saat, dan dia selalu sibuk berbuat amal baik kepada orang lain. Dia menganggap bahwa setiap orang adalah saudara, atau anak-anaknya. Dia berbagi suka dan duka dengan orang lain, dan melakukan segala upaya untuk membimbing mereka, memandu mereka, menasehati mereka, di sepanjang hayatnya.

Dalam bentuk ini manusia spiritual mungkin tampak seperti guru, da'i, atau seseorang yang selalu mengedepankan ajaran cinta kasih kepada sesama manusia. Tetapi apa pun penampakan lahiriahnya, hal utama dalam hidupnya adalah melayani orang lain, melakukan kebaikan bagi orang lain, dan memberi kebahagiaan kepada orang lain dalam berbagai hal. Kebahagiaan itu muncul dari ektasi spiritualnya yang tinggi, karena setiap kebaikan dan keramahan mengandung kebahagiaan khusus, yang membawa aroma surgawi.

Ketika seseorang sepanjang hidupnya sibuk berbuat baik kepada orang lain, maka kebahagiaan pun akan muncul terus-menerus. Kebahagiaan dan kegembiraannya memunculkan atmosfir surgawi, atau menciptakan surga di dalam hatinya. Dunia ini penuh dengan duri, kesulitan, kesedihan dan kepedihan. Di dunia ini pula dia hidup, tetapi dia berusaha menyingkirkan duri-duri dari jalan orang lain, meskipun tangannya sendiri terluka, dan dengan cara seperti ini dia mendapatkan kebahagiaan rohani yang merupakan realisasi spiritualnya.

Keempat, adalah bentuk karakter mistik. Bentuk ini sulit untuk dimengerti. Seorang mistikus mungkin wajahnya menghadap ke selatan ketika sejatinya dia menatap ke utara. Seorang mistik mungkin menunduk dan pada saat yang sama dia mendongak. Matanya secara lahiriah mungkin terbuka saat dia melihat secara batiniah, atau matanya mungkin tertutup namun dia melihat secara lahiriah.

Orang awam tidak dapat memahami mistikus, dan karena itu orang-orang selalu bingung saat berhubungan dengannya. Jika dia berkata "ya", ucapannya itu pada hakikatnya berbeda dengan ucapan "ya" dari orang awam, demikian pula dengan ucapan "tidak"-nya. Dalam kalimat-kalimat yang diucapkannya mengandung makna-makna simbolik. Setiap perbuatan lahirnya memuat signifikansi batin. Seseorang yang tidak memahami makna simbolisnya akan bingung mendengar ucapannya.

Mistikus adalah seseorang yang menjalani kehidupan rohani dan pada saat yang sama menutupinya dengan tindakan lahiriah. Kata-kata atau gerakannya tidak lain adalah selubung dari perbuatan batinnya. Sesungguhnya jiwa-jiwa sang mistikus adalah jiwa-jiwa yang menari. Jiwa yang merealisasikan hukum rohani. Seluruh hidupnya menjadi sebuah misteri. Sang mistikus adalah contoh dari misteri Tuhan dalam wujud manusia.

Kelima adalah bentuk karakter yang aneh. Sebuah bentuk yang hanya segelintir orang yang dapat memahaminya. Dia mengenakan topeng kemurnian secara lahiriah sedemikian rupa, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya akan segera menganggapnya kurang waras, ganjil atau aneh. Namun dia tidak peduli akan hal itu, karena itu hanyalah topeng. Jika dia mengakui kekuatan yang dimilikinya dihadapan orang lain, orang-orang akan mencarinya sehingga dia tidak punya waktu untuk menjalani kehidupan rohani.

Kekuatan luar biasa yang dia miliki secara batiniah melingkupi daratan dan lautan, mengendalikannya dan mengamankannya dari bencana seperti banjir atau wabah penyakit, dan juga perang, menjaga kerukunan tempat di mana dia tinggal. Semua ini dilakukannya dengan diam, dengan realisasi kehidupan batinnya, sehingga bagi orang yang kurang tajam mata hatinya dia tampak seperti makhluk yang aneh.

Bentuk karakter seperti ini hidup dalam jubah realisasi batin, namun secara lahiriah dia tidak memperlihatkan tanda-tanda kekhususan filosofis, religius, atau mistikus, atau tanda-tanda moral istimewa lainnya. Namun kehadirannya adalah seperti sumber energi, tatapannya sangat mengilhami. Apapun yang dikatakannya adalah kebenaran, meskipun dia jarang berbicara, dan sulit membuatnya mengucapkan sepatah kata. Tetapi begitu dia berbicara, apa yang dia katakan akan terjadi.

