Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian kedua: Jalaluddin as-Suyuthi

Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian kedua: Jalaluddin as-Suyuthi

Kitab tafsir jalalain 2

Pada artikel sebelumnya telah diuraikan biografi dari penulis tafsir Jalalain yang pertama yaitu Jalaluddin al-Mahalli. Pada artikel kali ini, akan saya uraikan biografi penulis yang kedua yaitu Jalaluddin as-Suyuthi.

Sebagaimana disebutkan di dalam kitabnya, Tafsir Jalalain. Di akhir pembahasan surat al-Isra, Jalaluddin as-Suyuthi mengatakan bahwa pada awalnya tidak pernah terbesit dalam benak beliau untuk melanjutkan apa yang telah ditulis oleh Jalaluddin al-Mahalli ini. Beliau dengan sikap tawadhu'nya mengatakan bahwa beliau menyadari akan kelemahannya untuk menyelami bidang yang telah ditulis oleh al-Mahalli ini. Namun setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya kemudian beliau bersedia melanjutkannya. Beliau menulis:

"Pada mulanya kami tidak berminat menulis tafsir ini, akan tetapi, demi memelihara diri daripada apa yang telah disebutkan firman-Nya, "Dan barangsiapa yang buta hatinya di dunia ini, niscaya di akhirat nanti ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar" (Qs. Al-Israa/17:72) maka kami tulis tafsir ini".

Penulisan kitab tafsir Jalalain ini rampung pada hari Ahad, 10 Syawwal 870 H. Permulaan penulisannya (ĺanjutan dari as-Suyuthi) pada hari Rabu, awal Ramadhan 870 H. dan konsep jadi selesai dirampungkan pada hari Rabu, 6 Shafar 871 H.

Jalaluddin as-Suyuthi

Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin bin Fakhr Utsman bin Nadziruddin Muhammad bin Saifuddin Khidr bin Najmuddin bin Abi ash-Shalah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Himamuddin Al-Hammam Al-Hudairi As-Suyuthi.

Beliau bergelar Jalaluddin dan biasa juga dipanggil Abu Fadhil. Namun di kemudian hari beliau lebih dikenal dengan nama As-Suyuthi, yang dinisbatkan kepada tempat di mana ayahnya dilahirkan di daerah Suyuth. Beliau adalah seorang ulama, hafidz hadits, musnid, muhaqiq dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo, Mesir.

As-Suyuthi lahir ba’da Maghrib, malam senin bulan Rajab 849 H. Beliau berasal dari lingkungan cendekiawan, sehingga sejak dini ayahnya selalu berusaha mengarahkannya menjadi ilmuwan dan orang shalih. Sejak usia belia beliau selalu diajak sang ayah menghadiri berbagai majelis ilmu. Bahkan sang ayah sering meminta doa dari ulama besar untuk anaknya. Salah satu ulama yang pernah mendoakannya agar menjadi ulama besar adalah Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, muhaddits besar penyusun kitab Bulughul Maram. Tidak hanya mendoakan, setiap kali minum segelas air usai mengajar, Syaikh Ibnu Hajar selalu menyisakan sedikit untuk diminum as-Suyuthi.

Ketika as-Suyuthi berumur enam tahun, sang ayah wafat. As-Suyuthi kemudian diasuh oleh Syaikh Kamaluddin bin Humam al-Hanafi, pengarang kitab Fathul Qadir. Di bawah asuhan sang allamah itulah as-Suyuthi berhasil hafal al-Qur’an di usia delapan tahun. Setelah itu beliau kemudian menghafal kitab al-’Umdah, lalu Minhajul Fiqhi Wal Ushul dan Alfiyah Ibnu Malik.

Ketika usianya menginjak 15 tahun, as-Suyuthi mulai berkelana dan berguru kepada para ulama besar. Dalam pengembaraan mencari ilmu, beliau pernah singgah di Syam, Hijaz, Yaman Hindia, Maroko dan Takrur. Dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah, as-Suyuthi mengatakan bahwa beliau mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani mengatakan dalam kitab Thabaqat-nya, bahwa as-Suyuthi telah berguru kepada lebih dari 600 ulama. Di antara guru-guru beliau antara lain:

a). Syaikh Siraajuddien al-Balqini, yang mengajarnya berbagai kitab fiqih seperti al-Hawi Ash-Shaghir, Al-Minhaj, Syarah Al-Minhaaj dan Ar-Raudhah.

b). Syaikh Sihabuddin Asy-Syaarmasahi, guru ilmu faraidh (waris).

c). Asy-Syari Al-Manawi Abaz Kuriya Yahya bin Muhammad, guru ilmu faraidh.

d). Syaikh Taqiyuddin Asy-Syamini Al-Hanafi (w 872 H), guru ilmu tata Bahasa Arab dan ilmu hadits.

e). Syaikh Muhyiddin Muhammad bin Sulaiman Ar-Rumi Al-Hanafi, guru ilmu tafsir, ilmu Ushul, ilmu bahasa Arab dan ilmu Ma’ani. Beliau berguru kepadanya selama empat belas tahun.

f). Jalaluddin Al-Mahalli (penyusun pertama Tafsir Al-Jalalain)

g). Izzul Kinaani Ahmad bin Ibrahim al-Hanbali. Dll.

Selain ilmu agama, Imam as-Suyuthi juga berguru beberapa bidang ilmu umum seperti ilmu hitung dan ilmu faraidl dari Majid bin As-Siba’ dan Abdul Aziz Al-Waqaai, serta ilmu kedokteran kepada Muhammad bin Ibrahim Ad-Diwani Ar-Rumi. Bahkan selain berguru kepada ulama laki-laki, As-Suyuthi juga meresap ilmu dari sejumlah ilmuwan perempuan, diantaranya yaitu Aisyah binti Jarullah, Ummu Hani binti Abul Hasan, Shalihah binti Ali, Nasywan binti Abdullah Al-Kanani dan Hajar binti Muhammad Al-Mishriyyah.

Sikap dan Akhlaqnya

Meskipun as-Suyuthi terkenal akan kecerdasan, kekuatan hafalan dan keuletannya dalam belajar, As-Suyuthi adalah seorang Ulama yang ahli ibadah, zuhud dan tawadhu’. Maka tidak heran kemudian beliau pun menjelma menjadi seorang ulama besar yang memenuhi taraf kemampuan untuk berijtihad. Selain alim, as-Suyuthi juga dikenal sebagai sosok yang teguh pendirian dan tidak suka menjilat kepada pemerintah. Bahkan beliau tidak pernah mau menerima hadiah dari raja.

Suatu ketika seorang raja memberinya hadiah berupa uang seribu dinar dan seorang budak perempuan. Segera saja uang itu beliau kembalikan, sedangkan sang budak perempuan dimerdekakan. Beliau kemudian berkata kepada sang raja, “jangan berusaha memalingkanku hanya dengan memberi hadiah semacam itu, karena Allah telah menjadikanku tidak merasa butuh lagi terhadap hal-hal semacam itu.”

Karya-Karyanya

As-Suyuthi termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Beliau telah menulis ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari Tafsir, Hadits, Fiqih, Bahasa Arab, Sastra, Tasawuf, hingga ilmu Sejarah. Menurut perhitungan muridnya yang bernama ad-Dawudi, hasil karyanya lebih dari 500 buah. Sementara Ibnu Iyas, murid As-Suyuthi yang lain, mengatakan bahwa jumlah karya As-Suyuthi mencapai 600 buah. Adapun menurut As-Sa’id Mamduh, karya As-Suyuthi mencapai 725 buah. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani, jumlah keseluruhan karya Imam Suyuthi adalah 904 kitab dalam berbagai disiplin ilmu.
Berikut adalah beberapa karya tulis beliau yang terkenal:

1. Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an , kitab tafsir yang menjelaskan bagian-bagian penting dalam ilmu mempelajari al-Qur'an
2. Tafsir al-Jalalain , yang ditulis bersama Jalaluddin al-Mahalli
3. Jami' ash-Shagir , merupakan kumpulan hadits-hadits pendek
4. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu qawa'id fiqh
5. Syarh Sunan Ibnu Majah, merupakan kitab yang menjelaskan kitab hadits sunan ibnu majah
6. Al-Asybah wa an-Nazhair , dalam ilmu nahwu
7. Ihya'ul Mayyit bi Fadhaili Ahlil Bait
8. Al-Jami' al-Kabir
9. Al-Hawi lil Fatawa
10. Al-Habaik fi Akhbar al-Malaik
11. Ad-Dar al-Mantsur fi at-Tafsir bil Ma'tsur
12. Ad-Dar al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Musytahirah
13. Ad-Dibaj 'ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj
14. Ar-Raudh al-Aniq fi Fadhli ash-Shadiq
15. Al-'Urf al-Wardi fi Akhbari al-Mahdi
16. Al-Gharar fi Fadhaili 'Umar
17. Alfiyatu as-Suyuthi
18. Al-Kawi 'ala Tarikh as-Sakhawi
19. Al-La āli' al-Mashnu'ah fi al-Ahadits al-Maudhu'ah
20. Al-Madraj ila al-Mudraj
21. Al-Mazhar fi Ulum al-Lughah wa Anwa'uha
22. Al-Mahdzab fimā Waqa'a fi al-Qur'ān min al-Mu'rab
23. Asbāb Wurud al-Hadits
24. Asrār Tartib al-Qur'ān
25. Anmudzaj al-Labib fi Khashāis al-Habib
26. Irsyad al-Muhtadin ilā Nashrati al-Mujtahidin
27. I'rāb al-Qur'ān
28. Ilqām al-Hajar liman zakā sāb Abi Bakr wa 'Umar
29. Tārikh al-Khulafā'
30. Tahdzir al-Khawash min Ahadits al-Qashash
31. Tuhfatu al-Abrār binakti al-Adzkār an-Nawawiyyah
32. Tadrib ar-Rāwi fi Syarhi Taqrib an-Nawāwi
33. Tazyin al-Mamālik bi Manaqib al-Imām Mālik
34. Tamhid al-Farsy fi al-Khishāl al-Maujibah li Zhil al-'Arsy
35. Tanwir al-Hawalik Syarh Muwaththa' Mālik
36. Tanbih al-Ghabiyy fi Tibra'ati Ibni 'Arabi
37. Husnu al-Muhādharah fi Akhbār Mishr wa al-Qāhirah
38. Durr as-Sihābah fiman dakhala Mishr min ash-Shahābah
39. Dzam al-Makas
40. Syarh as-Suyuthi 'ala Sunan an-Nasā'i
41. Shifatu Shāhibi adz-Dzauqi 'Aini al-Ishābah fi Ma'rifati ash-Shahābah
42. Kasyf
43. As-Salim
44. Thabaqāt al-Huffādz
45. Thabaqat al-Mufassirin
46. 'Uqudul Jimān fi 'ilmi al-Ma'āni wa al-Bayān
47. 'Uqudu az-Zabarjid 'ala Musnad al-Imām Ahmad fi I'rāb al-Hadits
48. Al-Mughthi fi Syarhi al-Muwaththa'
49. Lubb al-Lubbāb fi Tahrir al-Ansāb
50. Al-Bāb al-Hadits
51. Al-Bāb an-Nuqul fi Asbāb an-Nuzul
52. Mā Rawāhu al-Asāthin fi 'Adami al-Maji'i ilā as-Salāthin
53. Musytahā al-Uqul fi Muntaha an-Nuqul
54. Mathla' al-Badrain fiman Yu'ti Ajruhu Marratain
55. Miftāhu al-Jannah fi al-I'tishām bi as-Sunnah
56. Miftahamāt al-Aqrān fi Mubhamāt al-Qur'ān
57. Nazham al-Aqyān fi A'yān al-A'yān
58. Ham'u al-Hawami' Syarhu Jam'u al-Jawami'
59. At-Tahadduts bi Ni'matillah
60. Mu'jam al-Mu'allafāt as-Suyuthi
61. Fahrusat Mu'allafātii
62. Al-Fāruq baina Al-Mushanif wa as-Sariq
63. Thibb an-Nufus
64. Nawadhir al-Ayak fi Ma'rifati al-Niyak
65. Ar-Rahmah fi ath-Thibbi wa al-Hikmah

Sedangkan Murid-Murid Beliau di antaranya:

1. Syaikh Abdul Qodir bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syadzili Asy-Syafi’i.
2. Syaikh Ibnu Iyas, Abul Barokat, Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-hanafi, penulis kitab “Badai’uz Zuhur Fi Waqo’iud Duhur”.
3. Syaikh Al-Hajj Muhammad Sukyah.
4. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar Al-‘Alqomi.
5. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Ali bin Ahmad Ad-Dawudi Al-Mishri.
6. Ibnu Thulun; Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Thulun Ad-Damasyqi Al-Hanafi.
7. Syaikh Muhammad bin Al-Qodhi Rodhiyuddin Muhammad bin Muhammad bin Abdulloh binBadr bin Utsman bin Jabir Al-Ghozi Al-‘Amiri Al-Qurosyi Asy-Syafi’i.
8. Syaikh Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf Asy-Syami.
9. Syaikh Jamaluddin, Yusuf bin Abdulloh Al-hasani Al-Armayuni Asy-Syafi’i.

Wafat Beliau

Imam as-Suyuthi menghabiskan umurnya untuk mengajar, memberikan fatwa dan menulis. Akan tetapi menginjak usia 40 tahun, atau menjelang usia tuanya beliau lebih memilih ber-uzlah dari keramaian dunia untuk beribadah dan mengarang saja. Setelah sempat sakit, Imam agung ini meninggal pada usia 61 tahun 10 bulan 18 hari, yaitu pada malam Jum'at tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqyas. Jenazah beliau dimakamkan di pemakaman Qaushun atau Qaisun, di luar pintu gerbang Qarafah, Kairo.



dari berbagai sumber.
Selengkapnya
Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian Pertama: Jalaluddin al-Mahalli

Biografi Penulis Tafsir Jalalain, Bagian Pertama: Jalaluddin al-Mahalli

Kitab tafsir Jalalain

Tafsir Jalalain adalah salah satu dari sekian banyak kitab tafsir yang masih populer hingga sekarang. Bahkan bagi kalangan pesantren, mengkaji kitab ini seakan menjadi pelajaran wajib yang pasti dijumpai di setiap pesantren. Pembahasan dalam kitab ini banyak menonjolkan segi pembahasan ilmu nahwu, sharaf, dan qiraahnya, sehingga al-Qur'an yang diturunkan memakai bahasa arab dapat dipahami dengan pemahaman yang benar. Oleh karenanya Kitab Tafsir Jalalain ini sangat cocok untuk para pemula yang ingin mendalami tafsir al-Qur'an. 

Kitab ini tergolong unik karena merupakan hasil karya tulis dua ulama terkemuka, yaitu Jalaluddin as-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli. Karena disusun oleh dua Jalaluddin itulah kitab tafsir ini juga dinamakan Tafsir Jalalain. Pada awalnya kitab ini ditulis oleh Jalaluddin al-Mahalli. Entah mengapa beliau mengawali penulisan tafsirnya ini dari Surah al-Kahfi hingga sampai surah terakhir, An-Nas. Usai menafsirkan Surah An-Nas, al-Mahalli kembali ke halaman muka Al-Quran, menafsirkan surah Al-Fatihah. Namun sayang, usai menafsirkan surah Al-Fatihah, beliau dipanggil ke haribaan Allah pada tahun 864 H./1459 M. 

Setelah bertahun-tahun kemudian, pekerjaan yang belum selesai ini kemudian dilanjutkan oleh salah seorang muridnya yaitu Jalaluddin as-Suyuthi. As-Suyuthi melanjutkan dengan surah Al-Baqarah, Ali Imran dan seterusnya hingga akhir surah Al-Isra. Meskipun ditulis oleh dua orang yang berbeda, metodologi serta pola dan gaya bahasa yang digunakan oleh as-Suyuthi dalam merampungkan tafsir jalalain ini nyaris sama persis dengan tulisan awal sang guru. Oleh karenanya banyak yang mengira bahwa tafsir ini hanya ditulis oleh satu orang saja. 

Kebesaran dua tokoh penyusun Tafsir Jalalain ini sangat melegenda. Di samping dikenal karena pembahasannya yang luas dalam setiap kitab, Jalaluddin al-Mahalli dan as-Suyuthi juga telah menghasilkan karya yang jumlahnya cukup banyak. Siapakah kedua tokoh ini? Berikut profilnya.

Jalaluddin al-Mahalli

Nama lengkap beliau adalah Al-Imam Jalaluddin Abu Abdillah Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Kamaluddin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim Al-`Abbasi Al-Anshari Al-Mahalli Al-Qahiri Asy-Syafi`i. Beliau lahir di Kairo, Mesir, tahun 791H/1389 M. Beliau dikenal dengan julukan Jalaluddin yang berarti orang yang mempunyai keagungan dalam masalah agama. Sedangkan sebutan Al-Mahalli dinisbahkan pada kampung kelahirannya, Mahalla Al-Kubra, sebuah daerah yang terletak di sebelah barat Kairo, tidak jauh dari Sungai Nil. 

Semenjak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri al-Mahalli. Beliau menguasai berbagai disiplin ilmu agama, antara lain tauhid, tafsir, fiqih, ushul fiqh, nahwu, sharaf dan mantiq. Pada masanya beliau merupakan seorang 'allamah terkemuka, terkenal pandai dalam pemahaman masalah-masalah agama, sehingga sebagian orang menyebutnya seorang yang memiliki pemahaman yang brillian melebihi kecemerlangan berlian. Dalam kitab Mu’jam Al-Mufassirin, As-Sakhawi menuturkan bahwa Al-Mahalli adalah "sosok imam yang sangat pandai dan berfikiran jernih, bahkan kecerdasannya di atas rata-rata". Meskipun begitu beliau pernah mengatakan bahwa sebetulnya dirinya tidak mampu banyak menghafal, mungkin karena hal ini tampaknya kemudian menjadi motivasi beliau untuk terus belajar dan berjuang mengarungi lautan ilmu.

Beliau juga dikenal sebagai seorang ulama yang berkepribadian mulia, saleh dan wara'. Beliau adalah sosok yang sederhana, jauh dari gemerlap dunia. Bahkan pernah ditawarkan kepadanya jabatan sebagai Qadi terbesar di negerinya, namun beliau menolaknya. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa meskipun tidak miskin, beliau hidup pas-pasan. Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, beliau bekerja sebagai pedagang. Meski demikian, kondisi tersebut tidak mengendurkan tekadnya untuk terus mengais ilmu. 

