Alam, Global Warming dan Keserakahan Manusia

Alam, Global Warming dan Keserakahan Manusia

Ilstrasi kerusakan hutan

Mahatma Gandhi pernah mengatakan "Bumi (alam) telah menyediakan kecukupan untuk memenuhi kebutuhan manusia, akan tetapi semua itu tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan manusia". Tampaknya ungkapan ini menjadi peringatan bagi kita supaya sadar kembali akan apa yang telah kita lakukan kepada bumi tempat kita tinggal ini. Kebutuhan semua manusia memang dapat diperhitungkan dan dicukupi oleh sumber alam yang ada di muka bumi ini. Tetapi untuk memenuhi semua keinginan manusia yang tiada habisnya, alam tidak akan pernah bisa mencukupinya, bahkan pemaksaan terhadapnya pada kenyataannya justru akan merusak dan memperburuk keadaan alam. 

Dalam Islam terdapat tiga relasi manusia yang wajib dijalankan oleh setiap umatnya. Pertama, hubungan manusia dengan Allah (hablu min Allah), kedua, hubungan manusia dengan sesama manusia (hablu min an-nas), dan ketiga, hubungan manusia dengan alam (hablu min al alam). Ketiga hubungan ini harus diterapkan secara baik dan proporsional untuk terciptanya kehidupan yang harmonis. 

Dari ketiga hubungan di atas, sering kali manusia 'lupa' dalam menjalankan hubungan baik dengan alam. Kewajiban untuk menjaga kelestarian alam sering kali diabaikan. Alam justru hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu keserakahan manusia. Maka yang terjadi kemudian adalah terjadinya ketidakseimbangan. Alam pun menunjukkan kemarahannya, sehingga berakibat mengancam kehidupan manusia itu sendiri. Bencana alam seperti banjir besar, tanah longsor, angin topan dan bencana-bencana lain terjadi di mana-mana.

Pernahkah kita renungkan mengapa bencana-bencana itu semua bisa terjadi?. Pemanasan global menjadi faktor penting dibalik terjadinya bencana-bencana ini. Pemanasan global (Global Warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Pemanasan global akan diikuti dengan perubahan iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sementara di belahan bumi lain akan terjadi musim kering berkepanjangan yang disebabkan kenaikan suhu. Perubahan iklim secara global ini juga dapat berdampak pada musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati, melelehnya deretan gunung es di kutub utara dan selatan, dan naiknya permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Bahkan pada tahun 2100 diperkirakan akan banyak pulau di dunia akan tenggelam.

Sebetulnya gejala dari global warming pada awalnya merupakan gejala alam yang normal, karena pemanasan diperlukan untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku, atau dengan kata lain kalau bumi tidak mendapat pemanasan maka suhu di bumi bisa menjadi dingin membeku seperti pada zaman es yang pernah terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Pemanasan pada permukaan bumi dikenal dengan istilah ‘Efek Rumah Kaca’ atau Greenhouse Effect. Proses ini berawal dari sinar Matahari yang menembus lapisan udara (atmosfer) dan memanasi permukaan bumi.

Permukaan bumi yang menjadi panas menghangatkan udara yang berada tepat di atasnya. Karena menjadi ringan, udara panas tersebut naik dan posisinya digantikan oleh udara sejuk. Sebagian dari udara panas yang naik ke atas ditahan dan dipantulkan kembali ke permukaan oleh lapisan gas di atmosfer bumi yang terdiri dari Karbon Dioksida, Metan dan Natrium Oksida. Udara panas yang dipantulkan tersebut berfungsi untuk menjaga temperatur bumi supaya tidak menjadi beku. Proses pemantulan udara panas untuk menghangatkan bumi inilah yang disebut dengan efek rumah kaca.

Akan tetapi proses alam yang normal ini berubah menjadi tidak sehat saat manusia mulai berulah. Aktivitas manusia yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara serta kegiatan lain yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan jumlah gas rumah kaca secara global, salah satunya gas karbon.