Itulah lima jenis karakter manusia dengan jiwa-jiwa spiritualnya. Tidak ada habis-habisnya penampakan lahiriah dari jiwa spiritual dalam kehidupan. Tetapi bagi kita manusia biasa, tidak ada yang lebih baik dalam menjalani kehidupan rohani di dunia ini selain menjadi diri sendiri, lahir dan bathin. Apa pun pekerjaannya di dunia lahir, hendaknya kita lakukan dengan ikhlas dan penuh amanah, dan pada saat yang sama kita tetap menjaga realisasi kehidupan rohaniah kita, dan merefleksikannya dengan realisasi kebenaran batiniah.
Selengkapnya
Artificial Intelligence, Robot dan Kesejahteraan Umat Manusia

Artificial Intelligence, Robot dan Kesejahteraan Umat Manusia

Robot jia jia dari China

Semakin canggihnya teknologi, berbagai jenis mesin atau robot telah berhasil diciptakan oleh manusia. Tujuannya adalah untuk membantu pekerjaan manusia dalam melakukan berbagai kegiatan, seperti untuk kebutuhan produksi industri, ataupun kegiatan seperti berkebun, memasak, menjaga rumah dan pekerjaan lain yang biasa dilakukan oleh manusia.

Bagi penikmat film fiksi ilmiah, mungkin pernah menonton film yang berjudul Artificial Intelligence (2001). Film ini menceritakan karakter robot berbentuk bocah bernama David yang diperankan oleh Haley Joel Osment. Fisiknya yang nyaris sempurna seperti manusia membuat ia sulit dibedakan dengan bocah manusia asli. David diciptakan sebagai robot yang mempunyai kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). 

Dia juga bisa tertawa, bermain, sedih, dan merasakan kasih sayang dan cinta, layaknya anak manusia biasa. Dia di adopsi oleh sebuah keluarga untuk memberikan cinta dan kasih sayang di antara mereka. Selain karakter david, dalam film ini ada pula karakter-karakter robot lain yang memiliki masing-masing tugas, seperti pengurus kebun, pelayan rumah tangga, teman bermain anak anak hingga pelacur/gigolo yang diciptakan sesuai program.

Berkaca dari film tersebut, sadarkah kita bahwa gambaran dalam film tersebut, meskipun dalam lingkup kecil, agaknya mulai bisa ditemukan pada masa kini. Pada masa kini, Artificial Intelligence (AI) telah menjadi bagian dalam keseharian manusia. Memang untuk bisa tercipta bentuk robot manusia nyaris sempurna sebagaimana digambarkan dalam film mungkin masih butuh bertahun-tahun untuk kita bisa lihat. Meskipun begitu, dalam bentuk-bentuk yang lain AI kini telah memiliki dampak yang cukup signifikan di berbagai lini kehidupan kita. 

Ramalan cuaca, penyaring e-mail spam, prediksi di mesin pencari, sampai asisten pribadi digital seperti Siri dan Cortana, adalah beberapa contoh dari penggunaan AI di keseharian kita. Apa yang menjadi kesamaan pada sejumlah teknologi tersebut adalah algoritma khusus yang memungkinkan teknologi ini dapat bereaksi serta merespon secara real time.

Ketika berbicara tentang dampak positifnya terhadap umat manusia, AI adalah salah satu contoh teknologi yang dapat mengubah sejarah manusia secara keseluruhan, terutama ketika berbicara tentang otomatisasi dan pengolahan data yang masif. Fungsi utama dari AI adalah kemampuannya untuk mempelajari data yang diterima secara berkesinambungan. Semakin banyak data yang diterima dan dianalisis melalui algoritma khususnya, semakin baik pula AI dalam membuat prediksi. Salah satu dampak terbesar yang terasa dari adanya teknologi AI adalah bahwa teknologi ini dapat “belajar sendiri”, sehingga keberadaannya berhasil meningkatkan produktivitas dalam berbagai bidang secara drastis. 

Masih banyak sekali potensi untuk pengembangan AI yang menjadikannya sangat dibutuhkan di masa depan. Pada akhir dekade ini, mungkin penggunaan AI sudah menjadi umum di lingkungan sekitar kita. Hal ini kita rasakan juga ketika tercipta Mobil tanpa pengemudi, ramalan cuaca yang sangat akurat, atau bahkan robot. Seperti halnya robot yang dirancang khusus untuk mendeteksi adanya potensi terorisme atau robot yang menggantikan fungsi astronot. Dengan adanya AI, agaknya hal tersebut bukan mimpi lagi. AI juga memiliki dampak yang sangat besar di bidang kesehatan dengan kemampuannya untuk menganalisis data pasien, yang memungkinkan upaya pencegahan dan pengobatan secara lebih tepat.

Walaupun AI memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk mempelajari informasi, teknologi ini belum dapat mereplikasi akal dan intuisi, yang menjadi tolak ukur manusia dalam memilih untuk melakukan hal yang baik atau buruk. AI masih sangat mengandalkan manusia dalam perkembangannya, karenanya dibutuhkan keseimbangan dalam bekerja dengan AI. Dan agaknya memang seperti inilah seharusnya, sehingga robot selalu dalam kendali manusia. 

