Catatan Perjalanan Ziarah Wali Jawa Tengah

Catatan Perjalanan Ziarah Wali Jawa Tengah


Menjelang bulan ramadhan, sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian umat Muslim di Indonesia untuk berziarah ke makam para leluhur dan para Wali yang tersebar di seantero penjuru negeri. Di antara yang sering menjadi tujuan tempat berziarah adalah makam para wali yang tergabung dalam walisongo. Selain makam para walisongo, banyak pula makam wali-wali lain di sejumlah daerah yang juga ramai menjadi tempat tujuan berziarah, biasanya hal ini juga dengan mempertimbangkan waktu dan jarak tempuh yang tidak terlalu lama.

Jumat 27 Mei 2016, atau 10 hari sebelum puasa ramadhan 1437 H, saya bersama rombongan dari majlis ta'lim Darussalam Satinem di desa saya, Candiwulan, berkesempatan untuk melakukan perjalanan ziarah ke makam para wali yang khususnya berada di wilayah Jawa Tengah. Tujuan yang kami tuju adalah makam Raden Santri dan Simbah Dalhar di Gunungpring Magelang, Raden Patah dan Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Muria dan Sunan Kudus di Kudus, Syaikh Subakir di Gunung Tidar Magelang dan terakhir Syaikh Imam Puro di Purworejo.

Sekitar jam 2 sehabis dhuhur, kami serombongan sekitar 60 orang berangkat dari desa dengan menggunakan satu bus besar. Perjalanan awal kami lalui melewati jalan utama arah Kebumen-Magelang. Setibanya di daerah Salaman Magelang, yaitu sekitar jam setengah 5 sore, bus berhenti di depan sebuah masjid dan rombongan turun untuk melakukan shalat ashar. Kebetulan juga setelah berhentinya bus kami, berhenti juga 2 bus lain yang juga membawa rombongan ziarah dari Kebumen juga, yaitu dari daerah Klirong. Jumlah penumpang bus yang membludak membuat masjid yang tidak terlalu besar itu akhirnya menjadi penuh sesak oleh rombongan ziarah. Rombongan kami akhirnya shalat bergantian dengan rombongan lain itu.

Selepas shalat ashar, perjalanan bus kami lanjutkan, begitu pula dengan 2 bus rombongan lain itu. Sepanjang perjalanan bus kami beriringan dengan bus dari rombongan lain itu, hingga akhirnya kami sampai di daerah Muntilan Magelang. Memasuki waktu maghrib, kami niat untuk jama' ta'khir shalat maghrib dan Isya'. Dari kota Muntilan, perjalanan mulai melewati jalan yang agak kecil dari jalan utama, sampai akhirnya sekitar jam setengah 7, kami sampai di lokasi ziarah makam pertama, yaitu pemakaman di Gunung Pring, Muntilan, Magelang.

Gunungpring adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang. Konon dinamakan Gunungpring karena di tengah-tengah desa ada sebuah bukit yang banyak ditumbuhi pring (pohon bambu) yang sangat rimbun. Gunungpring memiliki ketinggian 400 m diatas permukaan air laut. Jika siang hari, dari puncak Gunungpring kita dapat melihat kota Muntilan dan hamparan pemandangan alam yang luas, udara yang sejuk, dan terlihat pula dari kejauhan jajaran pegunungan menoreh yang indah.

Gerbang makam Auliya Gunungpring
Gerbang Makam Auliya Gunungpring

Di atas puncak Gunungpring ini, terdapat kompleks makam yang biasa menjadi tempat tujuan berziarah. Tercatat ada beberapa nama Auliya, Ulama dan tokoh-tokoh terkenal dari masa lalu yang dimakamkan di sini. Di antaranya yaitu salah seorang Wali tanah Jawa, yakni Kyai Raden Santri (Pangeran Singosari Mataram) yang masih keturunan Raja Majapahit. Makam yang termasuk Wewengkon Kagungan Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu disebut juga PUROLOYO (makamnya keturunan raja).

Kyai Raden Santri adalah seorang Ulama penyebar agama Islam di sekitar gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan deretan pegunungan Menoreh di sepanjang Kali Progo. Beliau yang juga bergelar Pangeran Singasari adalah putra dari Kyai Ageng Pemanahan yang masih keturunan Prabu Brawijaya Majapahit.

Menjelang kerajaan Mataram berdiri, Kyai Raden Santri pernah menjabat sebagai Senopati Perang yang bertugas mengajarkan shalat kepada para prajurit. Saat berada di sebuah dusun dan hendak mengajarkan shalat kepada para prajurit, Kyai Raden Santri tidak menemukan air untuk berwudlu'. Kemudian Kyai Raden Santri berdoa kepada Allah agar diberikan air. Lalu Kyai Raden Santri membuat sendang dengan tongkatnya, dan dengan izin Allah, sendang itupun memancarkan air, bahkan hingga kini sendang tersebut tidak pernah berhenti memancarkan air, bahkan di musim kemarau sekalipun. Sendang itu kini terletak di dusun Kolosendang, desa Ngawen, kecamatan Muntilan, kabupaten Magelang.

Setelah menetap di Dusun Santren pada tahun 1600 M, Kyai Raden Santri sering menyepi untuk bermujahadah di bukit Gunungpring. Saat perjalanan pulang ke dusun Santren, beliau melewati sungai yang terjadi banjir sangat besar. Kemudian Mbah Raden Santri berkata, “Air berhentilah kamu, aku akan lewat.” Maka banjir itu berhenti dan berubah mengeras hingga menjadi batu–batu cadas dan menonjol. Sampai sekarang dusun tempat tersebut dikenal dengan nama Watu Congol (batu yang menonjol) dan sekarang berada di Muntilan, dekat dengan Gunungpring. Karena keistimewaan dan jasanya dalam penyebaran agama Islam, sampai sekarang ini banyak masyarakat yang datang berziarah ke makam Mbah Raden Santri.

Selain makam Raden Santri, di kompleks makam gunungpring ini juga terdapat makam Simbah H. Dalhar. Beliau adalah seorang Ulama besar, mursyid tarekat yang juga dikenal sebagai salah satu guru para Ulama. Beliau banyak menciptakan ulama dan santri yang mumpuni. Kharisma, kesolehan, keluhuran budi pekerti, dan ketinggian ilmunya menjadikan rujukan umat Islam untuk menimba ilmu.

Beliau dilahirkan pada 10 Syawal 1286 H atau 10 Sawal 1798 – Je (12 Januari 1870 M) di Watucongol, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Ayah beliau adalah Kyai Abdurrahman bin Kyai Abdurrauf bin Kyai Hasan Tuqo. Kyai Abdurrauf bin Raden Bagus Kemuning Hasan Tuqo atau kakeknya Mbah Dalhar merupakan salah seorang panglima perang dari Pangeran Diponegoro. Simbah Kyai H. Dalhar adalah sosok yang disegani sekaligus panutan umat Islam, terutama di Jawa Tengah.

Selain makam Kyai Raden Santri dan Simbah H. Dalhar, terdapat pula makam-makam tokoh lain, seperti makam Simbah Kyai Jogorekso, Simbah Kyai Abdurrohman, Simbah Kyai H. Husain, Simbah Kyai Sulthon, Simbah Kyai Krapyak III, Simbah Kyai Humam, Simbah Kyai H. Harun, Simbah Kyai Kerto Njani, Simbah Kyai Abdullah Sajad, Dll.

Setibanya kami di Gunungpring ini, sebelum sampai di kompleks makam, kami melewati sebuah gerbang menuju lorong jalan dengan beberapa anak tangga yang di kanan kirinya digunakan sebagai tempat berjualan oleh para pedagang. Beraneka macam barang dijual di sini. Memasuki areal makam, banyak peziarah yang sudah tiba di sini. Kami pun akhirnya berziarah di depan makam Simbah Dalhar. Selesai berziarah, kami bergegas menuju mushala untuk ibadah shalat maghrib dan Isya' dengan jama' ta'khir dan qashar. Selepas shalat, kami kembali ke bus dan bersiap menuju perjalanan selanjutnya. Sebelum berangkat, kami sempatkan juga untuk mengisi perut dengan membuka bekal makanan yang kami bawa.

Tepat jam 8 lebih seperempat akhirnya perjalanan bus kami lanjutkan. Lokasi tujuan berikutnya yaitu ke makam Raden Patah di Demak. Karena hari yang semakin malam, perjalanan lebih banyak kami lalui dengan beristirahat tidur malam di dalam bus. Perjalanan dari Magelang menuju Demak ini melewati daerah seperti Ambarawa, Ungaran dan Semarang. Sekitar jam 12 malam akhirnya sampailah kami di lokasi pemberhentian bus untuk menuju lokasi makam. Dari terminal bus kami naik ojek untuk sampai di lokasi makam Raden Patah yang berada di samping masjid Agung Demak.

Kompleks makam Raja Demak
Kompleks makam Raja Demak

Raden Patah lahir di Palembang pada tahun 1455 dan wafat di Demak pada tahun 1518. Beliau adalah pendiri dan sultan pertama dari Kesultanan Demak yang memerintah tahun 1475-1518. Pada masanya pula Masjid Agung Demak didirikan, dan kemudian beliau dimakamkan di sana. Selain makam Raden Patah, dalam lokasi Makam Kasultanan Bintoro Demak ini juga terdapat makam Raden Patiunus (berkuasa tahun 1518 hingga 1521), Raden Trenggono (berkuasa dari 1521 hingga 1546), dan tokoh-tokoh lain yang berhubungan dengan sejarah Kesultanan Demak Bintoro.