Aktivitas penggunaan emisi karbon seperti yang banyak dilakukan oleh sektor industri di Amerika Serikat, China, Australia, Jepang dan Rusia terbukti menjadi penyebab meningkatnya suhu panas bumi karena banyaknya produksi menggunakan energi fosil. Proses pembakaran energi dari bumi ini ternyata menghasilkan gas buangan yang berupa karbon dioksida. Otomatis, kadar lapisan gas rumah kaca yang menahan dan memantulkan kembali udara panas ke bumi menjadi semakin banyak. Kalau bumi terus menerus terkena pemanasan ini, maka efek pertama yang terjadi adalah tingginya temperatur udara. Hal ini menyebabkan suhu menjadi luar biasa panas, sehingga berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia.

Selain emisi karbon, penggunaan Chloro Fluoro Carbon (CFC) juga merupakan faktor lain penyebab terjadinya global warming ini. CFC biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol. CFC sangat kuat untuk melubangi lubang ozon, sehingga akan meningkatkan bahaya akibat radiasi ultraviolet yang mencapai permukaan bumi. Penipisan lapisan ozon ini juga menimbulkan banyak ancaman terhadap kesehatan manusia dan kehidupan di bumi. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol telah dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia.

Aktivitas manusia dalam pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab juga turut menyumbang terjadinya kerusakan alam. Sebagaimana diketahui hutan sebagai penyerap racun karbon terbesar kini telah rusak. Eksploitasi hutan yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bermoral mengakibatkan hutan menjadi gundul. Penjarahan hutan atau penebangan liar juga menyebabkan deforestasi besar-besaran karena tidak diimbangi dengan pelestarian dan reboisasi.

Banyaknya hutan di bumi yang terbakar juga menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Seperti misalnya pada kejadian kebakaran hutan berskala besar di Indonesia pada tahun 1997-1998, diestimasi sekitar 10 juta hektar lahan yang rusak atau terbakar, dengan kerugian untuk Indonesia terhitung 3 milyar dollar Amerika. Kejadian ini sekaligus melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) sebanyak 0,81-2,57 Gigaton karbon ke atmosfer (setara dengan 13-40% total emisi karbon dunia yang dihasilkan dari bahan bakar fosil per tahunnya) yang berarti menambah kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global.

Dampak negatif dari kebakaran hutan dan lahan sangat dirasakan terutama oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada hutan, satwa liar (seperti gajah, harimau, dan orang utan) yang kehilangan habitatnya, sektor transportasi karena terganggunya jadwal penerbangan, dan juga masyarakat secara keseluruhan yang terganggu kesehatannya karena terpapar polusi asap dari kebakaran.

Seperti terdapat dalam satu lingkaran, selain berkontribusi terhadap akumulasi gas rumah kaca di atmosfer dengan bertambahnya emisi karbon dunia, kebakaran hutan dan lahan juga dipicu oleh meningkatnya pemanasan global itu sendiri, akan tetapi penyebab utama tetap merupakan akibat ulah manusia yang melakukan pembakaran dalam upaya pembukaan hutan dan lahan untuk hutan tanaman industri, perkebunan, pertanian atau sebagai tempat permukiman baru.

Pengendalian dan pelestarian hutan sebetulnya merupakan suatu cara yang efektif dalam penanggulangan dampak pemanasan global yang tengah terjadi. Beberapa kemungkinan penyebab emisi karbon dapat direduksi dengan penanaman kembali beberapa jenis pohon yang dapat menyerap dan menanggulangi dampak dari hal tersebut. Dengan demikian perubahan iklim serta kerugian-kerugian bagi kehidupan pun akan dapat terkendalikan dengan baik.

Berkaca dari peristiwa-peristiwa tersebut, benarlah apa yang telah difirmankan Allah dalam Surat al-Ruum ayat 41 bahwa penyebab kerusakan di bumi adalah ulah manusia sendiri yang telah berlebih-lebihan dan melampaui batas. Mereka berlomba-lomba untuk memenuhi semua keinginan nafsu yang tiada batasnya, memperkaya diri dengan menguasai alam secara semena-semena, sehingga tidak memperhitungkan dampak yang akan ditimbulkannya.

Kemajuan teknologi yang sejatinya bertujuan untuk kesejahteraan umat manusia pun tampaknya telah melenceng dari apa yang direncanakan. Penghijauan yang coba dilakukan justru hanya akan bertentangan dengan perkembangan teknologi, selama kuasa manusia tidak dibatasi dengan kesadaran kembali kepada alam. Pada titik ini tampaknya manusia tidak bisa membendung segala ambisi atau keinginannya yang terus berkembang. Ambisi untuk dapat menguasai segalanya, sampai seakan-akan tidak ada sesuatu pun yang tidak dapat dikuasainya.