Baru-baru ini di Tiongkok, Tim peneliti University of Science and Technology of China juga memperkenalkan sebuah robot perempuan bernama Jia Jia yang parasnya hampir mirip dengan manusia pada umumnya. Robot tersebut juga mampu berinteraksi dengan manusia. Jia Jia memang diprogram untuk dapat mengenali interaksi manusia dengan sebuah sistem untuk menyimpan kenangan atau memori.

Robot humanoid ini dirancang dengan gerakan mata alami, menunjukkan mikro ekspresi. Ia juga bisa berbicara dan gerakan bibirnya tersinkronisasi dengan gerakan bibir penciptanya. Selain bisa berinteraksi dengan manusia, robot Jia Jia juga bisa menghindar dari para wartawan yang mencoba mengambil gambar dirinya. Jia Jia menyatakan bahwa jika ingin mengambil gambar jangan terlalu dekat karena hal itu akan membuatnya terlihat gemuk di bagian wajahnya.

Tim peneliti akan terus berupaya melakukan pengembangan agar robot ini lebih sempurna sehingga memiliki kemampuan belajar yang mendalam. Memang robot ini masih terlihat kaku sebagai robot yang memiliki bentuk fisik manusia, tetapi dari fenomena robot jia jia ini, bukan tidak mungkin pada masa mendatang kita akan bisa menyaksikan pemandangan robot-robot berbentuk manusia sebagaimana digambarkan dalam film Artificial Intelligence.

Memang menjadi kekhawatiran bagi kita seandainya apa yang kita ciptakan nantinya justru akan menginvansi kehidupan kita. Semoga hal itu hanyalah ada dalam cerita film-film fiksi, dan semoga saja, seiring dengan majunya pemikiran manusia, peradaban zaman yang semakin maju bisa membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Karena mesin, robot ataupun Artificial Intelligence adalah diciptakan oleh buah pikir hasil pemikiran manusia, maka hendaknya hasil-hasil buah pikir ini dapat digunakan dengan bijaksana dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama dalam rangka menjaga keseimbangan alam semesta ciptaan Sang Maha Kuasa.



Sumber: 
www.hunstumovies.net/download-a-i-artificial-intelligence-200.xhtml
https://id.techinasia.com/artificial-intelligence-masa-depan-evolusi-manusia
https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/jia-jia-robot-perempuan-yang-bisa-berinteraksi-dengan-manusia?content=all

Selengkapnya
Menggali Akar Perbedaan di antara Umat Islam

Menggali Akar Perbedaan di antara Umat Islam

Islam warna

Al Qur'an adalah kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip mengenai hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama manusia serta dengan alam sekitarnya. Kita meyakini bahwa semua ayat Al Qur'an bersifat absolut benar datangnya dari Allah SWT (qath'iy al-wurud), tetapi tidak semua ayat-ayat Al Qur'an mengandung arti yang sifatnya jelas tanpa dapat diberi interpretasi lagi. 

Para Ulama mencoba mengklasifikasikan antara ayat-ayat yang artinya satu lagi jelas dan absolut (qath'iy al-dalalah) dan ayat-ayat yang artinya tidak jelas dan bisa jadi mengandung arti lebih dari satu (zanniy al-dalalah). Ayat-ayat yang mengandung hanya satu arti lagi jelas, maka hal itu tidak lagi dipermasalahkan oleh para Ulama. Artinya, terhadap ayat-ayat yang termasuk dalam klasifikasi qath'iy al-dalalah ini, karena langsung bisa diketahui kejelasan maksudnya, tidak bisa diberikan interpretasi di atas arti harfinya. 

Akan tetapi adanya ayat-ayat yang bisa mengandung lebih dari satu arti (zanniy al-dalalah), menimbulkan perbedaan faham dikalangan para Ulama. Terhadap hal ini, sebagian Ulama ada yang mengambil arti harfinya dan sebagian yang lain ada yang mengambil arti metaforis sesuai dengan kecenderungan dan pemikiran masing-masing.

Selain pemahaman terhadap Al Qur'an, pemahaman terhadap hadits Nabi sebagai sumber utama kedua ajaran Islam setelah Al Qur'an juga adakalanya memunculkan penafsiran yang berbeda di kalangan para Ulama. Terlebih pemahaman terhadap hadits juga memerlukan berbagai penelitian khusus seperti terkait kualitas hadits dari segi matan, sanad dan yang lainnya. Perbedaan itu di antaranya adalah pemahaman para Ulama terkait suatu teks hadits. Ada yang memahaminya secara tekstual dan ada pula yang memahami secara kontekstual.