Setibanya di lokasi makam, kami langsung masuk berziarah di dekat makam Raden Patah. Selepas berziarah, kami kembali naik ojek untuk kembali ke terminal bus dan melanjutkan perjalanan. Jam setengah 2 bus kembali berjalan menuju makam selanjutnya yaitu makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak. Tidak sampai 20 menit bus berjalan, kami sudah sampai di Kadilangu. Berbeda dengan di makam Raden Patah, untuk menuju makam Sunan Kalijaga kami cukup berjalan kaki dari tempat pemberhentian bus.

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari 9 Walisongo yang terkenal dengan dakwahnya yaitu menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Beliau menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul.

Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga pada siang hari

Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Beliau adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta. Selama berdakwah, sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga, di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang. Sepeninggal beliau, makam beliau ini hingga sekarang ramai diziarahi orang-orang dari seluruh penjuru Nusantara.

Baca juga: 7 Tujuan Ziarah Wali di Pulau Bali (Ziarah Wali Pitu)

Di lokasi makam, sempat salah seorang dari rombongan kami terpisah dan tersesat saat hendak ke makam, sementara kami tidak menyadarinya karena saking ramainya peziarah. Beruntung kemudian salah satu petugas makam bersedia membantunya dan mempertemukan kembali dengan rombongan kami. Selepas kami berziarah di depan makam Sunan Kalijaga, tepat jam 3 kurang seperempat perjalanan bus kami lanjutkan menuju lokasi makam selanjutnya yaitu makam Sunan Muria di Gunung Muria, Colo, Kudus.

Perjalanan dilanjutkan melewati jalanan kota Demak dan masuk wilayah Kabupaten Kudus. Lokasi makam Sunan Muria yang berada di atas gunung membuat bus harus berjalan menanjak menaiki lereng gunung muria untuk sampai di lokasi pemberhentian bus. Jam 4 lebih sepuluh menit akhirnya sampailah kami di lokasi pemberhentian bus sebelum menuju makam. Setelah masuk waktu shubuh, sebelum naik ke lokasi makam kami sempatkan terlebih dahulu untuk shalat shubuh berjamaah di sebuah mushala dekat terminal bus.

Makam Sunan Muria
Makam Sunan Muria

Nama asli dari Sunan Muria adalah Raden Umar Said. Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menyukai tinggal di daerah yang terpencil dan jauh dari keramaian. Beliau menyebarkan agama Islam dengan cara-cara yang halus sambil mengajarkan keterampilan cara bercocok tanam, berdagang dan juga melaut. Jiwa seni yang ada didalam diri beliau juga digunakan untuk menyampaikan dakwah ajaran Islam kepada para pengikutnya. Tembang Sinom dan Kinanthi adalah salah satu hasil karya seni yang beliau ciptakan. Beliau dikenal sebagai Sunan Muria karena beliau dimakamkan di Gunung Muria, yaitu sebuah gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Kudus, Jepara dan Pati.

Akses ke lokasi makam Sunan Muria lumayan berat karena berada di puncak sebuah bukit di gunung Muria. Untuk sampai ke lokasi makam, peziarah harus menempuh perjalanan menaiki anak tangga yang cukup jauh. Namun bagi yang ingin cepat sampai, disini banyak ojek yang siap mengantarkan sampai ke lokasi Makam. Sabtu pagi sehabis shubuh, rombongan begegas bersiap menuju makam. Untuk lebih efisiensi, rombongan kami memutuskan naik ojek untuk sampai ke lokasi makam, kecuali saya dan dua orang dari rombongan kami. Saya memang sebelumnya sudah berniat untuk jalan kaki menuju ke lokasi makam Sunan Muria ini. Meskipun hanya 3 orang, sekitar beberapa menit berjalan akhirnya sampailah kami di lokasi makam.

Sampai di atas, kami bertiga langsung bertemu dengan rombongan kami dan kemudian bergegas menuju makam. Banyaknya jumlah peziarah membuat kami harus antri dengan peziarah lain. Parahnya lagi rombongan kami terpisah menjadi dua, rombongan pertama sudah masuk makam sedangkan rombongan kedua termasuk saya harus antri di depan penjaga pintu makam. Sempat terjadi perdebatan dengan penjaga pintu makam agar kami diizinkan masuk karena rombongan kami sudah ada yang masuk di dalam, tetapi kami tetap tidak diperbolehkan masuk. Barulah setelah salah satu panitia dari anggota rombongan kami yang sudah masuk di dalam keluar lagi dan menemui penjaga pintu makam, akhirnya kami diperbolehkan masuk dan bergabung dengan rombongan kami yang lain.

Selepas berziarah, rombongan kami akhirnya turun gunung. Sebagian besar dari kami memutuskan untuk berjalan kaki menuruni anak tangga yang di kanan kiri berjejeran para pedagang menjajakan dagangannya. Sebagian rombongan juga membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang. Setelah sampai di parkiran bus, kami bersiap untuk menuju lokasi berikutnya. Jam 8 kurang seperempat, bus berangkat menuju lokasi makam Sunan Kudus yang berada di lingkungan Masjid Menara Kudus. Sekitar 1 jam perjalanan akhirnya sampailah kami di tempat perhentian bus sebelum menuju makam. Menuju makam Sunan Kudus, kami harus naik angkutan untuk sampai lokasi, banyak tersedia angkutan seperti mobil angkot ataupun becak yang siap membawa peziarah sampai ke lokasi makam.

Beberapa menit naik angkot akhirnya sampailah kami di depan Masjid Menara Kudus, di mana terdapat makam Sunan Kudus. Makam Sunan Kudus memang ramai di kunjungi peziarah, apalagi menjelang bulan ramadhan, pedagang juga banyak yang berjualan di sepanjang jalan menuju masjid menara Kudus ini. Dengan banyaknya peziarah, kami memasuki gerbang makam dengan berjalan bergantian dengan peziarah lain. Karena ramainya peziarah, akhirnya kami melakukan ibadah ziarah tahlil agak jauh dari makam Sunan Kudus, tetapi masih dalam kompleks makam.

Pintu gerbang makam, ilustrasi Sunan Kudus
Pintu gerbang makam, ilustrasi Sunan Kudus

Sunan Kudus bernama asli Ja'far Shadiq putra Raden Usman Haji yang dikenal juga dengan sebutan Sunan Ngudung. Beliau lahir sekitar tahun 1400-an, dan meninggal tahun 1550. Ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Palestina dan datang ke Jawa pada tahun 1436 M. Menurut silsilahnya Sunan Kudus masih mempunyai hubungan keturunan sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Semasa hidupnya Sunan Kudus mengajarkan agama Islam di sekitar daerah Kudus khususnya dan di Jawa Tengah pesisir utara pada umumnya. Beliau adalah seorang ulama, guru besar agama yang terkenal dengan keilmuannya terutama dalam Ilmu Tauhid, Ushul, Hadits, Sastra Mantiq dan lebih-lebih di dalam Ilmu Fiqih, oleh sebab itu beliau digelari dengan sebutan sebagai Waliyyul 'Ilmi. Beliau juga termasuk salah seorang pujangga yang terkenal dengan karyanya yaitu Gending Maskumambang dan Mijil.

Cara berdakwah yang beliau sampaikan hampir sama dengan pendekatan yang digunakan Sunan Kalijaga, yaitu sangat toleran pada budaya setempat. Di antara pendekatan yang beliau lakukan adalah seperti larangan meyembelih sapi untuk menghormati umat Hindu pada masa itu, dan sebagai gantinya dengan menyembelih kerbau. Tradisi ini masih banyak dijalankan oleh masyarakat Kudus sampai sekarang. Selain sebagai tokoh agama, Sunan Kudus juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Beliau juga pernah menjadi penasehat kerajaan Demak, dan menjadi hakim agung (qadhi) kerajaan Demak untuk menghakimi urusan-urusan pidana dan pemikiran secara umum.

Selepas berziarah di makam Sunan Kudus ini. Jam 10 lebih 40 menit akhirnya bus meninggalkan kota Kudus untuk menuju lokasi berikutnya, yaitu kembali ke selatan menuju gunung tidar Magelang. Perjalanan yang sekaligus arah pulang ini kami lalui melewati jalan sebelumnya yaitu Kudus-Semarang Semarang-Magelang.

Dalam perjalanan balik ini bus sempat mogok sampai dua kali, pertama di jalan tol dan kedua di sekitar wilayah Ambarawa, tetapi syukurlah bisa diatasi. Memasuki kota Secang Magelang, bus berhenti di depan rumah makan untuk beristirahat. Kami serombongan banyak yang menggunakan waktu untuk membersihkan diri, mandi dan makan. Setelahnya juga kami laksanakan ibadah shalat ashar dan dhuhur dengan jama' ta'khir dan qashar di mushala dekat rumah makan ini. Setelah cukup beristirahat di Secang, perjalanan kami lanjutkan. Sekitar jam 5 sore akhirnya sampailah kami di lokasi makam berikutnya, yaitu gunung tidar, lokasi makam Syaikh Subakir berada.

Gunung Tidar adalah gunung yang berada di tengah-tengah Kota Magelang. Gunung dengan ketinggian 503 meter dari permukaan laut ini tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan militer karena banyaknya kegiatan Akademi Militer (Akmil) yang dilakukan di sini. Dalam legenda, gunung tidar juga dikenal sebagai 'Pakunya Tanah Jawa', hal ini ditandai dengan berdirinya sebuah tugu di puncak gunung tidar. Tugu inilah yang dipercaya sebagian orang sebagai Pakunya Tanah Jawa, yang membuat tanah Jawa tetap tenang dan aman. 