Keinginan-keinginan manusia yang tidak terkendali ini telah membuatnya lupa akan tanggung jawabnya sebagai pengemban mandat Tuhan di bumi (khalifah fil ardh). Padahal jika saja kita mau berlaku baik terhadap alam, menggunakannya dengan bertanggung jawab, yakni dengan tetap menjaga akan kelestarian lingkungan hidup, niscaya keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga dengan baik dan selanjutnya akan berdampak positif pula terhadap keberlangsungan kehidupan manusia.

Sudah saatnya bagi kita untuk pahami kembali konsep menjaga hubungan baik dengan alam. Kita pahami bahwa terjadinya berbagai bencana di muka bumi ini merupakan teguran dari Allah supaya kita merasakan sebahagian dari akibat perbuatan kita, agar kita kembali ke jalan yang benar. Kita pahami bahwa ada perbedaan besar antara kebutuhan dan keinginan (syahwat). Dengan demikian, kita akan sadar bahwa semua tindakan berlebihan pada akhirnya justru akan merugikan manusia sendiri. Sesungguhnya Allah telah menciptakan alam dengan segala keseimbangannya, namun perilaku manusia sendiri yang kemudian merusaknya.



dari berbagai sumber.
Selengkapnya
Fenomena Manusia tanpa Kewarganegaraan (Stateless)

Fenomena Manusia tanpa Kewarganegaraan (Stateless)

Foto pengungsi

Berulang kali kita jumpai dalam berita perihal para pengungsi dari berbagai negara yang memasuki negara kita untuk mencari suaka sebagai tempat menumpang hidup. Pada umumnya mereka berdatangan dari negeri-negeri yang rawan konflik seperti Myanmar, Srilangka, Afganistan, ataupun dari kawasan negara timur tengah seperti Irak. Mereka tidak dapat dilindungi oleh negara asalnya karena mereka terpaksa meninggalkan negaranya. Karena itu, perlindungan dan bantuan kepada mereka menjadi tanggung jawab komunitas internasional.

Para pengungsi pencari suaka ini kebanyakan berstatus tanpa kewarganegaraan (Stateless) dan tidak jelas kewarganegaraannya. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dapat membuktikan status kewarganegaraan mereka, ataupun karena tidak diakui lagi status kewarganegaraannya oleh negara asal mereka. Menurut Konvensi 1954 tentang Status Stateless Persons disebutkan bahwa: orang tanpa kewarganegaraan (stateless) adalah seseorang yang tidak dianggap sebagai warga oleh negara manapun di bawah operasi hukumnya.

Sebetulnya, orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan dapat dijumpai di seluruh benua dan tiap negara. Di Indonesia, fenomena manusia tanpa kewarganegaraan ini banyak dijumpai sedari dulu. Banyak kisah yang menggambarkan perjuangan mereka untuk mendapatkan identitas kewarganegaraannya. Meskipun sulit mengidentifikasi jumlah dan lokasi mereka, melalui berbagai kajian penelitian dan forum diskusi dari berbagai instansi dan elemen, dapat diketahui bahwa keadaan tanpa kewarganegaraan juga dialami oleh orang-orang berikut ini:

1. Etnis Indonesia Cina yang tidak memiliki dokumen untuk membuktikan kewarganegaraan Indonesia, karena status kewarganegaraannya tercatat secara salah dalam dokumen registrasi sipil mereka dan mereka yang tidak dikenal sebagai warga negara Cina maupun Indonesia.

2. Etnis Arab dan India yang tidak memiliki dokumen untuk membuktikan kewarganegaraan mereka atau status kewarganegaraan mereka tercatat secara salah dalam dokumen registrasi sipil mereka. 

3. Pekerja migran Indonesia yang kehilangan kewarganegaraannya berdasarkan Undang-undang tahun 1958 tentang ketentuan tinggal di luar negeri yang diperpanjang dan tidak dapat memperoleh kewarganegaraan berdasarkan Undang-undang tahun 2006.