Bahkan perbedaan pemahaman seperti ini juga pernah terjadi di kalangan para sahabat saat Nabi masih hidup. Peristiwa ini terjadi saat Nabi memerintahkan sejumlah sahabat untuk pergi ke perkampungan Bani Quraidzhah. Sebelum berangkat beliau berpesan: "Janganlah ada salah seorang di antara kamu yang shalat ashar kecuali di kampung Bani Quraidzhah".

Tetapi karena perjalanan yang panjang menuju kampung tersebut, membuat para sahabat kehabisan waktu ashar sebelum tiba di sana. Menanggapi hal itu, para sahabat terpecah menjadi dua kelompok dalam memahami maksud dari pesan Nabi sebelum mereka berangkat. Sebagian memahaminya secara kontekstual dengan maksud untuk bergegas dalam perjalanan agar dapat tiba disana sebelum waktu ashar habis. Sehingga secara kontekstual pesan Nabi dipahami bukan berarti melarang shalat ashar kecuali setelah tiba disana. Dengan demikian mereka boleh shalat ashar walaupun belum sampai di tempat yang dituju. Tetapi sebagian sahabat yang lain memahaminya secara tekstual. Oleh karena itu mereka baru melaksanakan shalat ashar setelah sampai di kampung Bani Quraidzhah, walaupun waktu ashar telah berlalu.

Di kalangan para Ulama, untuk memahami suatu hadits juga dikenal istilah asbabul wurud, yakni sebab dituturkannya sebuah hadits, atau dengan kata lain "konteks sebuah hadits". Namun tidak jarang pula konteks yang dimaksud tidak diketahui secara pasti atau kabur bagi sebagian peneliti, sehingga bisa saja menimbulkan kekeliruan pemahaman. Perbedaan-perbedaan pendapat mengenai maksud ayat-ayat dan hadits seperti inilah yang akhirnya menjadi salah satu sebab penting bagi timbulnya madzhab-madzhab dan aliran-aliran dalam Islam.

Dengan kata lain, salah satu penyebab penting munculnya madzhab-madzhab dan aliran-aliran dalam Islam pada awalnya adalah karena adanya perbedaan penafsiran tentang ayat-ayat yang mengandung arti zanniy dan hadits-hadits yang bisa dipahami secara kontekstual. Meskipun demikian, karena perbedaan itu hanya merupakan perbedaan penafsiran tentang ayat-ayat dan hadits-hadits yang tidak jelas atau samar-samar maksudnya, dan bukan mengenai ajaran dasar Islam, maka perbedaan-perbedaan itu masih dapat diterima selama masih dalam kebenaran dan tidak keluar dari Islam.

Masih dalam kebenaran dan tidak keluar dari Islam maksudnya adalah bahwa perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara bidang-bidang dan aliran-aliran itu bukanlah mengenai dasar-dasar agama atau ushuluddin, tetapi hanya mengenai penafsiran dan cabang dari dasar-dasar agama atau furu'. Sebagai contoh misalnya terjadi perbedaan pendapat antara pendapat hukum Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi'i mengenai persoalan bacaan basmalah pada awal surat al fatihah ketika shalat. Madzhab Maliki berpendapat bahwa bacaan basmalah adalah tidak termasuk dari surat al fatihah sehingga dalam shalat juga tidak perlu dibaca, sementara pendapat madzhab Syafi'i mengatakan bahwa basmalah merupakan bagian dari surat al fatihah sehingga basmalah juga harus dibaca jelas dalam bacaan surat al fatihah ketika shalat. Tetapi meskipun keduanya berbeda pendapat, tidak ada orang yang mengatakan bahwa hanya salah satu dari keduanya yang benar dan yang satu lagi tidak benar. Artinya, meskipun berbeda, putusan hukum dari kedua madzhab ini diakui sebagai masih dalam kebenaran.

Memang kalau perbedaan yang terjadi di antara madzhab atau aliran masing-masing ditinjau secara horizontal, kadang kala kita akan menjumpai perbedaan-perbedaan besar, bahkan adanya pertentangan-pertentangan juga bisa membuat kita mudah membuat kesimpulan bahwa tidak ada yang bisa sama-sama benar dan hanya salah satu atau sebagian sajalah yang mesti benar sedangkan yang lain harus salah dan dianggap bukan Islam lagi. Akan tetapi, kalau ditinjau secara vertikal dari Al Qur'an dan Hadits sebagai sumber utama dari ajaran-ajaran itu, maka kita akan menjumpai bahwa perbedaan-perbedaan itu sebenarnya berasal dari satu sumber. Dengan kata lain, dasarnya sebenarnya adalah satu, hanya saja cabangnya yang banyak dan berbeda. Karena dasarnya satu, maka semua itu sebenarnya masih dalan kebenaran sungguh pun berbeda dalam penafsiran dan perincian. 