Selain banyak belajar secara otodidak, Jalaluddin al-Mahalli juga memiliki banyak guru, diantaranya yaitu:

a). Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhazmad bin Abdu ad-Da'im An-Nu`aimi Al-`Asqalani Al-Barmawi Al-Qahiri Asy-Syafi`i yang lebih dikenal dengan Syamsu al-Barmawi (763 - 831 H ), dalam ilmu fikih, ushul fikih dan bahasa Arab, beliau tinggal di Madrasah Al-Baibarsiyyah tempat Jalaluddin al-Mahalli belajar.

b). Al-Imam Al-Faqih Burhanuddin Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad Al-Baijuri, lebih dikenal dengan Burhan Al-Baijuri (825 - 750 H ) dalam ilmu fikih.

c). Al-Imam Al-Muhaddits Jalaluddin Abu al-Fadhl Abdurrahman bin Umar bin Ruslan Al-Kanani Al-`Asqalani Al-Bulqini Al-Mishri, lebih dikenal dengan Jalal Al-Bulqini (763 - 824 H ) dalam bidang hadits.

d). Al-Imam Al-Muhaddits Waliyuddin Abu Zur`ah Ahmad bin Al-Muhaddits Abdurrahim Al-`Iraqi (762 - 826 H ) dalam bidang ilmu hadits.

e). Al-Imam Al-Hafidz Qadhi al-Qudhat `Izuddin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim bin Jama`ah Al-Kanani (694 - 767 H), dalam bidang hadits dan ushul fiqih.

f). Asy-Syaikh Syihabuddin Al-`Ajimi, cucu Ibnu Hisyam, dalam bidang nahwu.

g). Asy-Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Shalih bin Muhammad bin Abdullah bin Makki Asy-Syanuthi (Wafat 873 H ) dalam bidang nahwu dan bahasa Arab.

h). Al-Imam Nashiruddin Abu Abdillah Muhammad bin Anas bin Abu Bakr bin Yusuf Ath-Thanatada'i Al-Mishri Al-Hanafi (Wafat 809 H), dalam bidang ilmu waris dan ilmu hitung.

i). Al-Imam Badruddin Mahmud bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad Al-Aqshara'i (Wafat 825 H ), dalam bidang ilmu logika, ilmu debat, ilmu ma`ani, ilmu bayan, ilmu `arudh dan ushul fikih.

j). Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman Ath-Tha'i Al-Basathi Al-Maliki (670 - 842 H), dalam bidang tafsir, ushuluddin, dan lain-lain.

k). Al-Imam `Ala'uddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Bukhari Al-Hanafi (799 - 841 H).

l). Asy-Syaikh Al-`Allamah Nizhamuddin Yahya bin Yusuf bin Muhammad bin Isa Ash-Shairami Al-Hanafi (777 - 833 H), dalam bidang fikih.

m). Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abu Bakr bin Khudhar bin Musa, lebih dikenal dengan Ibnu Ad-Dairi (788 - 862 H).

n). Asy-Syaikh Majduddin Al-Barmawi Asy-Syafi`i.

o). Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Khalil Al-Gharaqi Asy-Syafi`i (Wafat 816 H ) dalam bidang fikih.

p). Asy-Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Abi Ahmad Muhammad bin Abdullah Al-Maghrawi Al-Maliki (Wafat 820 H).

q). Asy-Syaikh Kamaluddin Abu Al-Baqa' Muhammad bin Musa bin Isa bin Ali Ad-Damiri (742 - 808 H ), hadir dalam sebagian kajiannya.

r). Asy-Syaikh Syihabuddin Abu al-`Abbas Ahmad bin `Imad bin yusuf bin Abdu an-Nabi al-Aqfahasi Al-Qahiri, lebih dikenal dengan Ibnu al-`Imad (750 - 808 H).

s). Asy-Syaikh Badruddin Muhammad bin Ali bin Umar bin Ali bin Ahmad Ath-Thanabadi.

t). Syaikh al-Islam Al-Imam Syihabuddin Ibnu Hajar Al 'Asqalani (773 - 852 H) dalam bidang hadits dan ilmu hadits.

u). Asy-Syaikh Jamaluddin Abdullah bin Fadhlullah, dalam bidang hadits.

v). Al-Imam Al-Muhaddits Syarafuddin Abu Thahir Muhammad bin Muhammad bin Abdul Lathif Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan Ibnu Al-Kuwaik (737 - 821 H ).

w). Al-Imam Al-`Allamah Syamsuddin Abu Al-Khair Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf bin Al-Jazari Asy-Syafi`i (752 - 833 H).

x). Asy-Syaikh Nashiruddin Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Nashiruddin Al-`Ajami As-Samnudi Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan Ibnu Mahmud (Wafat 855 H), Jalaluddin al-Mahalli menghafal al-Qur'an kepadanya ketika masih kecil.


Karya-Karya Jalaluddin al-Mahalli adalah:

a). Al-Badru ath-Thali` fi Halli Jam`i al-Jawami`, merupakan Syarh dari Jam`u al-Jawami` yang ditulis oleh Tajuddin As-Subuki, kitab dalam ilmu ushul fiqih.

b). Syarh Al-Waraqat yang ditulis Imam Al-Haramain Al-Juwaini, 

c). Kanzu ar-Raghibin fi Syarhi Minhaji ath-Thalibin Imam An-Nawawi

d). Tafsir al-Qur'an al-'adzim atau lebih dikenal dengan tafsir Jalalain, bersama Jalaluddin as-Suyuthi.

e). Syarh Mukhtashar Burdah.

f). Al-Anwar Al-Madhiyah.

g). Al-Qaul Al-Mufid fi An-Nail As-Sa`id.

h). Ath-Thib An-Nabawi.

i). Kitab fi Al-Manasik.

j). Kitab fi Al-Jihad.

k). Syarh Al-Qawa`id Ibnu Hisyam, belum lengkap.

l). Syarh At-Tashil Ibnu Malik.

m). Hasyiyah `ala Jaami`i Al-Mukhtasharat, belum lengkap.

n). Hasyiyah Jawahir Al-Isnawi, belum lengkap.

Sedangkan murid-muridnya di antaranya yaitu: 

a). Al-Imam Nuruddin Abu Al-Hasan Ali bin Al-Qadhi Afifuddin Abdullah bin Aham, lebih dikenal dengan nama As-Samhudi, Ulama, Mufti, Pengajar dan Sejarawan di Madinah (844-911 H), ia mempelajari Syarh al-Minhaj, Jam`ul Jamami`, dan lain-lain.

b). Asy-Syaikh Burhanuddin Ibrahim bin Muhammad bin Abu Bakr bin Ali bin Mas`ud bin Ridhwan Al-Mari Al-Maqdisi lebih dikenal dengan nama Ibnu Abi Syarif (836 - 923 H ) lahir di Yerusalem kemudian pergi ke Kairo dan mempelajari Syarh Jam`ul Jawami`.

c). Asy-Syaikh Syihabuddin Abu Al-Fattah Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Musa Al-Absyaihi Al-Mahalli, ia mempelajari Syarh al-Minhaj dan Syarh Jam`ul Jamami`.

d). Asy-Syaikh Khairuddin Abu Al-Khair Muhammad bin Muhammad bin Daud Ar-Rumi Al-Qahiri Al-Hanafi, lebih dikenal dengan nama Ibnu Al-Farra' (814 - 897 H), ia mempelajari bidang fikih dan ushul fikih.

e). Asy-Syaikh Kamaluddin Abu Al-Fadhl Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Bahadir Al-Maumani Ath-Tharablusi Al-Qahiri Asy-Syafi`i (Wafat 877 H , ia mempelajari Syarh al-Minhaj, Syarh Jam`ul Jamami`, Syarh Alfiyah Al-`Iraqi, dan lain-lain.

f). Asy-Syaikh Shalahuddin Muhammad bin Jalaluddin Muhammad bin Muhammad bin Khalaf bin Kamil Al-Manshuri Ad-Dimyathi, Qadhi di Dimyath, lebih dikenal dengan nama Ibnu Kamil (Wafat 887 H ).

g). Asy-Syaikh Syamsuddin Abu Al-Barakay Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf bin Al-Baz Al-Asyhab Manshur bin Syibl Al-Ghiraqi (795 - 858 H ).

h). Asy-Syaikh Najmuddin Muhammad bin Syarafuddin Muhammad bin Najmuddin Muhammad bin Sirajuddin Umar bin Ali bin Ahmad Al-Qurasyi Ath-Thanabadi Al-Qahiri Asy-Syafi`i.

i). Asy-Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Musa Asy-Syihab Al-Bairawati Al-Khanaki Asy-Syafi`i.

j). Asy-Syaikh `Imaduddin Abu al-Fida' Ismail bin Ibrahim bin Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibrahim bin Sa`dulah bin Jama`ah (825 - 861 H), ia mempelajari Syaikh Jam`ul Jawami` dan lain-lain.

k). Asy-Syaikh Hisamuddin Husain bin Muhammad bin Hasan Al-Ghazi Asy-Syafi`i atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Al-Harasy.

l). Asy-Syaikh Syarafuddin Abdul Haq bin Syamsuddin Muhammad bin Abdul Haq bin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Abdul `Al As-Sanbathi, ia mempelajari beberapa kitab (Wafat 842 H).

m). Asy-Syaikh Zainuddin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Syaraf bin Al-Lu'lu'i Ad-Dimasyqi bin Qadhi `Ajlun, (Lahir 839 H).

n). Asy-Syaikh Zainuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Haji bin Fadhl As-Santawi, ia mempelajari fikih dan ushul fikih.

o). Asy-Syaikh Abdullah bin Ahmad bin Abi Al-Hasan Ali bin Isa bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Isa Al-Jamal Al-Hasani As-Samhudi (Lahir 804 H ) ia mempelajari bahasa Arab, Syarh Ibnu Aqil, fikih, ushul fikih, dan lain-lain.

p). Asy-Syaikh Ali bin Daud bin Sulaiman bin Khalad bin `Audh bin Abdullah bin Muhammad bin Nuruddin Al-Jaujari, Khatib Masjid Raya Toulon, ia hadir di beberapa kajian Jalaluddin Al-Mahalli.