4. Sejumlah kecil orang Indonesia yang diasingkan keluar Indonesia karena pada saat ia terkait konflik politik di tahun 1965 dan menjadi stateless.

5. Orang lainnya yang menjadi stateless karena tergolong sebagai migrant tanpa dokumen dari Cina, yang telah lama tinggal di Indonesia. Kelompok ini bermigrasi ke Indonesia tetapi tidak memiliki kewarganegaraan Indonesia karena mereka tidak lahir di Indonesia.

Baik Kementrian Dalam Negeri maupun Kementrian Hukum dan HAM, dengan bantuan komunitas sipil di Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting untuk mengatasi masalah statelessness di Indonesia. Undang-undang Kewarganegaraan 2006 yang baru memungkinkan akuisisi atau penerimaan kewarganegaraan dan penerimaaan kembali kewarganegaraan bagi orang-orang yang stateless.

Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) telah mengembangkan kerjasama dengan berbagai kementrian dan instansi pemerintah yang relevan, dengan LSM, beberapa badan PBB lainnya (UNFPA, UNICEF) dan komunitas sipil, untuk melakukan pertemuan dan diskusi individual untuk menentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengidentifikasi, mengurangi dan mencegah keadaan tanpa kewarganegaraan, serta untuk memastikan perlindungan bagi orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Lebih jauh lagi, UNHCR berharap agar upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi statelessness di Indonesia dapat memfasilitasi peratifikasian Konvensi 1961 tentang Pengurangan Keadaan tanpa Kewarganegaraan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.

Dalam lingkup internasional, sejak tahun 2014 yang lalu UNHCR juga telah mencanangkan kampanye untuk menghentikan stateless atau warga dengan status tidak berkewarganegaraan di seluruh dunia dalam waktu 10 tahun terakhir. Pada saat ini diperkirakan terdapat sekitar 10 juta orang dengan status tidak berkewarganegaraan, tidak berkebangsaan, dan tidak memiliki paspor. Peristiwa semacam ini pastinya menyebabkan penolakan akses pelayanan kesehatan, pendidikan, dan hak-hak berpolitik.

Sementara itu anak-anak yang lahir di tempat-tempat pengungsian juga sering tidak memiliki hak mendapat status kewarganegaraan dan tidak mendapat kesempatan untuk kembali ke negara orang tua mereka untuk mendapat klaim kewarganegaraan di sana. Oleh karenanya, UNHCR ingin mengakhiri ini dengan memberikan status kewarganegaraan untuk anak-anak tanpa kewarganegaraan dan juga menawarkan pemberian status kewarganegaraan kepada etnis minoritas. Sebagaimana diketahui, etnis minoritas seperti komunitas Rohingya Birma juga tidak mendapatkan status kewarganegaraan mereka.

PBB juga berjanji untuk mengatasi masalah ini dengan mengadopsi Konvensi 1954 sehubungan dengan Status Tanpa Kewarganegaraan dan Konvensi 1961 tentang Pengurangan (warga berstatus) Tanpa Kewarganegaraan. Semoga dengan dicanangkannya semua program ini, harapan untuk bisa mengakhiri fenomena orang-orang dengan status tanpa berkewarganegaraan ini dapat berhasil.



dinukil dari berbagai sumber
Selengkapnya
Pengajaran dalam Kisah

Pengajaran dalam Kisah

Ilustrasi guru bercerita

Mendengarkan kisah atau dongeng adalah kegiatan yang menyenangkan. Mendongeng atau berkisah biasanya dilakukan oleh para guru untuk menenangkan murid-muridnya. Biasanya dengan mendongeng, suasana yang tadinya ribut akan berubah menjadi tenang. Murid-murid juga akan mendengarkan dengan penuh kesungguhan. Bahkan adakalanya mereka lebih antusias mendengarkan dongeng ketimbang pelajarannya.

Sebenarnya mendengarkan dongeng atau kisah tidak hanya menarik bagi anak-anak saja. Semua orang baik yang muda ataupun yang tua pada dasarnya suka dengan dongeng (cerita). Tampaknya kesenangan kita untuk mendengarkan atau membaca sebuah cerita adalah fitrah. Kita bisa melihat betapa pada masa kini banyak orang yang gandrung dengan tayangan film atau serial sinetron di televisi yang pada dasarnya merupakan media bercerita atau berkisah. Hanya saja memang belum tentu media bercerita tersebut membawa efek positif bagi pemirsanya. 