Kesimpulannya, peninjauan secara horizontallah yang menimbulkan sikap saling menyalahkan dan mudah mengkafirkan bahkan antar sesama umat Islam. Sementara peninjauan secara vertikal yang sering diabaikan justru sebenarnya dapat memperkecil arti perbedaan-perbedaan yang ada dan dapat menghilangkan sikap saling menyalahkan dan mudah mengkafirkan sebagaimana yang masih sering terjadi di zaman modern sekarang ini. Memang perlu tinjauan lebih lanjut terhadap kajian seperti ini, tetapi hendaknya kita bisa lebih arif dan bijak dalam menyikapi segala perbedaan yang ada. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita agar selalu melangkah di atas jalan kebenaranNya.

Selengkapnya
Gunting Molekuler: Langkah Awal Penyembuhan Pasien HIV AIDS

Gunting Molekuler: Langkah Awal Penyembuhan Pasien HIV AIDS

Ilustrasi sel

Usaha para ilmuwan yang tidak kenal lelah guna menemukan cara untuk menyembuhkan seseorang yang terjangkiti virus HIV AIDS agaknya mulai menemukan hasil. Sejumlah Ilmuwan berhasil mengedit materi genetik HIV secara permanen untuk pertama kalinya. Keberhasilan ini menjadi awal baru dalam upaya penyembuhan pasien dengan HIV dan AIDS (acquired immuno-deficiency syndrome).

Sebagaimana diketahui, HIV menginfeksi manusia dengan menyisipkan materi genetiknya pada sel yang bertanggung jawab pada sistem kekebalan tubuh yang bernama sel T CD4. Penyisipan itu membuat HIV terus-menerus tergandakan. HIV "memakan" CD4 secara terus-menerus hingga jumlahnya sangat sedikit, kekebalan tubuh menurun, dan muncul gejala AIDS. Obat antiretroviral (ARV) yang beredar saat ini ampuh mencegah penggandaan HIV. Namun, obat tersebut tidak mampu menyembuhkan. Artinya, Bila orang dengan HIV/AIDS berhenti meminumnya, virus akan kembali berkembang.

Berawal dari hal tersebut, sejumlah ilmuwan dari Temple University Health System melakukan eksperimen dengan mengedit virus HIV guna mengupayakan penyembuhan bagi orang dengan HIV/AIDS. Mereka menggunakan CRISPR-Cas9, sebuah protein yang mampu mengidentifikasi bagian tertentu gen dan menghilangkannya. CRISPR-Cas9 juga kerap disebut sebagai "gunting molekuler".

CRISPR-Cas9 merupakan inovasi bidang bioteknologi yang paling berpengaruh saat ini. Gunting molekuler telah berhasil menyembuhkan penyakit genetik duchenne muscular dystrophy. CRISPR sejatinya adalah rangkaian DNA yang diekstrak dari bakteri. Rangkaian DNA itu berpasangan dengan enzim yang disebut Cas 9.

Kamel Khalili yang memimpin eksperimen ini menggunakan bakteri untuk menarget virus. Bakteri itu diminta menghasilkan materi genetik yang identik dengan materi genetik virus yang ditarget. Materi genetik yang dihasilkan bakteri bersama Cas 9 lantas mencari materi genetik HIV yang ada pada sel manusia. Cas 9 kemudian akan memotong materi genetik HIV.

Dengan metode yang rumit itu, Khalili dan tim berhasil menghilangkan HIV secara permanen dari sel T CD 4 manusia yang ditumbuhkan di laboratorium. Tak cuma itu, CD4 juga terproteksi dari infeksi ulang.

"Penemuan ini penting dalam berbagai level," kata Khalili seperti dikutip Science Alert , Selasa (22/3/2016). "Itu menunjukkan keefektifan metode kami menghilangkan HIV dari DNA dan sel T CD4."
"Lebih lanjut, riset menunjukkan bahwa sistem bisa melindungi sel dari infeksi ulang dan teknologi ini efektif bagi sel-sel, tanpa efek racun," katanya.

Memang masih perlu banyak riset hingga sistem ini bisa diaplikasikan secara umum. Namun, keberhasilan ini adalah langkah awal yang bagus dalam upaya untuk benar-benar menyembuhkan pasien dengan HIV/AIDS.


Dikutip dari: Kompas.com
Selengkapnya
Kasih Sayangilah Sesama Makhluk Bumi

Kasih Sayangilah Sesama Makhluk Bumi

Sayang hewan

Dari Abdullah bin Amr bin Ash, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda bahwa : "Yang Maha Pengasih (Allah) akan mengasihi orang-orang yang pengasih. Maka kasihilah penduduk bumi agar kalian dikasihi oleh penduduk langit".