Akses untuk menuju makam Syaikh Subakir melewati jalanan beraspal sampai akhirnya belok kiri dan masuk gapura gunung tidar. Dari gapura, kami kemudian harus menaiki ratusan anak tangga sebelum akhirnya sampai di lokasi makam.  Gunung tidar ini masih terbilang cukup alami dengan banyaknya pohon yang tinggi menjulang, sehingga menjadikan gunung tidar sangat rimbun. Sekitar kurang dari 30 menit menapaki jalanan tangga setapak, akhirnya sampailah kami di lokasi makam.

Makam Syekh Subakir
Makam Syaikh Subakir

Syaikh Subakir adalah tokoh dari generasi awal Walisongo yang menaklukan Gunung Tidar dengan mengalahkan para jin penunggu Gunung Tidar. Menurut legenda (hikayat) Gunung Tidar, Syaikh Subakir berasal dari negeri Turki (versi lain Iran dan Baghdad) yang datang ke Gunung Tidar bersama kawannya yang bernama Syaikh Jangkung untuk menyebarkan agama Islam. Banyak kalangan meyakini bahwa situs di gunung tidar ini sebetulnya bukanlah makam dari Syaikh Subakir, karena sebelum meninggal, Syaikh Subakir diyakini telah pulang ke negeri asalnya dan dimakamkan di tanah kelahirannya tersebut. Sedangkan yang berada di gunung tidar ini hanyalah tempat petilasan beliau.

Di makam/ petilasan Syaikh Subakir ini, kami berziarah tanpa Imam Kyai rombongan kami. Beliau tidak ikut berziarah karena suatu sebab dan menunggu di tempat parkir bus, sehingga Imam ziarah akhirnya dipimpin oleh Ustadz tangan kanan pak Kyai. Setelah selesai berziarah di makam Syaikh Subakir, rombongan kami langsung turun menuju tempat parkir bus. Namun ketika baru beberapa langkah menuruni tangga, kami bertemu dengan pak Kyai yang ternyata berubah pikiran dan akhirnya menyusul hendak berziarah. Rombongan akhirnya tetap turun, tetapi sebagian panitia ziarah ikut naik menemani pak Kyai berziarah.

Perlu diketahui bahwa selain terdapat makam Syaikh Subakir, di gunung tidar ini juga dapat kita jumpai situs-situs lain, di antaranya yaitu makam kyai Sepanjang yang panjangnya mencapai 7 meter. Kyai Sepanjang bukanlah nama manusia, tetapi nama sebuah tombak yang dibawa dan dipergunakan oleh Syaikh Subakir ketika mengalahkan jin penunggu Gunung Tidar kala itu. Selain itu, dapat kita jumpai pula makam Kyai Semar. Namun menurut beberapa versi, makam ini bukanlah makam kyai Semar yang ada dalam pewayangan. Tetapi Kyai Semar yang dimaksud adalah nama jin penunggu Gunung Tidar waktu itu. Meski demikian banyak yang percaya bahwa makam ini memang makam Kyai Semar yang ada dalam pewayangan itu. Jika sampai di puncak gunung tidar, kita juga bisa melihat tugu yang dipercaya sebagai Pakunya Tanah Jawa.

Sesampainya rombongan kami di tempat parkir bus, hari sudah gelap, sehingga diputuskan shalat maghrib nanti dijama' ta'khir dengan isya'. Sembari menunggu rombongan pak Kyai turun, sebagian rombongan menggunakan waktu untuk beristirahat dan makan malam. Hampir 2 jam kami menunggu rombongan pak Kyai yang tidak juga kunjung turun, padahal rencananya sehabis maghrib bus sudah berjalan menuju lokasi berikutnya. Belakangan diketahui bahwa selain berziarah di makam Syaikh Subakir, ternyata pak Kyai juga mengunjungi makam Kyai Sepanjang, Kyai Semar dan Tugu di puncak gunung. Hal inilah yang membuat kami menunggu sampai lama.

Masalah diperparah lagi ketika setelah pak Kyai turun. Diduga ngambek atau mungkin tertidur karena menunggu terlalu lama, sopir bus yang kami naiki menghilang entah kemana. Kernet dan panitia ziarah yang mencoba mencari berkeliling sekitar terminal juga tidak berhasil menemukannya. Bahkan ketika dihubungi, handphone tersambung tetapi tidak juga diangkat. Kami sempat bingung dengan keadaan saat itu, bahkan bus kami juga sempat dipindahkan oleh sopir bus lain karena busnya terhalang oleh bus kami ketika hendak berangkat lagi. 

Setelah lama mencari dan menunggu hingga hampir satu jam, akhirnya muncullah pak sopir dengan tenangnya. Rombongan pun maklum dan tidak mempermasalahkan kejadian ini. Jam 8 lebih seperempat akhirnya bus kembali berjalan menuju lokasi makam terakhir, yaitu makam Syaikh Imam Puro di Gunung Geger Menjangan, Purworejo. Perjalanan menuju Purworejo yang sebetulnya lumayan jauh terasa singkat karena bus melaju cukup kencang. Jam setengah 10 malam akhirnya sampailah kami di lokasi pemberhentian bus makam Imam Puro.

Makam Imam Puro
Makam Imam Puro

Imam Puro adalah seorang Ulama besar yang hidup pada masa Perang Diponegoro (1800-1900). Imam Puro yang bernama asli Mbah Kunawi adalah keturunan ke sembilan dari Sultan Agung, Raja Mataram terbesar. Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Sidomulyo, Ngemplak, Purworejo yang sekarang bernama Al-Islah. Imam Puro juga dikenal sebagai pembawa pertama Thoriqoh Syattoriyah di Purworejo.

Selain sebagai tokoh Ulama, beliau juga dikenal sebagai salah satu pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro di wilayah Purworejo. Bahkan santrinya yang mencapai ribuan banyak diperbantukan kepada Pangeran Diponegoro untuk melawan Belanda. Dalam sejarahnya, Syaikh Imam Puro juga pernah ditahan Belanda karena pondok pesantrennya dicurigai melakukan kegiatan keagamaan yang memusuhi Belanda. Tetapi entah bagaimana, Imam Puro lalu dibebaskan lagi dalam beberapa hari kemudian.

Makam Imam Puro yang berada di Gunung Geger Menjangan, Desa Candi, Kecamatan Balidono, Purworejo, Jawa Tengah ini hampir setiap hari ramai dikunjungi para peziarah. Untuk mencapai lokasi makam, kami mesti melewati tangga pendakian yang lumayan tinggi. Di atas dekat pemakaman Imam Puro, yakni di puncak Gunung Geger Menjangan, terdapat "Gardu Pandang", sebuah tempat paling lepas untuk melihat kota Purworejo dari ketinggian dengan pemandangan yang sangat indah.

Dikarenakan kami berziarah pada malam hari, jalan setapak menuju areal makam masih banyak yang gelap tanpa lampu penerangan, sehingga kami harus berjalan hati-hati agar tidak terjatuh atau tersandung batu. Sesampainya kami di areal lokasi makam, kita shalat isya' dan maghrib dengan jama' ta'khir terlebih dahulu di sebuah mushala dekat makam. Selesai shalat, kami langsung menuju makam untuk berziarah. Suasana makam yang saat itu kebetulan tidak begitu ramai membuat kami lebih leluasa mencari tempat strategis tepat di depan makam, untuk melakukan ibadah tahlil.

Makam Imam Puro ini merupakan tujuan terakhir kami dalam perjalanan kali ini, sehingga selesai berziarah di tempat ini, maka selesailah sudah perjalanan kami. Jam setengah 12 malam, kami menyudahi perjalanan ziarah kami dan bus kembali meluncur pulang menuju desa kami. Alhamdulillah, Ahad dini hari jam setengah 2 pagi akhirnya sampailah kami di desa tanah kelahiran kami.

Banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kami ambil dari perjalanan ziarah ini, mulai dari pengalaman yang mengenakan dalam indahnya suasana kebersamaan dan kekeluargaan, sampai yang tidak mengenakan, seperti kejadian terpisahnya salah seorang anggota rombongan saat di Demak dan di Kudus, bus yang berulang kali mogok karena ada komponen mesin yang tersumbat kotoran, dan kejadian menghilangnya sopir saat di gunung Tidar. Tetapi yang terpenting dari semua itu adalah akhirnya semua masalah itu bisa teratasi dan kami semua dapat beribadah ziarah dengan lancar serta dapat kembali ke rumah masing-masing dengan selamat.
Wassalam.


Sumber Referensi : Wikipedia, dll.

Selengkapnya
Puasa dapat Turunkan Resiko Kerusakan Saraf

Puasa dapat Turunkan Resiko Kerusakan Saraf

Ilustrasi saraf

Banyak penelitian membuktikan bahwa selain merupakan ibadah wajib bagi umat Islam, puasa juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. Salah satu di antaranya adalah puasa dapat menurunkan resiko neuropati atau penyakit kerusakan saraf. Berikut keterangan dari Konsultan Neurologis Departemen Neurologi FKUI/RSCM dr Manfaluthy Hakim SpS (K).