Istilah kisah dan dongeng mungkin sedikit berbeda maknanya. Meskipun begitu, keduanya membawa maksud dan tujuan yang sama. Terlepas dari isinya yang merupakan berdasar kejadian nyata atau pun hanya karangan belaka, baik kisah ataupun dongeng sejatinya mengandung nilai-nilai pengajaran yang bisa diambil oleh pendengar atau pembacanya.

Berkisah merupakan salah satu media pengajaran, karena tujuan utama berkisah atau mendongeng adalah agar pendengar bisa mengambil pelajaran dari kisah yang diceritakan. Meskipun demikian, media berkisah ini memiliki keistimewaan tersendiri dibanding media pengajaran yang lain. Keistimewaannya adalah karena berkisah sangat jauh dari kesan menggurui. Pendengar atau pembaca kisah tidak merasa digurui oleh pembawa kisah karena memang yang menjadi guru adalah kisah itu sendiri. Pendongeng atau pembawa kisah juga tidak langsung menunjuk kepada pendengar atau pembacanya, tetapi dia mengajak untuk melihat bersama-sama isi dari sebuah cerita. Dari isi cerita inilah pengajaran itu didapat. 

Jika kita cermati sebenarnya Allah pun banyak menggunakan media bercerita atau berkisah dalam mendidik kita sebagai hamba-hambaNya. Buktinya banyak kita jumpai dalam al-Qur'an betapa banyak kisah-kisah pada masa lalu yang Allah ceritakan kepada kita. Bahkan demikian pentingnya arti kisah di dalam Alqur’an sampai ada sebuah surat yang dinamakan dengan surat Al-Qashas (kisah-kisah). Rasulullah pun dalam haditsnya juga banyak yang berisi sebuah kisah. Tentunya kisah-kisah yang disebutkan dalam kitab pedoman umat Islam ini berisi banyak sekali pengajaran untuk kita semua.

Kisah adalah guru yang bertindak seperti cermin bagi siapa saja yang mendengar atau membacanya. Dengan mendengar atau membaca kisah, kita akan jadi tahu diri setelah melihatnya pada diri kita sendiri. Kita menjadi tahu akan kesalahan dan kekurangan apa yang mesti diperbaiki dalam diri. Kita juga menjadi sadar untuk bisa selalu menempatkan diri dan menjaga diri di tengah-tengah goncangan kehidupan yang rumit ini. 

Sesungguhnya metode berkisah juga dapat menyentuh daya rasa, daya pikir dan keakuan (ego) yang ada pada diri manusia. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa metode berkisah sangat menarik dan disenangi oleh masyarakat kita. Mereka dengan senang hati (tanpa perlu paksaan) untuk mengikuti sebuah cerita, baik mendengarkannya atau membacanya. Inilah yang dimaksud bahwa cerita mampu menyentuh rasa manusia yakni rasa senang. Hal ini sangat penting karena kebanyakan orang hanya mau mendengarkan apa yang mereka sukai bukan apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Karena berkisah sangat disenangi oleh masyarakat kita maka metode ini dapat kita jadikan pembuka pintu bagi pembinaan generasi. 

Berkisah juga dapat menyentuh daya pikir manusia, karena melalui kisah kita akan lebih mudah memahami suatu ajaran. Hal ini seperti seorang guru yang memberi contoh-contoh soal setelah memberikan rumus tertentu. Belajar dari kisah akan memudahkan pikiran kita untuk memahami makna dan maksud yang terkandung dari suatu peristiwa atau kejadian. Jadi berkisah berusaha memberikan analog-analog bagi suatu ajaran yang kadang-kadang sangat sulit dipahami oleh akal kita. Oleh karenanya berkisah akan mempertajam kecerdasan.

Selain itu berkisah juga dapat menyentuh ego (keakuan) dalam diri kita. Ego adalah sumber kekuatan kita untuk mau mengamalkan sesuatu yang kita yakini sebagai kebenaran. Kisah memberi contoh kepada kita suatu gambaran tentang bagaimana menjalani kehidupan. Kisah juga mengajarkan kepada kita untuk dapat memahami dan menyikapi pencapaian dan kegagalan, keberanian dan kepengecutan, serta kejujuran dan pengkhianatan. 