q). Asy-Syaikh Nuruddin Ali bin Muhammad bin Isa bin Umar bin `Athif Al-`Adani Al-Yamani Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan nama Ibnu `Athif (Lahir 812 H).

r). Asy-Syaikh Sirajuddin Umar bin Hasan bin Umar bin Abdul Aziz bin Umar An-Nawawi, ia mempelajari Syarh Al-Minhaj.

s). Asy-Syaikh Najmuddin Muhammad bin Burhanuddin Ibrahim bin Jamaluddin Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman, lahir 833 H di Yerusalem, ia mempelajari Syarh Jam`ul Jawami`.

t). Asy-Syaikh Syarafuddin Yahya bin Muhammad bin Sa`id bin Falah bin Umar Al-`Abasi Al-Qahiri Asy-Syafi`i, lebih dikenal dengan nama Al-Baqani, lahir pada tahun 827 H dan wafat pada tahun 900 H.

u). Asy-Syaikh Abu Bakr bin Quraisy bin Ismail bin Muhammad Quraisy Azh-Zhahiri, lahir pada tahun 850 H.

v). Asy-Syaikh Al-Imam Ali bin Muhammad bin Isa bin Yusuf bin Muhammad Al-Asymuni, (838-918 H).

w). Asy-Syaikh Burhanuddin Abu Al-Hasan Ibrahim bin Umar bin Hasan bin Ali bin Abu Bakr Al-Buqa`i (809 - 885 H).

x). Jalaluddin as-Suyuthi (849 H. - 911 H.). Ia melanjutkan penulisan kitab tafsir (yang kemudian dikenal dengan tafsir jalalain) yang disusun al-Mahalli hingga selesai.

Wafat

Jalaluddin al-Mahalli wafat pada Sabtu pagi, pertengahan Ramadhan 864 H, bertepatan dengan tahun 1459 M.


Selengkapnya
Alam, Global Warming dan Keserakahan Manusia

Alam, Global Warming dan Keserakahan Manusia

Ilstrasi kerusakan hutan

Mahatma Gandhi pernah mengatakan "Bumi (alam) telah menyediakan kecukupan untuk memenuhi kebutuhan manusia, akan tetapi semua itu tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan manusia". Tampaknya ungkapan ini menjadi peringatan bagi kita supaya sadar kembali akan apa yang telah kita lakukan kepada bumi tempat kita tinggal ini. Kebutuhan semua manusia memang dapat diperhitungkan dan dicukupi oleh sumber alam yang ada di muka bumi ini. Tetapi untuk memenuhi semua keinginan manusia yang tiada habisnya, alam tidak akan pernah bisa mencukupinya, bahkan pemaksaan terhadapnya pada kenyataannya justru akan merusak dan memperburuk keadaan alam. 

Dalam Islam terdapat tiga relasi manusia yang wajib dijalankan oleh setiap umatnya. Pertama, hubungan manusia dengan Allah (hablu min Allah), kedua, hubungan manusia dengan sesama manusia (hablu min an-nas), dan ketiga, hubungan manusia dengan alam (hablu min al alam). Ketiga hubungan ini harus diterapkan secara baik dan proporsional untuk terciptanya kehidupan yang harmonis. 

Dari ketiga hubungan di atas, sering kali manusia 'lupa' dalam menjalankan hubungan baik dengan alam. Kewajiban untuk menjaga kelestarian alam sering kali diabaikan. Alam justru hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu keserakahan manusia. Maka yang terjadi kemudian adalah terjadinya ketidakseimbangan. Alam pun menunjukkan kemarahannya, sehingga berakibat mengancam kehidupan manusia itu sendiri. Bencana alam seperti banjir besar, tanah longsor, angin topan dan bencana-bencana lain terjadi di mana-mana.

Pernahkah kita renungkan mengapa bencana-bencana itu semua bisa terjadi?. Pemanasan global menjadi faktor penting dibalik terjadinya bencana-bencana ini. Pemanasan global (Global Warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sementara di belahan bumi lain akan terjadi musim kering berkepanjangan yang disebabkan kenaikan suhu. Perubahan iklim secara global ini juga dapat berdampak pada musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati, melelehnya deretan gunung es di kutub utara dan selatan, dan naiknya permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Bahkan pada tahun 2100 diperkirakan akan banyak pulau di dunia akan tenggelam.

Sebetulnya gejala dari global warming pada awalnya merupakan gejala alam yang normal, karena pemanasan diperlukan untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku, atau dengan kata lain kalau bumi tidak mendapat pemanasan maka suhu di bumi bisa menjadi dingin membeku seperti pada zaman es yang pernah terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Pemanasan pada permukaan bumi dikenal dengan istilah ‘Efek Rumah Kaca’ atau Greenhouse Effect. Proses ini berawal dari sinar Matahari yang menembus lapisan udara (atmosfer) dan memanasi permukaan bumi.

Permukaan bumi yang menjadi panas menghangatkan udara yang berada tepat di atasnya. Karena menjadi ringan, udara panas tersebut naik dan posisinya digantikan oleh udara sejuk. Sebagian dari udara panas yang naik ke atas ditahan dan dipantulkan kembali ke permukaan oleh lapisan gas di atmosfer bumi yang terdiri dari Karbon Dioksida, Metan dan Natrium Oksida. Udara panas yang dipantulkan tersebut berfungsi untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku. Proses pemantulan udara panas untuk menghangatkan bumi inilah yang disebut dengan efek rumah kaca.

Akan tetapi proses alam yang normal ini berubah menjadi tidak sehat saat manusia mulai berulah. Aktivitas manusia yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara serta kegiatan lain yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan jumlah gas rumah kaca secara global, salah satunya gas karbon.

Aktivitas penggunaan emisi karbon seperti yang banyak dilakukan oleh sektor industri di Amerika Serikat, China, Australia, Jepang dan Rusia terbukti menjadi penyebab meningkatnya suhu panas bumi karena banyaknya produksi menggunakan energi fosil. Proses pembakaran energi dari bumi ini ternyata menghasilkan gas buangan yang berupa karbon dioksida. Otomatis, kadar lapisan gas rumah kaca yang menahan dan memantulkan kembali udara panas ke bumi menjadi semakin banyak. Kalau bumi terus menerus terkena pemanasan ini, maka efek pertama yang terjadi adalah tingginya temperatur udara. Hal ini menyebabkan suhu menjadi luar biasa panas, sehingga berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia.

Selain emisi karbon, penggunaan Chloro Fluoro Carbon (CFC) juga merupakan faktor lain penyebab terjadinya global warming ini. CFC biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol. CFC sangat kuat untuk melubangi lubang ozon, sehingga akan meningkatkan bahaya akibat radiasi ultraviolet yang mencapai permukaan bumi. Penipisan lapisan ozon ini juga menimbulkan banyak ancaman terhadap kesehatan manusia dan kehidupan di bumi. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol telah dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia.

Aktivitas manusia dalam pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab juga turut menyumbang terjadinya kerusakan alam. Sebagaimana diketahui hutan sebagai penyerap racun karbon terbesar kini telah rusak. Eksploitasi hutan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bermoral mengakibatkan hutan menjadi gundul. Penjarahan hutan atau penebangan liar juga menyebabkan deforestasi besar-besaran karena tidak diimbangi dengan pelestarian dan reboisasi.

Banyaknya hutan di bumi yang terbakar juga menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Seperti misalnya pada kejadian kebakaran hutan berskala besar di Indonesia pada tahun 1997-1998, diestimasi sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.

Dampak negatif dari kebakaran hutan dan lahan sangat dirasakan terutama oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada hutan, satwa liar (seperti gajah, harimau, dan orang utan) yang kehilangan habitatnya, sektor transportasi karena terganggunya jadwal penerbangan, dan juga masyarakat secara keseluruhan yang terganggu kesehatannya karena terpapar polusi asap dari kebakaran.

Seperti terdapat dalam satu lingkaran, selain berkontribusi terhadap akumulasi gas rumah kaca di atmosfer dengan bertambahnya emisi karbon dunia, kebakaran hutan dan lahan juga dipicu oleh meningkatnya pemanasan global itu sendiri, akan tetapi penyebab utama tetap merupakan akibat ulah manusia yang melakukan pembakaran dalam upaya pembukaan hutan dan lahan untuk hutan tanaman industri, perkebunan, pertanian atau sebagai tempat permukiman baru.

Pengendalian dan pelestarian hutan sebetulnya merupakan suatu cara yang efektif dalam penanggulangan dampak pemanasan global yang tengah terjadi. Beberapa kemungkinan penyebab emisi karbon dapat direduksi dengan penanaman kembali beberapa jenis pohon yang dapat menyerap dan menanggulangi dampak dari hal tersebut. Dengan demikian perubahan iklim serta kerugian-kerugian bagi kehidupan pun akan dapat terkendalikan dengan baik.

Berkaca dari peristiwa-peristiwa tersebut, benarlah apa yang telah difirmankan Allah dalam Surat al-Ruum ayat 41 bahwa penyebab kerusakan di bumi adalah ulah manusia sendiri yang telah berlebih-lebihan dan melampaui batas. Mereka berlomba-lomba untuk memenuhi semua keinginan nafsu yang tiada batasnya, memperkaya diri dengan menguasai alam secara semena-semena, sehingga tidak memperhitungkan dampak yang akan ditimbulkannya.

Kemajuan teknologi yang sejatinya bertujuan untuk kesejahteraan umat manusia pun tampaknya telah melenceng dari apa yang direncanakan. Penghijauan yang coba dilakukan justru hanya akan bertentangan dengan perkembangan teknologi, selama kuasa manusia tidak dibatasi dengan kesadaran kembali kepada alam. Pada titik ini tampaknya manusia tidak bisa membendung segala ambisi atau keinginannya yang terus berkembang. Ambisi untuk dapat menguasai segalanya, sampai seakan-akan tidak ada sesuatu pun yang tidak dapat dikuasainya.