Turunkan Resiko Kerusakan Saraf


Bagi penderita neuropati, puasa dapat mengurangi gejala nyeri baal atau kesemutan yang menyertai gangguan ini. Neuropati adalah kondisi gangguan dan kerusakan saraf yang dapat disebabkan oleh trauma pada saraf, efek samping dari suatu penyakit sistemik, atau karena kurangnya vitamin B1, B6 dan B12. Penyakit ini dapat menyerang sejumlah sistem pada jaringan saraf. Di antaranya, sistem motor (sistem yang menggerakkan otot-otot secara sadar), sistem sensorik (mengurus rasa-raba, rasa-nyeri, rasa-suhu) dan sistem otonom (mengatur sesuatu hal yang tidak bisa dikontrol) atau bahkan gabungan ketiganya. Jika rusak, sel saraf sulit atau bahkan tidak bisa tumbuh lagi, sehingga tidak punya gaya regenerasi. 

Sejumlah gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan saraf di antaranya yaitu rasa nyeri, mati rasa, kram, kaku, kesemutan, rasa terbakar, kulit hiper-sensitif, kulit mengkilap tidak wajar, rambut rontok pada area tertentu, lemahnya tubuh dan anggota gerak, serta terjadinya atrofi otot atau otot mengecil.

Rasa tidak nyaman tersebut biasanya terjadi pada bagian tangan atau kaki saat tubuh dalam posisi tertentu ketika beraktivitas, misalnya saat duduk sambil menyilangkan kaki atau bersila dan jongkok dalam waktu lama. Adapun yang membedakan kesemutan atau kram biasa adalah gejala neuropati berlangsung spontan, tanpa provokasi terlebih dahulu.

Kegiatan puasa yang dijalani umat muslim saat Ramadhan terbukti bermanfaat untuk kesehatan saraf. Ketika berpuasa, tubuh mendapat kesempatan untuk melakukan detoksifikasi atau pengurangan kadar racun dari dalam tubuh dari pola hidup sehari-hari yang mungkin tidak sehat. 

Ketika kita makan, pasti akan menghasilkan penumpukan zat buang yang berbahaya. Zat buangan yang berupa radikal bebas tersebut saat puasa akan berkurang jauh. Radikal bebas adalah molekul yang tidak memiliki pasangan, kemudian mengambil elektron dari sel sehat sehingga bersifat merusak.

Dengan menurunnya radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel tersebut, maka resiko kerusakan saraf dalam tubuh juga akan menurun. Puasa juga bermanfaat untuk mengalihkan penggunaan glukosa ke lemak sebagai sumber energi secara perlahan sehingga mencegah kerusakan saraf dan otot.

Selain itu, ibadah puasa dapat meningkatkan kondisi mental, kewaspadaan, dan fokus karena beberapa hormon tertentu seperti endorfin mengalami peningkatan dalam darah setelah beberapa hari berpuasa. Jadi jika kita sudah terkena neuropati, hormon ini mencegah terserangnya rasa nyeri baal atau kesemutan.

Pada umumnya, penderita neuropati akan menurunkan dosis atau bahkan tidak minum obat lagi saat berpuasa. Disarankan bagi penderita untuk mulai melakukan gaya hidup sehat dengan mengupayakan gizi seimbang, olahraga teratur, istirahat yang cukup, serta mengendalikan faktor resiko bagi penderita penyakit sistemik.

Saat berpuasa, asupan makanan sebaiknya yang bernutrisi tinggi, khususnya yang mengandung vitamin B yang baik untuk kesehatan saraf, seperti nasi, buah, sayur dan daging. Jika diperlukan, konsumsi vitamin neurotropik satu kali sehari secara rutin sejak dini. Bagi yang puasa, vitamin neurotropik sebaiknya dikonsumsi pada saat sahur untuk mencukupi kebutuhan vitamin yang dibutuhkan saraf saat menjalankan ibadah puasa. Vitamin neurotropik terdiri atas vitamin B1, B6 dan B12 yang berfungsi menjaga dan menormalkan fungsi saraf dengan memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf. 

Selain itu, memberikan asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja dengan baik. Vitamin ini juga terlibat dalam metabolisme energi sel sehingga dapat dipakai untuk mengatasi kelelahan dan membantu dalam masa penyembuhan penyakit. Kesediaan vitamin B12 yang lebih banyak sangat dibutuhkan oleh tubuh karena vitamin B12 yang masuk ke dalam tubuh hanya diserap kurang dari 2%.

Pada kasus tertentu, penderita neuropati diabetes misalnya, saat puasa harus tetap mengonsumsi makanan yang rendah kadar gula agar dapat terkontrol dengan baik. Diusahakan untuk mencapai angka di bawah 130 mg/dL sesudah puasa delapan jam atau sesudah makan di bawah angka 180 mg/dL dan angka HbA1c di bawah angka 7%.

Agar Sistem Saraf Sehat


👉 Pilih makanan yang mampu melumpuhkan radikal bebas, sekaligus membersihkan dinding pembuluh darah sehingga aliran darah ke otak lancar. Makanan itu antara lain yang kaya antioksidan, seperti sayuran berdaun hijau (bayam, sawi hijau, daun singkong, daun pepaya, daun katuk dan lainnya), umbi atau buah berwarna oranye atau kuning (wortel, ubi jalar merah atau kuning, pepaya, jeruk, mangga dan lainnya), dan buah berwarna merah seperti semangka atau stroberi.

👉 Makan makanan kaya vitamin B kompleks, vitamin B kompleks, terutama B1, B6 dan B12 merupakan bahan baku untuk memproduksi asetilkolin, yaitu neurotransmitter yang berperan dalam fungsi mengingat. Vitamin B banyak terdapat dalam padi-padian (beras merah, gandum), sayur berdaun hijau, dan kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai dan lainnya). Telur, ragi, kacang hijau, kacang kedelai, dan hasil olahannya (tempe, tahu, susu kedelai) juga kaya kanakotin.

👉 Konsumsi sumber protein yang tepat. Untuk mempertajam ingatan dan kesehatan saraf secara keseluruhan, pilih bahan makanan yang kaya protein dan rendah lemak. Contohnya kedelai dan hasil olahannya (tempe, tahu, susu kedelai), susu rendah lemak, dan kacang-kacangan, kecuali kacang tanah.

👉 Makan karbohidrat kompleks mengandung asam amino triptofan. Triptofan bekerja merangsang produksi serotonin sehingga pikiran dapat dikonsentrasikan, meski sedang banyak masalah. Jangan lupa asam lemak omega-3 dan omega-6. Asam lemak omega-3 dan omega-6 merupakan asam lemak tidak jenuh.



Dikutip dari Koran Sindo, edisi Senin, 22 juli 2013.

Selengkapnya
Kisah Seorang Majusi dan Kemuliaan Ramadhan

Kisah Seorang Majusi dan Kemuliaan Ramadhan

Ramadhan Kariim

Disebutkan dalam kitab Durratun Nashihiin karya Syaikh Utsman bin Hasan al Khaubawy, sebuah kisah berkenaan dengan kemuliaan bulan suci ramadhan. 

Suatu hari di bulan ramadhan, ketika umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa, seorang anak majusi dengan tanpa rasa bersalahnya kedapatan makan di tengah-tengah pasar. 

Ketika anak majusi itu sedang enak-enaknya makan, tiba-tiba ayah dari anak itu datang, kemudian diseretlah dan dipukulinya anaknya itu sambil memarahinya dan berkata:

 “Bukankah kamu tahu kalau umat muslim sedang berpuasa, seharusnya kamu menghormati mereka yang sedang melaksanakan puasa ramadhan, mengapa kamu tidak tahu diri makan di tengah-tengah pasar?”

Perlu diketahui bahwa orang majusi adalah para pengikut ajaran Zoroaster yang menjadikan api sebagai sesembahannya. Mereka banyak ditemukan di wilayah sekitar Persia atau sekarang Iran.

Beberapa tahun kemudian, orang majusi yang memarahi anaknya itu meninggal dunia. Pada suatu malam, seorang 'alim bermimpi bertemu dengannya, dan dalam mimpinya dia melihat orang majusi itu sedang duduk di atas ranjang indah di surga.

Orang 'alim itupun kemudian bertanya kepada orang majusi tersebut:

"Bukankah anda seorang Majusi? Mengapa anda berada di tempat ini?"

Maka orang majusi itu pun menjawab:

 "Memang pada awalnya aku seorang majusi, tetapi ketika menjelang ajalku, aku mendengar sebuah seruan di atasku : 

"Hai para malaikat-Ku, jangan biarkan ia mati tersesat dengan agama majusinya, angkatlah dia menjadi seorang muslim terhormat, sebab ia telah menghormati bulan suci Ramadlan". 

Demikianlah kisah sang majusi, dikarenakan telah menghormati bulan suci ramadhan, Allah memberinya hidayah, sehingga sebelum ajal menjemputnya, dia telah menjadi muslim yang terhormat dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Ia pun akhirnya bisa berada di dalam surgaNya. 

Masyaa Allah, begitu mulianya bulan ramadhan, sampai-sampai orang majusi yang menyembah api pun akhirnya mendapat cahaya Islam karena telah menghormati akan kemuliaan bulan ramadhan. Marilah kita sebagai umat Islam muliakan ramadhan ini dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Kita ramaikan bulan suci ramadhan dengan memperbanyak amalan ibadah, shalat tarawih, memperbanyak shadaqah, bertadarus dan amalan lainnya. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa berusaha menggapai ridhaNya.

Selengkapnya
Filosofi Jawa dari Pacul

Filosofi Jawa dari Pacul

Petani mencangkul

Mungkin ada yang belum mengetahui bahwa banyak istilah - istilah kata dalam bahasa jawa yang bisa jadi mempunyai makna ajaran luhur yang berisikan pedoman dan tuntunan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. "Pacul'' mungkin biasa dipahami hanya sebatas nama bagi sebuah alat pertanian tradisional yang digunakan para petani untuk menggarap sawah. 