Kisah mengajarkan kepada kita bagaimana memahami dan mengamalkan nilai kebijaksanaan yang merupakan hasil dari nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan nilai-nilai keindahan. Dengan membaca atau mendengarkan kisah maka seakan kita diberi contoh bagaimana nilai-nilai kebijaksanaan itu diamalkan. Selain itu berkisah juga dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mempertajam kemauan kita untuk mengamalkan ajaran-ajaran yang mulia itu. 

Memang tidak semua kisah membawa dampak baik bagi kehidupan kita. Hal ini karena tidak semua kisah mengandung nilai-nilai hikmah kebijaksanaan. Banyak juga kisah-kisah yang justru membawa kita kepada pemahaman kehidupan yang keliru. Sebagai contoh kita bisa melihat akibat dari kisah-kisah yang terkandung di dalam film dan sinetron yang justru membawa kita ke arah kehidupan yang materialistis dan egoistis. Oleh karenanya kita juga harus bisa memilih mana kisah yang mencerahkan, menginspirasi, dan memotivasi, bukannya kisah yang menggelapkan, menumpulkan dan melemahkan potensi yang ada dalam diri kita. 

Hanya kisah yang mengandung hikmah kebijaksanaan lah yang tepat untuk mendidik generasi muda kita agar mampu berpikir jernih dan tajam serta berkemauan kuat untuk mengamalkan hasil pemikirannya itu. Sehingga dengan demikian kiranya Allah memberi petunjuk kepada kita untuk dapat menilai sesuatu itu benar atau salah, serta dengannya pula Allah berkenan memberi kita kekuatan agar dapat bersikap secara tepat mengikuti kebenaran dan menjauhi kebathilan. Insya Allah. 



disarikan dari Wisata Cinta, karya Mustamir.
Sumber gambar: okezone.com
Selengkapnya
Tradisi Panen Padi di Desaku

Tradisi Panen Padi di Desaku

Ilustrasi panen padi
Ilustrasi panen padi. 

Hamparan sawah yang sebelumnya hijau kini telah berubah menguning. Ya, beberapa hari ini di desaku Candiwulan sedang memasuki musim panen. Berhektar-hektar padi milik para petani telah siap untuk dipanen. Ketika musim panen tiba, sawah akan berubah menjadi ramai tidak seperti hari-hari biasanya. Orang-orang datang berduyun-duyun menuju sawah untuk memanen hasil sawahnya.

Meskipun panen tidak selalu mendapat hasil melimpah, karena adakalanya tanaman padi diserang hama seperti tikus, wereng ataupun hama lainnya, panen bagi petani tetap menjadi berkah dan rezeki yang harus selalu disyukuri. Begitu pula pada masa panen kali ini. Banyak tanaman padi yang diserang hama wereng, sehingga para petani harus cepat-cepat memanen hasil padinya. Beruntung meskipun ada sebagian padi yang terserang, masih banyak yang bisa terselamatkan. 

Panen tidak hanya menjadi rezeki bagi orang yang punya sawah, tetapi panen juga memberikan rezeki bagi orang lain. Sudah menjadi tradisi di daerah saya tinggal, bahwa setiap musim panen tiba, maka akan ada banyak orang yang menawarkan jasanya untuk membantu memanen padi. Mereka biasanya datang bukan hanya dari warga desa sendiri, tetapi juga banyak yang dari desa tetangga. Bahkan dulu banyak juga orang-orang dari wilayah pegunungan seperti daerah Pandansari yang datang bersepeda untuk ikut membantu panen padi di desaku ini. Sampai-sampai banyak warga di desaku yang  setiap musim panen berlangganan menggunakan jasa mereka. Tetapi sekarang hal ini sudah jarang terlihat.