Sebagai makhluk yang diberi kewenangan sebagai khalifah di muka bumi ini, manusia diperintahkan untuk berkasih sayang atau welas asih terhadap lingkungan di sekitarnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, orang-orang yang mau mengasihi penduduk bumi, baik itu manusia, binatang, dan alam lingkungan, maka mereka akan mendapatkan balasan kebaikan yang lebih besar atas apa yang mereka perbuat itu. Yaitu mereka akan memperoleh kasih sayang para malaikat, dan juga kasih sayang Allah yang justru limpahannya akan meratai penghuni langit yang jumlahnya lebih banyak dibanding penduduk bumi ini. 

Kita mengenal beberapa tokoh besar dalam sejarah Islam yang dikenal sebagai tokoh Besar, Pemberani dalam membela dan memperjuangkan agama Allah, Ulama yang senantiasa berdakwah dan menyebarkan kebaikan kepada semua orang dan lain sebagainya. Namun dibalik itu semua, kita mendapati bahwa mereka semua adalah figur-figur tokoh yang mempunyai sifat mulia yaitu berkasih sayang kepada lingkungan sekitarnya, baik itu terhadap sesama manusia, binatang dan alam sekitarnya. Bahkan ketika mereka telah meninggalkan dunia, karena sifat kasih sayangnya itu, mereka mendapatkan kemuliaan yang tiada tara, yaitu mendapatkan kasih sayang rahmat Allah SWT.

Saat menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab biasa menyamar menelusuri kota Madinah untuk melihat kondisi rakyatnya. Pada suatu hari, saat sedang berjalan-jalan, pandangan Umar tertuju pada sekelompok anak-anak kecil yang sedang bermain. Ternyata anak-anak kecil itu sedang mempermainkan seekor burung pipit, dan burung itu pun tampak kelelahan. Melihat itu, timbul rasa iba di hati Umar melihat nasib burung pipit yang dipermainkan anak-anak kecil itu. Maka, beliau pun mendekati mereka dan kemudian membeli burung pipit itu dari mereka. Setelah dibeli, burung itupun dilepaskan dan terbang bebas ke udara.

Sepeninggal beliau, para Ulama di lingkungan kampung itu bermimpi bertemu dengan beliau. Mereka bertanya: "Apa yang telah diperbuat oleh Allah terhadap Engkau?".
"Allah SWT telah mengampuni dosa-dosaku dan membalas amal perbuatanku," jawab Umar.
"Amal apakah yang menyelamatkanmu itu? Apakah karena keadilanmu atau kezuhudanmu?", tanya mereka penasaran.
"Ketika kalian meletakkan jasadku ke dalam kubur, menimbuni dengan tanah, dan meninggalkanku seorang diri, mendadak masuklah dua malaikat yang sangat menakutkan. Seluruh persendianku pun bergetar hebat karena ketakutan. Keduanya lalu memegang dan mendudukanku serta bermaksud mengajukan pertanyaan," cerita Umar.
"Saat itu, tiba-tiba terdengar suara yang tidak tahu dari mana asalnya berseru,: "Kalian tinggalkan hambaKu, dan jangan menakutinya. Sesungguhnya Aku telah menyayangi dan membalas amal perbuatannya. Sebab, sewaktu masih hidup di dunia ia telah menyayangi seekor burung pipit. Dan sebagai balasannya, Aku menyayanginya di alam akhirat."

Selain kisah Umar RA tersebut, ada pula kisah Hujjatul Islam Imam al Ghazali, seorang tokoh Ulama Besar Ahlussunnah Wal Jama'ah dalam bidang tasawuf. Disebutkan bahwa setelah beliau wafat, pernah beliau ditemui dalam sebuah mimpi, lalu ditanyakan kepadanya: "Apa yang dilakukan Allah terhadap anda?". Imam al Ghazali menjawab: "Allah menghentikanku dihadapanNya, lalu Dia menanyaiku, "Kenapa Aku membawamu ke sisiKu?". Maka aku menyebutkan amal-amalku, lalu Dia berfirman: "Aku tidak menerima itu semua. Sesungguhnya amalmu yang Ku terima adalah ketika suatu hari datang seekor lalat untuk meminum tinta penamu, dimana pada saat itu engkau tengah menulis. Lalu karena kasih sayangmu engkau pun berhenti menulis hingga lalat tersebut puas, "Kemudian Allah SWT memerintahkan: "Bawa hambaKu ini ke surga!".

Dan yang terakhir, tersebut pula kisah tentang Imam asy-Syibli. Beliau adalah Abu Bakar Dalaf bin Jahdar, lahir dan hidup di Baghdad. Beliau adalah seorang Ulama yang terkenal kearifannya dan merupakan sahabat Imam al Junaid dan Ulama-Ulama lain yang semasa dengannya. Imam asy-Syibli mengikuti madzhab Imam Malik, hidup selama 87 tahun dan wafat tahun 334 H., dimakamkan di Baghdad, Irak.