Secara lahir, pacul atau dalam bahasa Indonesia disebut cangkul memang betul demikian adanya. Namun dari kata "pacul" ini, ternyata terkandung makna sejati yang tidak sembarangan. Orang - orang jawa pada masa lalu memang terkenal sebagai orang - orang yang memiliki filosofi tinggi, sehingga tidak jarang mereka menyelipkan makna luhur pada sebutan nama barang atau istilah dalam bahasa jawa, seperti halnya kata pacul ini. 

Dikisahkan bahwa Ki Ageng Selo pernah berguru kepada Sunan Kalijaga. Pada suatu waktu Sunan Kalijaga memberi wejangan kepada Ki Ageng Selo. Sang Sunan menyuruh Ki Ageng Selo untuk membaca dan memahami makna sejati dari kata "pacul". Sunan Kalijaga kemudian menjelaskan bahwa Pacul atau cangkul itu terdiri dari tiga bagian. Ketiga bagian tersebut adalah Pacul (bagian yang tajam untuk mengolah lahan pertanian), Bawak (lingkaran tempat batang doran), dan Doran (batang kayu untuk pegangan cangkul). Kanjeng Sunan Kalijaga menerangkan bahwa dari kata pacul, bawak dan doran ini terkandung makna sejati yang luhur.

Pacul. Kata ini memiliki arti "ngipatake barang kang muncul". Artinya menyingkirkan bagian yang mendugul atau bagian yang tidak rata. Maknanya adalah kita sebagai manusia harus selalu berbuat baik kepada orang lain dengan menyingkirkan sifat-sifat yang tidak rata, seperti ego yang berlebih, cepat marah, mau menang sendiri dan sifat-sifat buruk lainnya.

Bawak. Kata ini memiliki arti "obahing awak ". Arti obahing awak adalah gerak tubuh. Maknanya adalah kita manusia wajib menggerakkan badan untuk berikhtiar mencari rezeki Allah guna memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, rezeki yang kita dapatkan juga kita gunakan untuk beribadah semakin mendekatkan diri kepada Allah.

Doran. Kata ini memiliki arti "Donga marang Pengeran" atau ada juga yang mengartikan "Ojo Adoh Saking Pengeran". Makna "Donga Marang Pengeran" adalah bahwa sebagai makhluk yang lemah, kita harus senantiasa meminta dan memohon doa kepada Allah Sang Pengeran. Kata Pengeran berasal dari kata Allah kang dingengeri (Allah yang diikuti). Sedangkan "Ojo Adoh Saking Pengeran" memiliki arti janganlah kita jauh dari Allah. Kita harus selalu ingat dan berusaha mendekat beribadah kepada Allah.

Jika makna ketiganya digabung maka memiliki arti bahwa manusia hendaknya mampu menyingkirkan sifat-sifat buruknya, berikhtiar untuk mencari rezeki Allah dan tidak lupa untuk selalu berdoa dan menyembah Allah SWT.

Selain dari wejangan Sunan Kalijaga di atas, ada juga penafsiran lain dari istilah "pacul" ini. Penafsiran ini tentunya tidak jauh berbeda dari yang telah diuraikan di atas, hanya sedikit berbeda penjabarannya. "Pacul", dalam keratabasa Jawa, juga dapat dijabarkan sebagai "Sipat Papat Sing Ora Keno Ucul" (empat sifat yang tidak boleh lepas satu dengan lainnya). Keempat sifat ini kemudian dijabarkan dari empat bagian dari bentuk pacul yaitu: doran, tandhing, bawak dan landhep.

Doran. Yang merupakan gagang pacul ini memiliki arti "aja maido Pangeran". Maknanya adalah sebagai manusia jangan sampai kita membantah/ mendebat Pangeran (Allah). Kita hendaknya ridha terhadap ketentuan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT.

Tandhing. Tandhing ini adalah ganjal yang “mengikat” bagian tangkai dan mata pacul agar kuat dan tidak mudah lepas. Tandhing memiliki arti bahwa sejatinya hidup adalah bertanding setiap saat, tidak mudah menyerah dan siap berjuang menghadapi segala rintangan hidup.

Bawak. Artinya sebagaimana di atas yaitu "Obahing Awak" atau Tubuh yang bergerak. Maknanya adalah kita harus berikhtiar dengan bekerja mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup ini.

Landhep. Landhep adalah bagian mata pacul bagian depan yang sangat tajam, berfungsi untuk menggali tanah, membersihkan rumput, menggemburkan tanah dsb. Maknanya adalah pikiran harus selalu tajam dan terus diasah agar berdaya guna dan tetap cermat/ bijaksana dalam mengatasi segala sesuatu.

Itulah makna - makna luhur yang tergali dari kata "pacul", sebuah nama yang sepertinya remeh namun sarat makna. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari penjabaran di atas.


Diolah dari berbagai sumber

Selengkapnya
Pendakian Gunung Merapi via New Selo, Boyolali

Pendakian Gunung Merapi via New Selo, Boyolali

Gunung Merapi

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia, hal ini karena Gunung Merapi terletak dalam daerah cincin api dunia. Tercatat beberapa kali letusan terjadi di gunung ini, termasuk di antaranya adalah yang terjadi pada tahun 2010 silam. Letusan Merapi menyapu sebuah desa dan menyebabkan jatuhnya banyak korban di lereng gunung merapi. Abu vulkanik juga menutupi semua daerah di Yogyakarta dan sekitarnya.

Menurut catatan, Gunung Merapi dengan ketinggiannya 2.930 mdpl mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali. Hal ini menjadikan gunung Merapi dianggap sebagai gunung yang sangat berpotensi menimbulkan bahaya. Meskipun begitu, gunung Merapi justru dikelilingi oleh permukiman yang padat. Kota Yogyakarta dan Magelang adalah kota besar terdekat dari Merapi, yakni berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat permukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Sementara kawasan hutan di sekitar Merapi menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.

Secara geografis, gunung Merapi terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yang meliputi Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.

Setelah beberapa waktu menunggu momen yang tepat, akhirnya pada sabtu-ahad (16-17) Januari 2016, saya dan beberapa teman saya yaitu Kang Mukhlis, Reza, Fakhri dan Deni berkesempatan untuk mengunjungi dan melakukan pendakian di gunung Merapi ini. Berangkat dari Semarang siang hari, kami sampai di basecamp pos pendakian di Selo, Boyolali pada sore hari.

Basecamp

Pos pendakian Selo atau New Selo di Boyolali ini merupakan jalur pendakian yang masih aktif digunakan hingga sekarang, padahal sebelum terjadinya erupsi pada tahun 2010 silam, untuk menuju puncak merapi ada dua jalur, pertama New Selo dan kedua jalur Kaliangkrik di Sleman Yogyakarta. Namun jalur Kaliangkrik sudah tidak aktif pasca erupsi 2010 yang menyebabkan jalur tersebut ditutup total.

NEW SELO

Setelah membayar registrasi dan retribusi parkir, kami lanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 15 menit menuju sebuah bangunan dengan tulisan besar ''NEW SELO'' yang terpampang di atas bangunan tersebut. Di sini kami sempatkan untuk shalat maghrib dan istirahat sejenak sembari mengecek perlengkapan yang hendak kami bawa. Tepat setelah maghrib akhirnya kami memulai pendakian. Pendakian menuju puncak Merapi diperkirakan memakan waktu sekitar 4 hingga 5 jam. Pada awal pendakian, kami melalui jalanan berupa semen padat yang kanan kirinya merupakan lahan perkebunan penduduk.

Setelahnya, perjalanan kemudian mulai didominasi trek tanah sedikit berbatu, sementara di kiri kanan jalan banyak dijumpai pohon-pohon seperti cemara dan pohon pinus. Sekitar 1 jam lebih kami berjalan, akhirnya kami sampai di pos 1. Dalam perjalanan menuju pos 1 ini, kami menjumpai 2 pos shelter bayangan yang biasa digunakan untuk beristirahat para pendaki. Di 2 pos bayangan ini kami juga sempatkan beristirahat untuk mengumpulkan tenaga.

Selepas dari pos 1, perjalanan kami lanjutkan melewati jalanan yang banyak didominasi bebatuan. Jalanan yang lumayan menanjak dengan batuan terjal dan kerikil tajam mengharuskan kami lebih berhati-hati dalam mengambil langkah. Langkah kaki harus bertumpu pada batuan permanen, karena bebatuan rawan jatuh. Gelapnya malam juga sedikit mempengaruhi langkah kami. Beruntung pada saat itu langit lumayan cerah dengan bulan terlihat jelas meskipun bukan bulan purnama. Kami juga diuntungkan keadaan karena pada saat itu hujan tidak turun, padahal sebetulnya kami mendaki pada saat musim hujan, bahkan dalam perjalanan motor menuju Selo, kami juga sempat diguyur hujan. Setelah hampir 2 jam kami berjalan, akhirnya sampailah kami di pos 2.

Setelah beristirahat sejenak di pos 2, pendakian kami lanjutkan. Trek yang kami lalui selanjutnya adalah trek bebatuan dengan jalur yang semakin menanjak. Dalam perjalanan ini kami juga menjumpai batu-batuan besar, bahkan ada di antaranya yang berdiri menjulang di areal jalur pendakian. Sekitar 1 jam perjalanan, kami sampai di areal berupa trek kerikil dengan jalan yang tidak terlalu menanjak. Tidak begitu jauh dari sini akhirnya kami sampai di areal luas yang disebut Pasar Bubrah.