Kegiatan ikut membantu panen ini di daerah saya biasa disebut dengan istilah derep. Derep biasanya dilakukan berkelompok, meskipun kadang ada pula yang memanen padi hanya berdua atau bahkan sendiri. Derep pada masa kini juga lebih banyak didominasi kaum laki-laki, meskipun kadang juga ada kaum wanita yang ikut. Biasanya selagi para tukang derep atau orang-orang yang ikut membantu panen ini bekerja, pemilik padi akan datang ke sawah membawa kiriman makan untuk mereka. Pada masa lalu para tukang derep ini menggunakan sepeda onthel untuk membawa padi hasil panen dari sawah menuju desa atau ke rumah pemilik sawah. Tetapi sekarang sebagian besar dari mereka telah membawa sepeda motor, sehingga pekerjaan membawa hasil panen ini menjadi lebih mudah, ringan, dan cepat.

Memang panen padi pada masa kini berbeda dengan panen pada masa dulu. Perkembangan alat dan teknologi pertanian membuat cara panen kini lebih cepat dan praktis. Pada masa lalu, panen padi dilakukan secara tradisional menggunakan alat yang disebut ani-ani. Meskipun masih ada, namun alat ini sekarang sangat jarang dijumpai.

Ani-ani adalah alat dari sekeping kayu dan bambu kecil dengan sebilah logam tajam di pinggir kayu yang berfungsi sebagai pisau. Dengan ani-ani, tangkai bulir padi dipotong satu-persatu. Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh kaum wanita atau ibu-ibu ini memang memakan banyak waktu, namun keuntungannya bulir padi yang belum masak tidak ikut terpotong. Setelah tangkai padi dipetik dan dikumpulkan, bulir padi kemudian dipisahkan dari batangnya menggunakan alu atau alat pemukul kayu. Kemudian agar buliran padi tidak ada yang tersisa di tangkainya maka proses selanjutnya digilas dengan kaki.

Dalam perkembangannya, cara memanen menggunakan ani-ani ini kemudian berganti menggunakan sabit atau arit. Dengan sabit, semua batang padi dibabat dengan menggunakan sabit. Setelah batang padi dibabat, bulir padi kemudian dipisahkan dari tangkainya dengan cara dipukul-pukulkan pada alat dari papan kayu sampai semua bulir padi rontok. Proses ini di desa saya disebut dengan istilah gepyok. Biasanya untuk menghemat waktu, para tukang derep yang berkelompok berbagi tugas, ada yang bertugas memotong padi, mengumpulkan, menggepyok, memasukan padi ke dalam karung, hingga yang memanggulnya untuk diangkut dengan sepeda menuju desa. 

Seiring berganti zaman, cara merontokan padi dengan gepyok pun kemudian berganti menjadi cara yang lebih praktis, yakni menggunakan alat yang disebut mesin rontok. Sistem kerja mesin rontok memanfaatkan putaran poros roda seperti halnya pada sepeda onthel. Poros roda yang dipasangi kayu berbentuk silinder ini diberi ratusan ujung paku yang lancip. Ujung-ujung paku yang berputar inilah yang berfungsi merontokan padi ketika didekatkan, sehingga bulir-bulir padi terpisah dari tangkainya. 

Pada awalnya mesin rontok ini digerakkan dengan mengayuh pedal yang terhubung dengan rantai seperti halnya pada sepeda onthel. Namun karena untuk membuat poros silinder terus berputar pedal harus terus dikayuh, akhirnya pada masa kini kayuhan pedal kemudian diganti dengan mesin berbahan bakar bensin, sehingga lebih otomatis dalam menggerakan poros silinder. Cara ini tentunya lebih cepat dan lebih menghemat tenaga dibanding cara manual yakni dengan mengayuhnya. Model mesin rontok seperti inilah yang kini banyak dipakai oleh para tukang derep di desaku. 

Sebetulnya masih ada alat lain untuk panen yang musim lalu pernah dicoba dipakai di desaku, yaitu menggunakan mesin seperti mesin traktor yang bisa dikendarai. Prinsip kerja mesin canggih ini juga terlihat lebih efisien, rapi dan cepat, karena dari proses pemotongan sampai perontokan padi dilakukan oleh mesin. Tetapi penggunaan mesin ini menghilangkan tradisi yang ada, yaitu tradisi gotong royong seperti yang dilakukan oleh para tukang derep.