Keinginan-keinginan manusia yang tidak terkendali ini telah membuatnya lupa akan tanggung jawabnya sebagai pengemban mandat Tuhan di bumi (khalifah fil ardh). Padahal jika saja kita mau berlaku baik terhadap alam, menggunakannya dengan bertanggung jawab, yakni dengan tetap menjaga akan kelestarian lingkungan hidup, niscaya keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga dengan baik dan selanjutnya akan berdampak positif pula terhadap keberlangsungan kehidupan manusia.

Sudah saatnya bagi kita untuk pahami kembali konsep menjaga hubungan baik dengan alam. Kita pahami bahwa terjadinya berbagai bencana di muka bumi ini merupakan teguran dari Allah supaya kita merasakan sebahagian dari akibat perbuatan kita, agar kita kembali ke jalan yang benar. Kita pahami bahwa ada perbedaan besar antara kebutuhan dan keinginan (syahwat). Dengan demikian, kita akan sadar bahwa semua tindakan berlebihan pada akhirnya justru akan merugikan manusia sendiri. Sesungguhnya Allah telah menciptakan alam dengan segala keseimbangannya, namun perilaku manusia sendiri yang kemudian merusaknya.



dari berbagai sumber.
Selengkapnya
Fenomena Manusia tanpa Kewarganegaraan (Stateless)

Fenomena Manusia tanpa Kewarganegaraan (Stateless)

Foto pengungsi

Berulang kali kita jumpai dalam berita perihal para pengungsi dari berbagai negara yang memasuki negara kita untuk mencari suaka sebagai tempat menumpang hidup. Pada umumnya mereka berdatangan dari negeri-negeri yang rawan konflik seperti Myanmar, Srilangka, Afganistan, ataupun dari kawasan negara timur tengah seperti Irak. Mereka tidak dapat dilindungi oleh negara asalnya karena mereka terpaksa meninggalkan negaranya. Karena itu, perlindungan dan bantuan kepada mereka menjadi tanggung jawab komunitas internasional.

Para pengungsi pencari suaka ini kebanyakan berstatus tanpa kewarganegaraan (Stateless) dan tidak jelas kewarganegaraannya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat membuktikan status kewarganegaraan mereka, ataupun karena tidak diakui lagi status kewarganegaraannya oleh negara asal mereka. Menurut Konvensi 1954 tentang Status Stateless Persons disebutkan bahwa: orang tanpa kewarganegaraan (stateless) adalah seseorang yang tidak dianggap sebagai warga oleh negara manapun di bawah operasi hukumnya.

Sebetulnya, orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan dapat dijumpai di seluruh benua dan tiap negara. Di Indonesia, fenomena manusia tanpa kewarganegaraan ini banyak dijumpai sedari dulu. Banyak kisah yang menggambarkan perjuangan mereka untuk mendapatkan identitas kewarganegaraannya. Meskipun sulit mengidentifikasi jumlah dan lokasi mereka, melalui berbagai kajian penelitian dan forum diskusi dari berbagai instansi dan elemen, dapat diketahui bahwa keadaan tanpa kewarganegaraan juga dialami oleh orang-orang berikut ini:

1. Etnis Indonesia Cina yang tidak memiliki dokumen untuk membuktikan kewarganegaraan Indonesia, karena status kewarganegaraannya tercatat secara salah dalam dokumen registrasi sipil mereka dan mereka yang tidak dikenal sebagai warga negara Cina maupun Indonesia.

2. Etnis Arab dan India yang tidak memiliki dokumen untuk membuktikan kewarganegaraan mereka atau status kewarganegaraan mereka tercatat secara salah dalam dokumen registrasi sipil mereka. 

3. Pekerja migran Indonesia yang kehilangan kewarganegaraannya berdasarkan Undang-undang tahun 1958 tentang ketentuan tinggal di luar negeri yang diperpanjang dan tidak dapat memperoleh kewarganegaraan berdasarkan Undang-undang tahun 2006.

4. Sejumlah kecil orang Indonesia yang diasingkan keluar Indonesia karena pada saat ia terkait konflik politik di tahun 1965 dan menjadi stateless.

5. Orang lainnya yang menjadi stateless karena tergolong sebagai migrant tanpa dokumen dari Cina, yang telah lama tinggal di Indonesia. Kelompok ini bermigrasi ke Indonesia tetapi tidak memiliki kewarganegaraan Indonesia karena mereka tidak lahir di Indonesia.

Baik Kementrian Dalam Negeri maupun Kementrian Hukum dan HAM, dengan bantuan komunitas sipil di Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting untuk mengatasi masalah statelessness di Indonesia. Undang-undang Kewarganegaraan 2006 yang baru memungkinkan akuisisi atau penerimaan kewarganegaraan dan penerimaaan kembali kewarganegaraan bagi orang-orang yang stateless.

Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) telah mengembangkan kerjasama dengan berbagai kementrian dan instansi pemerintah yang relevan, dengan LSM, beberapa badan PBB lainnya (UNFPA, UNICEF) dan komunitas sipil, untuk melakukan pertemuan dan diskusi individual untuk menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengidentifikasi, mengurangi dan mencegah keadaan tanpa kewarganegaraan, serta untuk memastikan perlindungan bagi orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Lebih jauh lagi, UNHCR berharap agar upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi statelessness di Indonesia dapat memfasilitasi peratifikasian Konvensi 1961 tentang Pengurangan Keadaan tanpa Kewarganegaraan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.

Dalam lingkup internasional, sejak tahun 2014 yang lalu UNHCR juga telah mencanangkan kampanye untuk menghentikan stateless atau warga dengan status tidak berkewarganegaraan di seluruh dunia dalam waktu 10 tahun terakhir. Pada saat ini diperkirakan terdapat sekitar 10 juta orang dengan status tidak berkewarganegaraan, tidak berkebangsaan, dan tidak memiliki paspor. Peristiwa semacam ini pastinya menyebabkan penolakan akses pelayanan kesehatan, pendidikan, dan hak-hak berpolitik.

Sementara itu anak-anak yang lahir di tempat-tempat pengungsian juga sering tidak memiliki hak mendapat status kewarganegaraan dan tidak mendapat kesempatan untuk kembali ke negara orang tua mereka untuk mendapat klaim kewarganegaraan di sana. Oleh karenanya, UNHCR ingin mengakhiri ini dengan memberikan status kewarganegaraan untuk anak-anak tanpa kewarganegaraan dan juga menawarkan pemberian status kewarganegaraan kepada etnis minoritas. Sebagaimana diketahui, etnis minoritas seperti komunitas Rohingya Birma juga tidak mendapatkan status kewarganegaraan mereka.

PBB juga berjanji untuk mengatasi masalah ini dengan mengadopsi Konvensi 1954 sehubungan dengan Status Tanpa Kewarganegaraan dan Konvensi 1961 tentang Pengurangan (warga berstatus) Tanpa Kewarganegaraan. Semoga dengan dicanangkannya semua program ini, harapan untuk bisa mengakhiri fenomena orang-orang dengan status tanpa berkewarganegaraan ini dapat berhasil.



dinukil dari berbagai sumber
Selengkapnya
Pengajaran dalam Kisah

Pengajaran dalam Kisah

Ilustrasi guru bercerita

Mendengarkan kisah atau dongeng adalah kegiatan yang menyenangkan. Mendongeng atau berkisah biasanya dilakukan oleh para guru untuk menenangkan murid-muridnya. Biasanya dengan mendongeng, suasana yang tadinya ribut akan berubah menjadi tenang. Murid-murid juga akan mendengarkan dengan penuh kesungguhan. Bahkan adakalanya mereka lebih antusias mendengarkan dongeng ketimbang pelajarannya.

Sebenarnya mendengarkan dongeng atau kisah tidak hanya menarik bagi anak-anak saja. Semua orang baik yang muda ataupun yang tua pada dasarnya suka dengan dongeng (cerita). Tampaknya kesenangan kita untuk mendengarkan atau membaca sebuah cerita adalah fitrah. Kita bisa melihat betapa pada masa kini banyak orang yang gandrung dengan tayangan film atau serial sinetron di televisi yang pada dasarnya merupakan media bercerita atau berkisah. Hanya saja memang belum tentu media bercerita tersebut membawa efek positif bagi pemirsanya. 

Istilah kisah dan dongeng mungkin sedikit berbeda maknanya. Meskipun begitu, keduanya membawa maksud dan tujuan yang sama. Terlepas dari isinya yang merupakan berdasar kejadian nyata atau pun hanya karangan belaka, baik kisah ataupun dongeng sejatinya mengandung nilai-nilai pengajaran yang bisa diambil oleh pendengar atau pembacanya.

Berkisah merupakan salah satu media pengajaran, karena tujuan utama berkisah atau mendongeng adalah agar pendengar bisa mengambil pelajaran dari kisah yang diceritakan. Meskipun demikian, media berkisah ini memiliki keistimewaan tersendiri dibanding media pengajaran yang lain. Keistimewaannya adalah karena berkisah sangat jauh dari kesan menggurui. Pendengar atau pembaca kisah tidak merasa digurui oleh pembawa kisah karena memang yang menjadi guru adalah kisah itu sendiri. Pendongeng atau pembawa kisah juga tidak langsung menunjuk kepada pendengar atau pembacanya, tetapi dia mengajak untuk melihat bersama-sama isi dari sebuah cerita. Dari isi cerita inilah pengajaran itu didapat. 