Pasar bubrah adalah suatu areal luas yang berada tepat di kaki puncak Gunung Merapi. Lokasinya berupa tanah berpasir dan tandus. Batuan agak besar dan kerikil juga ditemukan di areal ini. Pasir dan batuan ini merupakan hasil muntahan gunung merapi ketika terjadi erupsi beberapa waktu yang lalu. Kawasan pasar bubrah ini juga ditandai dengan monumen dan papan peringatan batas pendakian.

Kami sampai di pasar bubrah ini sekitar pukul 11 malam. Ketika kami sampai, di tempat ini sudah banyak pendaki-pendaki lain yang lebih dulu datang dan membuat tenda untuk beristirahat. Udara malam yang terasa sangat dingin di tempat ini, membuat kami lekas buru-buru memasang tenda untuk bermalam. Tanah yang datar kami jadikan tempat untuk mendirikan tenda. Setelah tenda terpasang, kami sempatkan memasak sarden untuk lauk nasi bekal kami yang kemudian kami makan bersama-sama. Selagi makan kami sempat berbincang dengan dua pendaki dari Rusia yang datang setelah kami. Setelah makan kami pun istirahat tidur malam.

Pagi hari sehabis shubuh, udara terasa sangat dingin, sehingga membuat beberapa pendaki masih betah berlama-lama di dalam tenda, termasuk beberapa teman saya. Saya dan teman saya Deni yang sudah bangun, memutuskan keluar tenda untuk melihat-lihat lokasi di sekitar pasar bubrah ini. Kami sempat menyaksikan indahnya sunrise matahari pagi yang terlihat muncul dari balik bukit yang ada di sebelah kanan puncak merapi. Dari kejauhan juga tampak gunung-gunung lain, termasuk Gunung Merbabu yang berdiri gagah bersebelahan dengan gunung merapi ini.

Sunrise

Menjelang pukul 6 pagi, kami segera membangunkan teman-teman kami yang masih tiđur. Pagi hari itu, suasana di pasar bubrah tampak sangat ramai. Saking ramainya, selain banyaknya pendaki lokal, kami juga sempat menjumpai beberapa pendaki asing seperti dari Eropa ataupun Asia seperti wajah orang Jepang di pasar bubrah ini. Sembari menunggu persiapan hendak naik ke puncak, kami sempat meminta bantuan seorang pendaki lain untuk mengambil gambar kami berlima. Kami juga sempat mengobrol agak lama dengan pendaki tersebut, yang belakangan diketahui dia adalah guide dari dua pendaki Rusia yang mengajak kami berbincang tadi malam.
Sekitar pukul setengah 7, kami bersiap untuk mendaki menuju puncak merapi. Sebetulnya mendaki ke puncak merapi tidak diperkenankan dengan alasan keamanan dan keselamatan, sehingga pasar bubrah merupakan batas akhir pendakian. Hal ini juga ditandai dengan adanya papan peringatan di bawah kaki puncak merapi. Akan tetapi banyaknya pendaki yang naik membuat kami terbujuk untuk ikut mendaki sampai puncak.

Meskipun puncak Merapi terlihat jelas dari pasar bubrah, pendakian ke puncak Merapi membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan trek berpasir dan dilanjutkan trek berbatu. Trek berupa pasir-pasir halus ini akan merosot jika kami injak, sehingga membuat langkah kaki menjadi semakin berat. Selain itu kami juga kadang harus berjalan bergantian dengan pendaki-pendaki lain, baik yang hendak turun atau yang sama-sama ingin naik.

Setelah jalanan berpasir, mendekati puncak, trek berubah dengan batuan-batuan terjal. Kami harus berhati-hati melewati trek ini, karena selain bisa terperosok, bebatuan juga rawan jatuh sehingga bisa membahayakan pendaki yang berada di bawahnya. Setelah berjuang keras akhirnya sampailah kami di puncak Merapi. Terlihat di samping kami bibir kawah berupa jurang yang menganga lebar menyambut kami begitu sampai di atas. Kawah Gunung Merapi yang masih aktif ini juga terlihat mengepulkan asap belerang pekat dibawah jurang sedalam ratusan meter. 

Setelah hilangnya puncak tertinggi di Merapi yang disebut puncak garuda karena letusan merapi beberapa tahun silam, masih ada titik tertinggi yang masih bisa dijangkau. Tetapi karena letaknya yang berada di bibir kawah dan berbahaya, dengan alasan keselamatan kami berlima memutuskan untuk tidak sampai kesana. Meskipun begitu, hal ini tidak mengurangi kepuasan kami yang telah berhasil sampai di atas. Inilah salah satu tanda kebesaran Tuhan yang mesti kita imani. Allaahu Akbar..

Personil

Di depan tenda

Menuju Puncak

Di puncak

Di pasar bubrah

Di perjalanan

Pos 2

Pos 1

Semua personil Di depan tenda


Selengkapnya
Jenis-jenis Karakter Manusia Spiritual

Jenis-jenis Karakter Manusia Spiritual

Tarian sufi spiritual

Dalam kehidupan sosial, kita seringkali memandang orang lain dari segi lahiriahnya saja. Padahal di muka bumi ini, kita berada di tengah-tengah lautan manusia dengan beragam karakter dan sifat yang berbeda-beda. Tidak jarang pula karakter-karakter yang kelihatannya biasa saja atau bahkan terlihat nyeleneh sebetulnya adalah orang-orang yang menjalani kehidupan batiniah dengan jiwa-jiwa spiritual yang tinggi. Artinya, seringkali manusia dengan jiwa spiritual seperti ini justru ditemukan dalam bentuk kehidupan yang tidak dapat dibayangkan. Oleh karena alasan inilah, orang-orang bijak selalu mengajarkan kepada kita untuk senantiasa hormat kepada orang lain, apapun karakter luarnya. Selain itu, kita juga diajarkan untuk melihat di balik bentuk lahiriahnya.

Mursyid Hazrat Inayat Khan dalam bukunya "The Way of Illumination" mengatakan bahwa dari sekian banyak karakter manusia, setidaknya ada lima jenis manusia yang memiliki karakter berjiwa spiritual.

Pertama, adalah karakter religius. Dia adalah orang yang menjalani kehidupan religius, berpegang teguh pada aturan agama sebagaimana orang lain. Dia tidak memperlihatkan jejak pengetahuan mendalam atau pandangan yang lebih luas, meskipun dia merealisasikannya dalam dirinya. Secara lahiriah dia pergi ke masjid atau surau seperti orang lain, membaca Al Qur'an, berdoa dan beribadah kepada Tuhan sebagaimana orang lain. Dari luar, dia tampak tidak memperlihatkan perbedaan dengan orang lain, tidak ada karakter khusus yang secara lahiriah mengindikasikan bahwa dia memiliki jiwa spiritual yang tinggi. Tetapi pada saat yang sama, ketika orang lain melakukan ibadah agama secara lahiriah, dia menyadarinya dalam hakikat. Oleh karenanya, meski dari luar dia tampak hanyalah manusia religius seperti orang lain pada umumnya, namun secara batiniah dia adalah manusia spiritual.

Kedua, adalah karakter yang memiliki pemikiran filosofis. Dia mungkin tidak memperlihatkan tanda-tanda ketaatan atau kesalehan. Dia mungkin tampak sebagai manusia biasa yang sibuk dengan persoalan-persoalan duniawi. Dia hidup dengan tenang dengan pemahamannya. Namun dia juga memahami semua hal-hal secara batiniah, meskipun secara lahiriah dia beraktivitas sesuai tuntutan hidup. Banyak yang tidak menyadari kalau dia sesungguhnya menjalani kehidupan rohani.

Dia mungkin disibukkan dalam bisnis, tetapi pada saat yang sama dia menyadari kebenaran dan Allah. Dia mungkin tidak tampak bertafakur atau melakukan perenungan sama sekali, meskipun setiap detik dalam hidupnya adalah perenungan. Dia mungkin sibuk setiap harinya, tetapi kehidupannya adalah sarana realisasi spiritual. Tidak ada yang secara lahiriah melihatnya sebagai manusia spiritual, kecuali orang-orang dekat yang berhubungan erat dengannya dan kemudian yakin bahwa dia adalah manusia spiritual yang bersikap adil dan jujur dalam prinsip-prinsipnya, serta dia adalah orang yang tulus. Itulah yang diperlukan dalam agama. Dengan cara ini, kehidupan lahiriahnya merupakan realisasi batin dari spiritualitasnya.

Ketiga, adalah karakter abdi atau pelayan, yang selalu melakukan kebaikan kepada orang lain. Dalam bentuk ini dia mungkin seorang wali yang tersembunyi. Filosofi dan agamanya ada dalam perbuatannya. Cinta mengalir dari dalam hatinya setiap saat, dan dia selalu sibuk berbuat amal baik kepada orang lain. Dia menganggap bahwa setiap orang adalah saudara, atau anak-anaknya. Dia berbagi suka dan duka dengan orang lain, dan melakukan segala upaya untuk membimbing mereka, memandu mereka, menasehati mereka, di sepanjang hayatnya.

Dalam bentuk ini manusia spiritual mungkin tampak seperti guru, da'i, atau seseorang yang selalu mengedepankan ajaran cinta kasih kepada sesama manusia. Tetapi apa pun penampakan lahiriahnya, hal utama dalam hidupnya adalah melayani orang lain, melakukan kebaikan bagi orang lain, dan memberi kebahagiaan kepada orang lain dalam berbagai hal. Kebahagiaan itu muncul dari ektasi spiritualnya yang tinggi, karena setiap kebaikan dan keramahan mengandung kebahagiaan khusus, yang membawa aroma surgawi.