Setelah asy-Syibli wafat, seseorang bermimpi bertemu dengan beliau dan menanyakan tentang nasibnya. Beliau menjawab seraya menjelaskan: "Allah menanyaiku dengan firmanNya: "Wahai Abu Bakar, sebab apa aku mengampunimu?". Aku menjawab: "karena amal shalehku". Allah berfirman: "Tidak!". Aku berkata: "Karena keikhlasan ibadahku" . Allah berfirman: "Tidak juga!". Aku berkata: "karena kepindahanku menuju orang-orang shaleh dan menuntut ilmu". Allah berfirman lagi: "Tidak!". Kemudian aku pun bertanya: "Wahai Tuhanku, lalu sebab apa?". Allah kemudian berfirman: "Ingatkah kamu dahulu saat tengah berjalan menyusuri baghdad lalu engkau mendapati seekor anak kucing yang tidak berdaya lantaran menggigil kedinginan, kemudian karena kasihan engkau pun memungutnya dan kau selamatkan dalam kehangatan jubah tebalmu?". Aku menjawab: "Ya, aku ingat!". Allah pun berfirman lagi: "Karena kasih sayangmu terhadap kucing itulah maka Aku pun kasihan kepadamu".

Demikianlah diantara kisah yang menggambarkan kepada kita betapa mulianya derajat orang yang mempunyai sifat welas asih dalam hidupnya. Karena welas asihnya seseorang terhadap makhluk, maka Sang Khaliq mengasihinya di alam akhirat kelak.



Kisah dinukil dari al mawa'idz al 'Ushfuriyyah karya Syaikh Muhammad bin Abi Bakr,  dan Nashaih al 'Ibad karya Syaikh Nawawi al Bantani.
Selengkapnya
Asal Mula Panggilan Adzan dan Kalimatnya

Asal Mula Panggilan Adzan dan Kalimatnya

Orang sedang adzan

Adzan merupakan salah satu syi'ar (pilar) dari syi'ar-syi'ar Islam. Dengan adzan, syi'ar Islam semakin jelas dan tampak bergema di seluruh penjuru dunia. Adzan adalah seruan untuk melaksanakan ibadah shalat. Dengan adzan, kaum Muslimin diberi tahu akan masuknya waktu shalat, sehingga kaum Muslimin lekas bergegas ke masjid untuk bersama-sama melaksanakan ibadah shalat berjamaah. 

Mengumandangkan adzan adalah hak kaum Muslimin agar mereka berlomba-lomba dan bersaing untuk melakukannya. Dalam sebuah hadits disebutkan : ''Seandainya orang-orang tahu pahala mengumandangkan adzan dan pahala berdiri pada barisan (shaf) pertama ketika shalat berjamaah dan tidak bisa memperolehnya kecuali dengan mengundi, maka ia akan mengundinya.'' (HR. Bukhari).

Adzan pertama kali terjadi di Madinah, yaitu setelah peristiwa hijrah. Pendapat paling kuat mengatakan terjadi pada tahun pertama Hijriyah (1H.) dan pendapat lain mengatakan pada tahun kedua Hijriyah (2H.). Sedangkan kewajiban shalat lima waktu terjadi sebelum Nabi hijrah ke Madinah, tepatnya pada malam peristiwa Isra' Mi'raj. Hanya saja, waktu itu kaum Muslimin menjalankannya tanpa didahului dengan adanya kumandang adzan. Hal itu terjadi karena sebelum terjadi perintah hijrah, keadaan dan tempat tinggal kaum Muslimin masih memungkinkan untuk mengetahui waktu shalat dan dapat berjamaah sesegera mungkin. 

Namun setelah hijrah, jumlah kaum muslimin di Madinah semakin banyak, kondisi mereka juga semakin kuat, aman dan sejahtera. Karena itulah, syariat adzan kemudian diperkenalkan. Ada beberapa riwayat yang menceritakan tentang asal mula disyariatkannya adzan, di antaranya adalah sebagai berikut :

Pada suatu waktu, Rasulullah SAW bermusyawarah dengan para sahabatnya perihal sarana yang dapat dipergunakan untuk mengumumkan telah tibanya waktu shalat. Sebagian ada yang mengusulkan dengan mengangkat tinggi bendera, sebagian lagi mengusulkan dengan menyalakan api di atas bukit. Selain itu ada pula yang mengusulkan menggunakan terompet mirip tanduk sebagaimana dilakukan umat Yahudi. Sebagian yang lain mengusulkan menggunakan lonceng seperti yang digunakan umat Nasrani. Dan yang terakhir ada sebagian sahabat yang mengusulkan dengan menggunakan panggilan seruan (nida'). Dari kesemuanya itu, Rasulullah tidak ada yang setuju, kecuali pada pendapat yang terakhir, yaitu dengan panggilan seruan. 

Demikianlah, pada akhirnya umat Islam menggunakan cara khusus lagi istimewa, yang tidak mengikuti tatacara agama lain, terutama Yahudi dan Nasrani, yaitu berupa panggilan seruan yang disebut adzan. Jika demikian halnya, lalu dari manakah asal mula kalimat adzan seperti yang kita kenal sekarang ini?