Jika kita cermati sebenarnya Allah pun banyak menggunakan media bercerita atau berkisah dalam mendidik kita sebagai hamba-hambaNya. Buktinya banyak kita jumpai dalam al-Qur'an betapa banyak kisah-kisah pada masa lalu yang Allah ceritakan kepada kita. Bahkan demikian pentingnya arti kisah di dalam Alqur’an sampai ada sebuah surat yang dinamakan dengan surat Al-Qashas (kisah-kisah). Rasulullah pun dalam haditsnya juga banyak yang berisi sebuah kisah. Tentunya kisah-kisah yang disebutkan dalam kitab pedoman umat Islam ini berisi banyak sekali pengajaran untuk kita semua.

Kisah adalah guru yang bertindak seperti cermin bagi siapa saja yang mendengar atau membacanya. Dengan mendengar atau membaca kisah, kita akan jadi tahu diri setelah melihatnya pada diri kita sendiri. Kita menjadi tahu akan kesalahan dan kekurangan apa yang mesti diperbaiki dalam diri. Kita juga menjadi sadar untuk bisa selalu menempatkan diri dan menjaga diri di tengah-tengah goncangan kehidupan yang rumit ini. 

Sesungguhnya metode berkisah juga dapat menyentuh daya rasa, daya pikir dan keakuan (ego) yang ada pada diri manusia. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa metode berkisah sangat menarik dan disenangi oleh masyarakat kita. Mereka dengan senang hati (tanpa perlu paksaan) untuk mengikuti sebuah cerita, baik mendengarkannya atau membacanya. Inilah yang dimaksud bahwa cerita mampu menyentuh rasa manusia yakni rasa senang. Hal ini sangat penting karena kebanyakan orang hanya mau mendengarkan apa yang mereka sukai bukan apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Karena berkisah sangat disenangi oleh masyarakat kita maka metode ini dapat kita jadikan pembuka pintu bagi pembinaan generasi. 

Berkisah juga dapat menyentuh daya pikir manusia, karena melalui kisah kita akan lebih mudah memahami suatu ajaran. Hal ini seperti seorang guru yang memberi contoh-contoh soal setelah memberikan rumus tertentu. Belajar dari kisah akan memudahkan pikiran kita untuk memahami makna dan maksud yang terkandung dari suatu peristiwa atau kejadian. Jadi berkisah berusaha memberikan analog-analog bagi suatu ajaran yang kadang-kadang sangat sulit dipahami oleh akal kita. Oleh karenanya berkisah akan mempertajam kecerdasan.

Selain itu berkisah juga dapat menyentuh ego (keakuan) dalam diri kita. Ego adalah sumber kekuatan kita untuk mau mengamalkan sesuatu yang kita yakini sebagai kebenaran. Kisah memberi contoh kepada kita suatu gambaran tentang bagaimana menjalani kehidupan. Kisah juga mengajarkan kepada kita untuk dapat memahami dan menyikapi pencapaian dan kegagalan, keberanian dan kepengecutan, serta kejujuran dan pengkhianatan. 

Kisah mengajarkan kepada kita bagaimana memahami dan mengamalkan nilai kebijaksanaan yang merupakan hasil dari nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan nilai-nilai keindahan. Dengan membaca atau mendengarkan kisah maka seakan kita diberi contoh bagaimana nilai-nilai kebijaksanaan itu diamalkan. Selain itu berkisah juga dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mempertajam kemauan kita untuk mengamalkan ajaran-ajaran yang mulia itu. 

Memang tidak semua kisah membawa dampak baik bagi kehidupan kita. Hal ini karena tidak semua kisah mengandung nilai-nilai hikmah kebijaksanaan. Banyak juga kisah-kisah yang justru membawa kita kepada pemahaman kehidupan yang keliru. Sebagai contoh kita bisa melihat akibat dari kisah-kisah yang terkandung di dalam film dan sinetron yang justru membawa kita ke arah kehidupan yang materialistis dan egoistis. Oleh karenanya kita juga harus bisa memilih mana kisah yang mencerahkan, menginspirasi, dan memotivasi, bukannya kisah yang menggelapkan, menumpulkan dan melemahkan potensi yang ada dalam diri kita. 

Hanya kisah yang mengandung hikmah kebijaksanaan lah yang tepat untuk mendidik generasi muda kita agar mampu berpikir jernih dan tajam serta berkemauan kuat untuk mengamalkan hasil pemikirannya itu. Sehingga dengan demikian kiranya Allah memberi petunjuk kepada kita untuk dapat menilai sesuatu itu benar atau salah, serta dengannya pula Allah berkenan memberi kita kekuatan agar dapat bersikap secara tepat mengikuti kebenaran dan menjauhi kebathilan. Insya Allah. 



disarikan dari Wisata Cinta, karya Mustamir.
Sumber gambar: okezone.com
Selengkapnya
Tradisi Panen Padi di Desaku

Tradisi Panen Padi di Desaku

Ilustrasi panen padi
Ilustrasi panen padi. 

Hamparan sawah yang sebelumnya hijau kini telah berubah menguning. Ya, beberapa hari ini di desaku Candiwulan sedang memasuki musim panen. Berhektar-hektar padi milik para petani telah siap untuk dipanen. Ketika musim panen tiba, sawah akan berubah menjadi ramai tidak seperti hari-hari biasanya. Orang-orang datang berduyun-duyun menuju sawah untuk memanen hasil sawahnya.

Meskipun panen tidak selalu mendapat hasil melimpah, karena adakalanya tanaman padi diserang hama seperti tikus, wereng ataupun hama lainnya, panen bagi petani tetap menjadi berkah dan rezeki yang harus selalu disyukuri. Begitu pula pada masa panen kali ini. Banyak tanaman padi yang diserang hama wereng, sehingga para petani harus cepat-cepat memanen hasil padinya. Beruntung meskipun ada sebagian padi yang terserang, masih banyak yang bisa terselamatkan. 

Panen tidak hanya menjadi rezeki bagi orang yang punya sawah, tetapi panen juga memberikan rezeki bagi orang lain. Sudah menjadi tradisi di daerah saya tinggal, bahwa setiap musim panen tiba, maka akan ada banyak orang yang menawarkan jasanya untuk membantu memanen padi. Mereka biasanya datang bukan hanya dari warga desa sendiri, tetapi juga banyak yang dari desa tetangga. Bahkan dulu banyak juga orang-orang dari wilayah pegunungan seperti daerah Pandansari yang datang bersepeda untuk ikut membantu panen padi di desaku ini. Sampai-sampai banyak warga di desaku yang  setiap musim panen berlangganan menggunakan jasa mereka. Tetapi sekarang hal ini sudah jarang terlihat.

Kegiatan ikut membantu panen ini di daerah saya biasa disebut dengan istilah derep. Derep biasanya dilakukan berkelompok, meskipun kadang ada pula yang memanen padi hanya berdua atau bahkan sendiri. Derep pada masa kini juga lebih banyak didominasi kaum laki-laki, meskipun kadang juga ada kaum wanita yang ikut. Biasanya selagi para tukang derep atau orang-orang yang ikut membantu panen ini bekerja, pemilik padi akan datang ke sawah membawa kiriman makan untuk mereka. Pada masa lalu para tukang derep ini menggunakan sepeda onthel untuk membawa padi hasil panen dari sawah menuju desa atau ke rumah pemilik sawah. Tetapi sekarang sebagian besar dari mereka telah membawa sepeda motor, sehingga pekerjaan membawa hasil panen ini menjadi lebih mudah, ringan, dan cepat.

Memang panen padi pada masa kini berbeda dengan panen pada masa dulu. Perkembangan alat dan teknologi pertanian membuat cara panen kini lebih cepat dan praktis. Pada masa lalu, panen padi dilakukan secara tradisional menggunakan alat yang disebut ani-ani. Meskipun masih ada, namun alat ini sekarang sangat jarang dijumpai.

Ani-ani adalah alat dari sekeping kayu dan bambu kecil dengan sebilah logam tajam di pinggir kayu yang berfungsi sebagai pisau. Dengan ani-ani, tangkai bulir padi dipotong satu-persatu. Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh kaum wanita atau ibu-ibu ini memang memakan banyak waktu, namun keuntungannya bulir padi yang belum masak tidak ikut terpotong. Setelah tangkai padi dipetik dan dikumpulkan, bulir padi kemudian dipisahkan dari batangnya menggunakan alu atau alat pemukul kayu. Kemudian agar buliran padi tidak ada yang tersisa di tangkainya maka proses selanjutnya digilas dengan kaki.

Dalam perkembangannya, cara memanen menggunakan ani-ani ini kemudian berganti menggunakan sabit atau arit. Dengan sabit, semua batang padi dibabat dengan menggunakan sabit. Setelah batang padi dibabat, bulir padi kemudian dipisahkan dari tangkainya dengan cara dipukul-pukulkan pada alat dari papan kayu sampai semua bulir padi rontok. Proses ini di desa saya disebut dengan istilah gepyok. Biasanya untuk menghemat waktu, para tukang derep yang berkelompok berbagi tugas, ada yang bertugas memotong padi, mengumpulkan, menggepyok, memasukan padi ke dalam karung, hingga yang memanggulnya untuk diangkut dengan sepeda menuju desa. 

Seiring berganti zaman, cara merontokan padi dengan gepyok pun kemudian berganti menjadi cara yang lebih praktis, yakni menggunakan alat yang disebut mesin rontok. Sistem kerja mesin rontok memanfaatkan putaran poros roda seperti halnya pada sepeda onthel. Poros roda yang dipasangi kayu berbentuk silinder ini diberi ratusan ujung paku yang lancip. Ujung-ujung paku yang berputar inilah yang berfungsi merontokan padi ketika didekatkan, sehingga bulir-bulir padi terpisah dari tangkainya. 