Ketika seseorang sepanjang hidupnya sibuk berbuat baik kepada orang lain, maka kebahagiaan pun akan muncul terus-menerus. Kebahagiaan dan kegembiraannya memunculkan atmosfir surgawi, atau menciptakan surga di dalam hatinya. Dunia ini penuh dengan duri, kesulitan, kesedihan dan kepedihan. Di dunia ini pula dia hidup, tetapi dia berusaha menyingkirkan duri-duri dari jalan orang lain, meskipun tangannya sendiri terluka, dan dengan cara seperti ini dia mendapatkan kebahagiaan rohani yang merupakan realisasi spiritualnya.

Keempat, adalah bentuk karakter mistik. Bentuk ini sulit untuk dimengerti. Seorang mistikus mungkin wajahnya menghadap ke selatan ketika sejatinya dia menatap ke utara. Seorang mistik mungkin menunduk dan pada saat yang sama dia mendongak. Matanya secara lahiriah mungkin terbuka saat dia melihat secara batiniah, atau matanya mungkin tertutup namun dia melihat secara lahiriah.

Orang awam tidak dapat memahami mistikus, dan karena itu orang-orang selalu bingung saat berhubungan dengannya. Jika dia berkata "ya", ucapannya itu pada hakikatnya berbeda dengan ucapan "ya" dari orang awam, demikian pula dengan ucapan "tidak"-nya. Dalam kalimat-kalimat yang diucapkannya mengandung makna-makna simbolik. Setiap perbuatan lahirnya memuat signifikansi batin. Seseorang yang tidak memahami makna simbolisnya akan bingung mendengar ucapannya.

Mistikus adalah seseorang yang menjalani kehidupan rohani dan pada saat yang sama menutupinya dengan tindakan lahiriah. Kata-kata atau gerakannya tidak lain adalah selubung dari perbuatan batinnya. Sesungguhnya jiwa-jiwa sang mistikus adalah jiwa-jiwa yang menari. Jiwa yang merealisasikan hukum rohani. Seluruh hidupnya menjadi sebuah misteri. Sang mistikus adalah contoh dari misteri Tuhan dalam wujud manusia.

Kelima adalah bentuk karakter yang aneh. Sebuah bentuk yang hanya segelintir orang yang dapat memahaminya. Dia mengenakan topeng kemurnian secara lahiriah sedemikian rupa, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya akan segera menganggapnya kurang waras, ganjil atau aneh. Namun dia tidak peduli akan hal itu, karena itu hanyalah topeng. Jika dia mengakui kekuatan yang dimilikinya dihadapan orang lain, orang-orang akan mencarinya sehingga dia tidak punya waktu untuk menjalani kehidupan rohani.

Kekuatan luar biasa yang dia miliki secara batiniah melingkupi daratan dan lautan, mengendalikannya dan mengamankannya dari bencana seperti banjir atau wabah penyakit, dan juga perang, menjaga kerukunan tempat di mana dia tinggal. Semua ini dilakukannya dengan diam, dengan realisasi kehidupan batinnya, sehingga bagi orang yang kurang tajam mata hatinya dia tampak seperti makhluk yang aneh.

Bentuk karakter seperti ini hidup dalam jubah realisasi batin, namun secara lahiriah dia tidak memperlihatkan tanda-tanda kekhususan filosofis, religius, atau mistikus, atau tanda-tanda moral istimewa lainnya. Namun kehadirannya adalah seperti sumber energi, tatapannya sangat mengilhami. Apapun yang dikatakannya adalah kebenaran, meskipun dia jarang berbicara, dan sulit membuatnya mengucapkan sepatah kata. Tetapi begitu dia berbicara, apa yang dia katakan akan terjadi.

Itulah lima jenis karakter manusia dengan jiwa-jiwa spiritualnya. Tidak ada habis-habisnya penampakan lahiriah dari jiwa spiritual dalam kehidupan. Tetapi bagi kita manusia biasa, tidak ada yang lebih baik dalam menjalani kehidupan rohani di dunia ini selain menjadi diri sendiri, lahir dan bathin. Apa pun pekerjaannya di dunia lahir, hendaknya kita lakukan dengan ikhlas dan penuh amanah, dan pada saat yang sama kita tetap menjaga realisasi kehidupan rohaniah kita, dan merefleksikannya dengan realisasi kebenaran batiniah.
Selengkapnya
Artificial Intelligence, Robot dan Kesejahteraan Umat Manusia

Artificial Intelligence, Robot dan Kesejahteraan Umat Manusia

Robot jia jia dari China

Semakin canggihnya teknologi, berbagai jenis mesin atau robot telah berhasil diciptakan oleh manusia. Tujuannya adalah untuk membantu pekerjaan manusia dalam melakukan berbagai kegiatan, seperti untuk kebutuhan produksi industri, ataupun kegiatan seperti berkebun, memasak, menjaga rumah dan pekerjaan lain yang biasa dilakukan oleh manusia.

Bagi penikmat film fiksi ilmiah, mungkin pernah menonton film yang berjudul Artificial Intelligence (2001). Film ini menceritakan karakter robot berbentuk bocah bernama David yang diperankan oleh Haley Joel Osment. Fisiknya yang nyaris sempurna seperti manusia membuat ia sulit dibedakan dengan bocah manusia asli. David diciptakan sebagai robot yang mempunyai kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). 

Dia juga bisa tertawa, bermain, sedih, dan merasakan kasih sayang dan cinta, layaknya anak manusia biasa. Dia di adopsi oleh sebuah keluarga untuk memberikan cinta dan kasih sayang di antara mereka. Selain karakter david, dalam film ini ada pula karakter-karakter robot lain yang memiliki masing-masing tugas, seperti pengurus kebun, pelayan rumah tangga, teman bermain anak anak hingga pelacur/gigolo yang diciptakan sesuai program.

Berkaca dari film tersebut, sadarkah kita bahwa gambaran dalam film tersebut, meskipun dalam lingkup kecil, agaknya mulai bisa ditemukan pada masa kini. Pada masa kini, Artificial Intelligence (AI) telah menjadi bagian dalam keseharian manusia. Memang untuk bisa tercipta bentuk robot manusia nyaris sempurna sebagaimana digambarkan dalam film mungkin masih butuh bertahun-tahun untuk kita bisa lihat. Meskipun begitu, dalam bentuk-bentuk yang lain AI kini telah memiliki dampak yang cukup signifikan di berbagai lini kehidupan kita. 

Ramalan cuaca, penyaring e-mail spam, prediksi di mesin pencari, sampai asisten pribadi digital seperti Siri dan Cortana, adalah beberapa contoh dari penggunaan AI di keseharian kita. Apa yang menjadi kesamaan pada sejumlah teknologi tersebut adalah algoritma khusus yang memungkinkan teknologi ini dapat bereaksi serta merespon secara real time.

Ketika berbicara tentang dampak positifnya terhadap umat manusia, AI adalah salah satu contoh teknologi yang dapat mengubah sejarah manusia secara keseluruhan, terutama ketika berbicara tentang otomatisasi dan pengolahan data yang masif. Fungsi utama dari AI adalah kemampuannya untuk mempelajari data yang diterima secara berkesinambungan. Semakin banyak data yang diterima dan dianalisis melalui algoritma khususnya, semakin baik pula AI dalam membuat prediksi. Salah satu dampak terbesar yang terasa dari adanya teknologi AI adalah bahwa teknologi ini dapat “belajar sendiri”, sehingga keberadaannya berhasil meningkatkan produktivitas dalam berbagai bidang secara drastis. 

Masih banyak sekali potensi untuk pengembangan AI yang menjadikannya sangat dibutuhkan di masa depan. Pada akhir dekade ini, mungkin penggunaan AI sudah menjadi umum di lingkungan sekitar kita. Hal ini kita rasakan juga ketika tercipta Mobil tanpa pengemudi, ramalan cuaca yang sangat akurat, atau bahkan robot. Seperti halnya robot yang dirancang khusus untuk mendeteksi adanya potensi terorisme atau robot yang menggantikan fungsi astronot. Dengan adanya AI, agaknya hal tersebut bukan mimpi lagi. AI juga memiliki dampak yang sangat besar di bidang kesehatan dengan kemampuannya untuk menganalisis data pasien, yang memungkinkan upaya pencegahan dan pengobatan secara lebih tepat.

Walaupun AI memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk mempelajari informasi, teknologi ini belum dapat mereplikasi akal dan intuisi, yang menjadi tolak ukur manusia dalam memilih untuk melakukan hal yang baik atau buruk. AI masih sangat mengandalkan manusia dalam perkembangannya, karenanya dibutuhkan keseimbangan dalam bekerja dengan AI. Dan agaknya memang seperti inilah seharusnya, sehingga robot selalu dalam kendali manusia. 

Baru-baru ini di Tiongkok, Tim peneliti University of Science and Technology of China juga memperkenalkan sebuah robot perempuan bernama Jia Jia yang parasnya hampir mirip dengan manusia pada umumnya. Robot tersebut juga mampu berinteraksi dengan manusia. Jia Jia memang diprogram untuk dapat mengenali interaksi manusia dengan sebuah sistem untuk menyimpan kenangan atau memori.