Dalam hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud disebutkan riwayat dari Muhammad bin Ishaq, dari az-Zuhri, dari Sa'id bin Musayyab, dari Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbah, Ia bercerita:

Ketika Rasulullah SAW tidak menyetujui tatacara seruan shalat dengan memukul lonceng karena ada kemiripan dengan tatacara kaum Nasrani, pada waktu itu saya sedang menunaikan thawaf. Malam harinya, saya tertidur dan bermimpi.

Dalam mimpi itu saya melihat seseorang yang mengenakan pakaian berwarna hijau sembari membawa lonceng. Saya bertanya padanya : ''Wahai hamba Allah! Apakah engkau mengikuti cara loncengan?''
Orang itu menjawab, : ''Apakah engkau juga melakukannya?''
Saya pun menjawab, : ''Saya menggunakan lonceng untuk seruan shalat.''
Orang itu lalu berkata, : ''Maukah aku tunjukkan kepadamu cara yang lebih baik dari itu?''
Saya menjawab,: ''Benar, tunjukkanlah.''
Orang itu kemudian berkata : ''Katakanlah olehmu ucapan : Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah. Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah. Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullaah. Asyhadu Anna Muhammadar Rasuulullaah. Hayya 'Alash-Shalaah. Hayya 'Alash-Shalaah. Hayya 'Alal Falaah. Hayya 'Alal Falaah. Allaahu Akbar Allaahu Akbar. Laa Ilaaha Illallaah.''

Pada pagi harinya, saya menemui Rasulullah dan memberitahukan mimpiku semalam. Beliau menjawabnya seraya bersabda, : ''Mimpimu itu adalah mimpi yang benar (ru'ya ash-shaalihah). Insya Allaah.

Kemudian beliau menginstruksikan kepada para sahabatnya untuk menggunakan adzan dengan kalimat-kalimat tersebut sebagai seruan masuknya waktu shalat.

Sedangkan mengenai penambahan kalimat dalam adzan shubuh, kisahnya adalah pada saat Bilal mengumandangkan adzan untuk shalat shubuh, tiba-tiba ada seseorang yang memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah SAW masih tidur. Mendengar pemberitahuan itu, kemudian Bilal dengan suara melengking menambahkan kalimat Ash-Shalaatu Khairum Minan-Naum (Shalat itu lebih baik daripada tidur) dalam adzan shubuhnya. Ternyata Rasulullah kemudian pun menyetujui penambahan kalimat dari Bilal ini. Sa'id bin Musayyab (periwayat kisah ini) juga berpendapat, kemudian kalimat Bilal ini dimasukkan dalam adzan shubuh.

Masih mengenai asal mula panggilan adzan, dalam riwayat lain juga disebutkan : dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid, dari ayahnya (Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbah), ia bercerita :

Pagi harinya (setelah bermimpi), saya menemui Rasulullah SAW dan memberitahukan mimpi yang saya alami semalam. Rasulullah menjawab : ''Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar (haq), insya Allaah. Sampaikanlah kepada Bilal perihal mimpimu itu agar ia mengumandangkan adzan seperti kalimat dalam mimpimu itu.''

Kemudian saya menemui Bilal bin Rabbah dan menyampaikan perintah Rasulullah SAW kepadanya, dan ia pun kemudian beradzan dengan kalimat-kalimat itu. Hal ini sampai terdengar oleh Umar bin Khatthab ra yang berada di rumah. Dengan secepatnya ia keluar rumah menemui Rasulullah sembari membawa selendang yang masih tergerai seraya berkata : ''Demi Dzat yang mengutusmu dengan haq! Sungguh saya telah bermimpi yang sama dengan apa yang telah saya lihat dan saya dengar.'' Maka Rasulullah SAW bersabda,: ''Alhamdulillaah. Segala puji bagi Allah.''

Demikianlah sejarah latar belakang munculnya kalimat adzan. Ternyata, kalimat adzan yang kita kenal sekarang ini berasal dari mimpi. Tetapi meskipun dari mimpi, pernyataan Rasulullah SAW, ''Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar'', menunjukkan bahwasanya adzan itu disyariatkan berdasarkan wahyu Ilahi, bukan berdasarkan mimpi (ru'ya) biasa semata. Kisah pensyariatan adzan dan kalimat adzan di atas menjelaskan kepada kita tentang pentingnya adzan sebagai sarana syiar dan dakwah dalam kehidupan Islam.

Sumber :
Khulashah Nur al-Yaqiin, juz 2, karya Ustadz Umar Abdul Jabbar.
The Dream, Sketsa Mimpi dalam Tinjauan Islam, Kedokteran dan Psikologi, karya Miftahul Asror.
Selengkapnya