Pada awalnya mesin rontok ini digerakkan dengan mengayuh pedal yang terhubung dengan rantai seperti halnya pada sepeda onthel. Namun karena untuk membuat poros silinder terus berputar pedal harus terus dikayuh, akhirnya pada masa kini kayuhan pedal kemudian diganti dengan mesin berbahan bakar bensin, sehingga lebih otomatis dalam menggerakan poros silinder. Cara ini tentunya lebih cepat dan lebih menghemat tenaga dibanding cara manual yakni dengan mengayuhnya. Model mesin rontok seperti inilah yang kini banyak dipakai oleh para tukang derep di desaku. 

Sebetulnya masih ada alat lain untuk panen yang musim lalu pernah dicoba dipakai di desaku, yaitu menggunakan mesin seperti mesin traktor yang bisa dikendarai. Prinsip kerja mesin canggih ini juga terlihat lebih efisien, rapi dan cepat, karena dari proses pemotongan sampai perontokan padi dilakukan oleh mesin. Tetapi penggunaan mesin ini menghilangkan tradisi yang ada, yaitu tradisi gotong royong seperti yang dilakukan oleh para tukang derep.

Biasanya ketika sedang musim panen, kadang ada beberapa penjual es dawet yang berjualan di sawah. Mereka berjalan menyusuri galengan (jalanan setapak di sawah) dengan memikul es dawet dagangannya. Mereka biasanya berjalan mendekati setiap rombongan tukang derep yang sedang memanen padi untuk menawarkan dagangannya. Dan yang unik adalah untuk membelinya tidak menggunakan uang, melainkan menggunakan gabah atau padi sesuai takaran tertentu. Selain penjual es dawet, kadang juga ada penjual rokok, gorengan atau makanan-makanan kecil lainnya. Pemandangan seperti ini masih bisa dijumpai hingga saat ini.

Setelah padi atau gabah hasil panen dimasukan ke dalam karung, padi dibawa dari sawah menuju desa menggunakan sepeda motor. Selanjutnya di depan pemilik sawah padi ditimbang dan kemudian ditentukan upah bagi masing-masing tukang derep. Upah ini berupa padi dari hasil panen yang disebut dengan istilah bawon. Pemberian bawon ini ditentukan berdasarkan ukuran atau takaran yang berlaku dari banyak sedikitnya padi yang dihasilkan.

Tahap terakhir sebelum padi dijual atau disimpan di lumbung adalah proses penjemuran. Penjemuran biasanya dilakukan di tanggul (jalanan lebar di sawah), lapangan, halaman depan rumah, atau tempat mana saja yang banyak terkena panas matahari. Lama penjemuran biasanya tergantung cuaca. Jika seharian panas mungkin dua hari cukup. Tetapi jika cuaca berubah-ubah, atau bahkan turun hujan, penjemuran bisa memakan waktu tiga sampai empat hari.

Proses penjemuran ini dilakukan dengan meratakan padi pada gelaran atau alas tempat khusus untuk menjemur padi. Pada saat penjemuran ini padi harus sering diorak-arik dengan semacam alat dari kayu agar padi cepat kering. Selain itu padi juga dibersihkan dari sisa-sisa jerami yang terbawa dengan menggunakan sapu lidi. Proses terakhir setelah padi kering adalah padi disilir untuk kembali membersihkan padi dan memisahkan padi yang berisi dengan padi yang gabug atau tidak berisi. Proses penyiliran ini bisa dilakukan dengan cara alami maupun menggunakan mesin kipas angin. Biasanya untuk proses alami dilakukan di keteb (pinggiran desa dekat sawah) atau di lapangan dengan memanfaatkan hembusan angin yang ada, sedangkan proses dengan kipas angin bisa dilakukan di rumah sendiri. Setelah bersih, padi siap untuk dijual atau siap masuk ke dalam lumbung.

Panen pada musim kali ini sebetulnya terjadi pada musim sadhon atau memasuki musim kemarau, tetapi entah mengapa kemarau kali ini sepertinya agak mundur karena masih kadang terjadi turun hujan. Panas juga tidak merata karena langit kadang tertutup awan. Beruntung hujan biasanya terjadi pada sore atau malam hari, sehingga tidak banyak mempengaruhi proses penjemuran.

Tetapi bisa lain ceritanya jika panen terjadi pada saat musim rendheng atau musim hujan. Sering kejadian saat tengah hari ketika sedang menjemur padi tiba-tiba hujan turun. Orang-orang dibuat kalang kabut menyelamatkan padi jemuran mereka. Tetapi pada saat terjadi hal seperti ini, biasanya tetangga-tetangga yang belum punya jemuran padi dan tidak sedang sibuk turut membantu menyelamatkan padi dari kebasahan. Inilah bentuk sosialitas dan gotong royong saling tolong menolong yang masih terjalin erat diantara warga desa.

Demikianlah tradisi panen yang ada di desaku. Tentunya tradisi ini juga tidak jauh berbeda dengan yang ada di desa-desa lainnya. Tradisi panen dari proses pemotongan padi di sawah sampai masuk lumbung banyak menyimpan kearifan lokal yang nilai-nilainya patut diteladani. Tradisi gotong royong dan saling tolong menolong telah mendarah daging dan menjadi keseharian bagi masyarakat jawa. Semoga tradisi seperti ini tetap terjaga.

Selengkapnya
Tanda-Tanda Tubuh Kekurangan Nutrisi

Tanda-Tanda Tubuh Kekurangan Nutrisi

Kurang nutrisi

Kesehatan merupakan nikmat yang harus selalu kita syukuri. Namun kesehatan akan terganggu manakala tubuh kita kekurangan nutrisi. Kekurangan gizi (malnutrisi) merupakan gangguan kesehatan serius yang terjadi ketika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup. Padahal, nutrisi ini sangat penting agar tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Makanan merupakan sumber energi sekaligus sumber nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita, semakin sedikit kita makan semakin sedikit nutrisi yang kita peroleh, tetapi semakin banyak makan itu pun tidak menjamin kita mempunyai nutrisi yang baik untuk tubuh, jika asupan tubuh bukanlah makanan yang bergizi maka sama saja tubuh tetap kekurangan nutrisi. 

Banyak dari kita yang seringkali tidak menyadari ketika tubuh kekurangan nutrisi. Oleh karenanya perlu bagi kita untuk selalu menjaga tubuh agar tetap sehat, dan pastikan kita menyadari tanda-tanda tubuh yang kekurangan nutrisi. Dikutip dari berbagai sumber, berikut tanda-tanda tubuh  kekurangan nutrisi:

1. Sulit sembuh atau disebut juga Delayed healing, yaitu kekurangan nutrisi yang terjadi ketika kita luka atau cedera, namun luka atau cedera tersebut lama sembuhnya. Jika terjadi demikian maka harus kita pastikan untuk selalu makan yang cukup dan bagi yang menjalani diet ketat maka perlu ditinjau ulang atau hentikan dulu sesaat, sebab kalori dan protein banyak dibutuhkan untuk proses penyembuhan.

2. Rambut mudah rontok, ditandai dengan rambut yang mudah sekali rontok atau rambut lebih cepat rontok dari biasanya. Kekurangan protein, kekurangan lemak, dan kurangnya vitamin B dari biji-bijian seperti gandum merupakan penyebab rambut mudah rontok. Untuk mengatasinya pastikan tubuh kita untuk mendapatkan cukup protein, lemak sehat, dan sumber-sumber yang baik dari karbohidrat glisemik rendah. Pastikan juga untuk mengonsumsi suplemen B sebagai gantinya. 

3. Tulang terlihat menonjol, juga termasuk salah satu tanda-tanda utama gejala awal kurang nutrisi. Tulang yang terlihat menonjol biasanya terjadi pada tulang dada atau punggung. Berat badan yang menurun menunjukan tubuh tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup. Tubuh kita kekurangan lemak yang menyebabkan tubuh terlihat lemah dan kurus.

4. Kuku mudah patah atau rapuh. Kuku yang mudah sekali patah, mengelupas atau bahkan berdarah adalah tanda lain tubuh kehilangan nutrisi penting. Kekurangan magnesium adalah salah satu penyebab terjadinya kerusakan kuku ini. Untuk mencegah hal tersebut pastikan tubuh kita untuk mendapatkan nutrisi yang cukup, terutama protein yang sehat, seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Mengonsumsi buah-buahan seperti alpukat dan pisang, sayuran terutama semua sayuran hijau juga dapat mengatasi hal ini.

5. Gigi rusak, seperti gigi yang mengikis, gusi berdarah, atau bau napas yang tidak enak terus menerus bersamaan dengan gejala-gejala lainnya. Segala jenis infeksi gigi yang tidak hilang merupakan tanda-tanda kekurangan nutrisi. Terlalu banyak makanan yang mengandung gula bisa menjadi penyebab utamanya. Oleh karenanya cukupi nutrisi dan perbanyak asupan vitamin C terutama untuk gusi berdarah.

6. Lidah pecah-pecah atau lidah seperti terbelah-belah ini bisa terjadi karena tubuh kekurangan vitamin B. Oleh karena itu perbanyaklah makan ikan dan juga tambahkan kedelai dalam menu makan.

7. Kulit kering, memang bisa juga disebabkan terlalu lama berada ditempat yang dingin seperti tempat ber AC, di puncak gunung dan tempat-tempat dingin lainnya. Tetapi kulit kering juga bisa terjadi karena makanan yang kita konsumsi kurang mengandung vitamin A. Oleh karenanya cukupi nutrisi yang mengandung vitamin A, seperti sarapan dengan perpaduan mentega yang ternyata banyak mengandung vitamin A.