Robot humanoid ini dirancang dengan gerakan mata alami, menunjukkan mikro ekspresi. Ia juga bisa berbicara dan gerakan bibirnya tersinkronisasi dengan gerakan bibir penciptanya. Selain bisa berinteraksi dengan manusia, robot Jia Jia juga bisa menghindar dari para wartawan yang mencoba mengambil gambar dirinya. Jia Jia menyatakan bahwa jika ingin mengambil gambar jangan terlalu dekat karena hal itu akan membuatnya terlihat gemuk di bagian wajahnya.

Tim peneliti akan terus berupaya melakukan pengembangan agar robot ini lebih sempurna sehingga memiliki kemampuan belajar yang mendalam. Memang robot ini masih terlihat kaku sebagai robot yang memiliki bentuk fisik manusia, tetapi dari fenomena robot jia jia ini, bukan tidak mungkin pada masa mendatang kita akan bisa menyaksikan pemandangan robot-robot berbentuk manusia sebagaimana digambarkan dalam film Artificial Intelligence.

Memang menjadi kekhawatiran bagi kita seandainya apa yang kita ciptakan nantinya justru akan menginvansi kehidupan kita. Semoga hal itu hanyalah ada dalam cerita film-film fiksi, dan semoga saja, seiring dengan majunya pemikiran manusia, peradaban zaman yang semakin maju bisa membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Karena mesin, robot ataupun Artificial Intelligence adalah diciptakan oleh buah pikir hasil pemikiran manusia, maka hendaknya hasil-hasil buah pikir ini dapat digunakan dengan bijaksana dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama dalam rangka menjaga keseimbangan alam semesta ciptaan Sang Maha Kuasa.



Sumber: 
www.hunstumovies.net/download-a-i-artificial-intelligence-200.xhtml
https://id.techinasia.com/artificial-intelligence-masa-depan-evolusi-manusia
https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/jia-jia-robot-perempuan-yang-bisa-berinteraksi-dengan-manusia?content=all

Selengkapnya
Menggali Akar Perbedaan di antara Umat Islam

Menggali Akar Perbedaan di antara Umat Islam

Islam warna

Al Qur'an adalah kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip mengenai hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama manusia serta dengan alam sekitarnya. Kita meyakini bahwa semua ayat Al Qur'an bersifat absolut benar datangnya dari Allah SWT (qath'iy al-wurud), tetapi tidak semua ayat-ayat Al Qur'an mengandung arti yang sifatnya jelas tanpa dapat diberi interpretasi lagi. 

Para Ulama mencoba mengklasifikasikan antara ayat-ayat yang artinya satu lagi jelas dan absolut (qath'iy al-dalalah) dan ayat-ayat yang artinya tidak jelas dan bisa jadi mengandung arti lebih dari satu (zanniy al-dalalah). Ayat-ayat yang mengandung hanya satu arti lagi jelas, maka hal itu tidak lagi dipermasalahkan oleh para Ulama. Artinya, terhadap ayat-ayat yang termasuk dalam klasifikasi qath'iy al-dalalah ini, karena langsung bisa diketahui kejelasan maksudnya, tidak bisa diberikan interpretasi di atas arti harfinya. 

Akan tetapi adanya ayat-ayat yang bisa mengandung lebih dari satu arti (zanniy al-dalalah), menimbulkan perbedaan faham dikalangan para Ulama. Terhadap hal ini, sebagian Ulama ada yang mengambil arti harfinya dan sebagian yang lain ada yang mengambil arti metaforis sesuai dengan kecenderungan dan pemikiran masing-masing.

Selain pemahaman terhadap Al Qur'an, pemahaman terhadap hadits Nabi sebagai sumber utama kedua ajaran Islam setelah Al Qur'an juga adakalanya memunculkan penafsiran yang berbeda di kalangan para Ulama. Terlebih pemahaman terhadap hadits juga memerlukan berbagai penelitian khusus seperti terkait kualitas hadits dari segi matan, sanad dan yang lainnya. Perbedaan itu di antaranya adalah pemahaman para Ulama terkait suatu teks hadits. Ada yang memahaminya secara tekstual dan ada pula yang memahami secara kontekstual.

Bahkan perbedaan pemahaman seperti ini juga pernah terjadi di kalangan para sahabat saat Nabi masih hidup. Peristiwa ini terjadi saat Nabi memerintahkan sejumlah sahabat untuk pergi ke perkampungan Bani Quraidzhah. Sebelum berangkat beliau berpesan: "Janganlah ada salah seorang di antara kamu yang shalat ashar kecuali di kampung Bani Quraidzhah".

Tetapi karena perjalanan yang panjang menuju kampung tersebut, membuat para sahabat kehabisan waktu ashar sebelum tiba di sana. Menanggapi hal itu, para sahabat terpecah menjadi dua kelompok dalam memahami maksud dari pesan Nabi sebelum mereka berangkat. Sebagian memahaminya secara kontekstual dengan maksud untuk bergegas dalam perjalanan agar dapat tiba disana sebelum waktu ashar habis. Sehingga secara kontekstual pesan Nabi dipahami bukan berarti melarang shalat ashar kecuali setelah tiba disana. Dengan demikian mereka boleh shalat ashar walaupun belum sampai di tempat yang dituju. Tetapi sebagian sahabat yang lain memahaminya secara tekstual. Oleh karena itu mereka baru melaksanakan shalat ashar setelah sampai di kampung Bani Quraidzhah, walaupun waktu ashar telah berlalu.

Di kalangan para Ulama, untuk memahami suatu hadits juga dikenal istilah asbabul wurud, yakni sebab dituturkannya sebuah hadits, atau dengan kata lain "konteks sebuah hadits". Namun tidak jarang pula konteks yang dimaksud tidak diketahui secara pasti atau kabur bagi sebagian peneliti, sehingga bisa saja menimbulkan kekeliruan pemahaman. Perbedaan-perbedaan pendapat mengenai maksud ayat-ayat dan hadits seperti inilah yang akhirnya menjadi salah satu sebab penting bagi timbulnya madzhab-madzhab dan aliran-aliran dalam Islam.

Dengan kata lain, salah satu penyebab penting munculnya madzhab-madzhab dan aliran-aliran dalam Islam pada awalnya adalah karena adanya perbedaan penafsiran tentang ayat-ayat yang mengandung arti zanniy dan hadits-hadits yang bisa dipahami secara kontekstual. Meskipun demikian, karena perbedaan itu hanya merupakan perbedaan penafsiran tentang ayat-ayat dan hadits-hadits yang tidak jelas atau samar-samar maksudnya, dan bukan mengenai ajaran dasar Islam, maka perbedaan-perbedaan itu masih dapat diterima selama masih dalam kebenaran dan tidak keluar dari Islam.

Masih dalam kebenaran dan tidak keluar dari Islam maksudnya adalah bahwa perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara bidang-bidang dan aliran-aliran itu bukanlah mengenai dasar-dasar agama atau ushuluddin, tetapi hanya mengenai penafsiran dan cabang dari dasar-dasar agama atau furu'. Sebagai contoh misalnya terjadi perbedaan pendapat antara pendapat hukum Madzhab Maliki dan Madzhab Syafi'i mengenai persoalan bacaan basmalah pada awal surat al fatihah ketika shalat. Madzhab Maliki berpendapat bahwa bacaan basmalah adalah tidak termasuk dari surat al fatihah sehingga dalam shalat juga tidak perlu dibaca, sementara pendapat madzhab Syafi'i mengatakan bahwa basmalah merupakan bagian dari surat al fatihah sehingga basmalah juga harus dibaca jelas dalam bacaan surat al fatihah ketika shalat. Tetapi meskipun keduanya berbeda pendapat, tidak ada orang yang mengatakan bahwa hanya salah satu dari keduanya yang benar dan yang satu lagi tidak benar. Artinya, meskipun berbeda, putusan hukum dari kedua madzhab ini diakui sebagai masih dalam kebenaran.

Memang kalau perbedaan yang terjadi di antara madzhab atau aliran masing-masing ditinjau secara horizontal, kadang kala kita akan menjumpai perbedaan-perbedaan besar, bahkan adanya pertentangan-pertentangan juga bisa membuat kita mudah membuat kesimpulan bahwa tidak ada yang bisa sama-sama benar dan hanya salah satu atau sebagian sajalah yang mesti benar sedangkan yang lain harus salah dan dianggap bukan Islam lagi. Akan tetapi, kalau ditinjau secara vertikal dari Al Qur'an dan Hadits sebagai sumber utama dari ajaran-ajaran itu, maka kita akan menjumpai bahwa perbedaan-perbedaan itu sebenarnya berasal dari satu sumber. Dengan kata lain, dasarnya sebenarnya adalah satu, hanya saja cabangnya yang banyak dan berbeda. Karena dasarnya satu, maka semua itu sebenarnya masih dalan kebenaran sungguh pun berbeda dalam penafsiran dan perincian. 

Kesimpulannya, peninjauan secara horizontallah yang menimbulkan sikap saling menyalahkan dan mudah mengkafirkan bahkan antar sesama umat Islam. Sementara peninjauan secara vertikal yang sering diabaikan justru sebenarnya dapat memperkecil arti perbedaan-perbedaan yang ada dan dapat menghilangkan sikap saling menyalahkan dan mudah mengkafirkan sebagaimana yang masih sering terjadi di zaman modern sekarang ini. Memang perlu tinjauan lebih lanjut terhadap kajian seperti ini, tetapi hendaknya kita bisa lebih arif dan bijak dalam menyikapi segala perbedaan yang ada. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita agar selalu melangkah di atas jalan kebenaranNya.

Selengkapnya