8. Tangan terasa dingin, maksudnya adalah tangan yang gampang dingin. Ini terjadi karena tubuh kekurangan yodium. Untuk mengantisipasi hal ini perlu kita tambahkan menu makanan dari laut, seperti rumput laut, udang-udangan atau makanan lainnya seperti cranberry, yogurt dan kentang.

9. Penuaan dini. Sebuah studi menunjukkan bahwa kualitas makan yang buruk dapat menyebabkan penuaan dini. Oleh karenanya biasakan untuk mulai perbanyak mengkonsumsi vitamin A, E dan makanan yang mengandung banyak antioksidan, diantaranya terdapat pada buah-buahan dan sayuran.

Demikianlah informasi mengenai tanda-tanda tubuh kekurangan nutrisi. Semoga kita semakin peduli terhadap kesehatan tubuh kita dengan memberi asupan makanan yang baik dan kaya nutrisi. Sekian.




Sumber dari sinisini, dan sini.
Selengkapnya
Emansipasi Wanita dalam Islam

Emansipasi Wanita dalam Islam

Ilustasi wanita

Di era modern ini, pembahasan mengenai emansipasi wanita selalu menjadi topik pembicaraan yang banyak dikupas oleh kalangan para akademis Muslim. Penyetaraan hak dalam berbagai bidang antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai solusi untuk mengangkat derajat kaum wanita yang katanya selama ini "termarjinalkan" oleh kuasa kaum pria. Tetapi bagaimanakah sebenarnya emansipasi wanita dalam pandangan Islam?

Terciptanya laki-laki dan perempuan merupakan kuasa dan kebijaksanaan Allah. Kebijaksanaan Allah sebagai Sang Maha Mengatur ini tidak mungkin salah dan tersalahkan. KebijaksanaanNya ini juga tidak mungkin terkalahkan oleh siapa pun, di mana pun dan sampai kapan pun. Allah Maha Tahu untuk apa manusia, baik laki-laki atau pun perempuan diciptakanNya dan Allah Maha Tahu pula bagaimana mengatur kedua jenis manusia ini.

Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan dibekali persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Masing-masing diciptakan sedemikian rupa sehingga keduanya dapat bekerja sama di dalam kebedaan dan kesamaannya untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah di bumi Allah, sebagai makhluk yang paling besar peranannya memelihara kehidupan di muka bumi.

Selama ini masih ada yang beranggapan bahwa Islam bersikap tidak adil antara perlakuan kepada laki-laki dan perempuan. Mereka memandang bahwa peran kaum perempuan sangat dibatasi dalam kehidupan ini. Anggapan seperti ini sebetulnya menunjukan masih dangkalnya pemahaman kita terhadap prinsip-prinsip ajaran Islam secara keseluruhan. Selain itu pandangan seperti ini juga agaknya banyak dipengaruhi oleh kurangnya pengertian terhadap hak-hak perempuan dalam Islam, karena lebih banyak orang berbicara tentang kewajiban-kewajiban perempuan saja.

Padahal sebenarnya, Islam juga memberikan peranan bagi kaum perempuan dalam berbagai bidang kehidupan yang cukup luas. Bukan saja di dalam urusan biologis dan alamiah semata, tetapi di dalam bidang-bidang lain, perempuan juga punya peranan sebagaimana kaum laki-laki punya peranan.

Hanya saja memang ada perbedaan besar kecilnya peranan di dalam suatu bidang tertentu, sesuai dengan sifat-sifat yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Adakalanya di suatu bidang perempuan punya peranan lebih besar dan adakalanya di bidang lain laki-laki punya peranan lebih besar. Kecilnya peranan pada bidang tertentu bukan berarti kelemahan secara keseluruhan, karena pada bidang yang lain mungkin perannya justru lebih besar.

Sebagai contoh kita umpamakan dalam kehidupan berkeluarga. Peranan laki-laki di dalam bidang pencarian nafkah memang lebih besar, tetapi peranan perempuan di dalam bidang pendidikan anak serta pemeliharaannya juga lebih besar. Artinya, baik laki-laki maupun perempuan punya peranan yang sama-sama besar di dalam memelihara kesejahteraan keluarga dan rumah tangga. Dalam rumah tangga, laki-laki sebagai suami merupakan orang pertama sedangkan perempuan atau istri adalah orang kedua. Suami memikul beban tanggung jawab sepenuhnya ke luar, sedangkan istri mengurus tanggung jawab ke dalam. Inilah garis besarnya.

Secara keseluruhan, peranan perempuan dan laki-laki di dalam semua bidang kehidupan adalah sama besar. Adanya perbedaan besar-kecilnya peranan ini sesuai dengan perbedaan sifat dan keadaan masing-masing, tegasnya yakni sesuai dengan kebijaksanaan Allah Yang Maha Kuasa. Tidak ada satu pun segi bidang kehidupan manusia yang tidak memerlukan peranan perempuan, baik langsung atau tidak langsung, karena memang sekian banyak segi bidang kehidupan manusia itu satu sama lain selalu ada hubungannya, tidak ada yang secara mutlak berdiri sendiri.

Dalam menilai peranan dan hasil karya perempuan, sering kali kita terpengaruh oleh "gemerlapnya" lahir, atau apa yang tampak mencolok saja. Umpamanya: Seorang perempuan tokoh organisasi, pandai berpidato, sibuk ke sana kemari, dinilai lebih tinggi prestasi dan peranannya daripada seorang ibu yang tidak banyak keluar rumah, tetapi tekun memelihara rumah-tangga, mendidik putra-putrinya sehingga berhasil menjadi manusia-manusia yang baik, yang berguna untuk masyarakat, negara dan agama.

Penilaian ini belum tentu tepat dan belum tentu benar. Pernahkah kita renungkan "Berapa nilai sukses mendidik seorang anak menjadi orang baik? dan berapa pula nilai sukses menyelenggarakan suatu pertemuan atau rapat dengan baik?". Banyak perempuan yang disibukkan dengan aktivitas di luar rumah, tetapi kehidupan rumah tangganya justru terbengkalai dan anak-anak tidak terurus selayaknya. Kiranya kita masih perlu beberapa kali berpikir dan mempertimbangkan pilihan mana yang sebenarnya lebih penting.

Memang aktivitas di luar rumah, menjadi wanita karir, aktivis organisasi dan sebagainya juga penting, tetapi itu semua juga harus berjalan dengan seimbang. Kegiatan di luar rumah tangga oleh seorang istri sudah pasti tidak akan sebebas yang bisa dilakukan oleh seorang suami. Hal ini tidak dapat dianggap sebagai suatu ketidakadilan. Bahkan sebaliknya menyamaratakan kesempatan bergerak di luar rumah tangga bagi suami dan istri secara umum, justru akan merusak ketertiban hidup kemanusiaan, karena hal ini bertentangan dengan sifat-aifat dan kepentingan hidup manusia yang telah ditetapkan, dicipta dan diatur oleh Allah Yang Maha Bijaksana.

Islam tidak pernah mengekang peran dan kebebasan berekspresi kaum wanita. Banyak peran dan tugas yang bisa digarap oleh perempuan, mulai dari bidang politik, pendidikan, sosial dan sebagainya sampai kepada perdagangan. Semuanya tidak dilarang oleh Islam, bahkan adakalanya dianjurkan. Seperti misalnya di dalam mencari ilmu adalah sama wajibnya atas laki-laki dan perempuan. Bahkan istri-istri Nabi pernah mendapat tugas ambil bagian di dalam bidang pertahanan negara secara langsung ikut ke medan perang. Istri-istri Nabi juga naik kuda, naik unta, belajar, memanah dan sebagainya.

Hanya saja di dalam segala kegiatan ini harus tetap dipelihara kesopanan dan hukum-hukum agama di dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang akan banyak dialami di dalam kegiatan-kegiatan di luar rumah tangga. Kesimpulannya, Islam membuka pintu bagi perempuan untuk beraktivitas di berbagai bidang, dengan syarat atas persetujuan suami dan terpeliharanya kepentingan hidup berumah tangga dalam arti sebenarnya.

Akhirnya, perlu ditegaskan kembali bahwa emansipasi bukanlah berarti kesamaan mutlak di dalam segala hal, tetapi hakikat emansipasi menurut Islam haruslah berarti:

1. Keseimbangan antara hak dan kewajiban yang sesuai dengan sifat, bakat, minat dan kepentingan masing-masing dan sekaligus kepentingan bersama,

2. Bukan "mempertemukan peranan" atau "mencampuradukannya" sampai masing-masing menjadi "setengah laki-laki" dan "setengah perempuan" atau "laki-laki semua" dan "perempuan semua",

3. Pemeliharaan eksistensinya masing-masing secara terhormat.

Islam adalah agama yang membawa kemaslahatan bagi umatnya. Islam mengatur dan memberikan masing-masing peranan kepada laki-laki dan perempuan untuk kemaslahatan bersama di kehidupan ini. Islam memberikan kedudukan, peranan, hak, kewajiban dan peraturan kepada perempuan untuk dapat menjadi "perempuan sejati", demikian pula kepada laki-laki, supaya dapat menjadi "laki-laki sejati". Peranan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan tidak kalah pentingnya dengan peranan laki-laki. Masing-masing memiliki peran yang saling mengisi dan diatur untuk kemaslahatan bersama menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.



Disarikan dari Fikih Perempuan Praktis, karya KH. Abdul Muchith Muzadi.
Selengkapnya