Biasanya ketika sedang musim panen, kadang ada beberapa penjual es dawet yang berjualan di sawah. Mereka berjalan menyusuri galengan (jalanan setapak di sawah) dengan memikul es dawet dagangannya. Mereka biasanya berjalan mendekati setiap rombongan tukang derep yang sedang memanen padi untuk menawarkan dagangannya. Dan yang unik adalah untuk membelinya tidak menggunakan uang, melainkan menggunakan gabah atau padi sesuai takaran tertentu. Selain penjual es dawet, kadang juga ada penjual rokok, gorengan atau makanan-makanan kecil lainnya. Pemandangan seperti ini masih bisa dijumpai hingga saat ini.

Setelah padi atau gabah hasil panen dimasukan ke dalam karung, padi dibawa dari sawah menuju desa menggunakan sepeda motor. Selanjutnya di depan pemilik sawah padi ditimbang dan kemudian ditentukan upah bagi masing-masing tukang derep. Upah ini berupa padi dari hasil panen yang disebut dengan istilah bawon. Pemberian bawon ini ditentukan berdasarkan ukuran atau takaran yang berlaku dari banyak sedikitnya padi yang dihasilkan.

Tahap terakhir sebelum padi dijual atau disimpan di lumbung adalah proses penjemuran. Penjemuran biasanya dilakukan di tanggul (jalanan lebar di sawah), lapangan, halaman depan rumah, atau tempat mana saja yang banyak terkena panas matahari. Lama penjemuran biasanya tergantung cuaca. Jika seharian panas mungkin dua hari cukup. Tetapi jika cuaca berubah-ubah, atau bahkan turun hujan, penjemuran bisa memakan waktu tiga sampai empat hari.

Proses penjemuran ini dilakukan dengan meratakan padi pada gelaran atau alas tempat khusus untuk menjemur padi. Pada saat penjemuran ini padi harus sering diorak-arik dengan semacam alat dari kayu agar padi cepat kering. Selain itu padi juga dibersihkan dari sisa-sisa jerami yang terbawa dengan menggunakan sapu lidi. Proses terakhir setelah padi kering adalah padi disilir untuk kembali membersihkan padi dan memisahkan padi yang berisi dengan padi yang gabug atau tidak berisi. Proses penyiliran ini bisa dilakukan dengan cara alami maupun menggunakan mesin kipas angin. Biasanya untuk proses alami dilakukan di keteb (pinggiran desa dekat sawah) atau di lapangan dengan memanfaatkan hembusan angin yang ada, sedangkan proses dengan kipas angin bisa dilakukan di rumah sendiri. Setelah bersih, padi siap untuk dijual atau siap masuk ke dalam lumbung.

Panen pada musim kali ini sebetulnya terjadi pada musim sadhon atau memasuki musim kemarau, tetapi entah mengapa kemarau kali ini sepertinya agak mundur karena masih kadang terjadi turun hujan. Panas juga tidak merata karena langit kadang tertutup awan. Beruntung hujan biasanya terjadi pada sore atau malam hari, sehingga tidak banyak mempengaruhi proses penjemuran.

Tetapi bisa lain ceritanya jika panen terjadi pada saat musim rendheng atau musim hujan. Sering kejadian saat tengah hari ketika sedang menjemur padi tiba-tiba hujan turun. Orang-orang dibuat kalang kabut menyelamatkan padi jemuran mereka. Tetapi pada saat terjadi hal seperti ini, biasanya tetangga-tetangga yang belum punya jemuran padi dan tidak sedang sibuk turut membantu menyelamatkan padi dari kebasahan. Inilah bentuk sosialitas dan gotong royong saling tolong menolong yang masih terjalin erat diantara warga desa.

Demikianlah tradisi panen yang ada di desaku. Tentunya tradisi ini juga tidak jauh berbeda dengan yang ada di desa-desa lainnya. Tradisi panen dari proses pemotongan padi di sawah sampai masuk lumbung banyak menyimpan kearifan lokal yang nilai-nilainya patut diteladani. Tradisi gotong royong dan saling tolong menolong telah mendarah daging dan menjadi keseharian bagi masyarakat jawa. Semoga tradisi seperti ini tetap terjaga.

Selengkapnya
Tanda-Tanda Tubuh Kekurangan Nutrisi

Tanda-Tanda Tubuh Kekurangan Nutrisi

Kurang nutrisi

Kesehatan merupakan nikmat yang harus selalu kita syukuri. Namun kesehatan akan terganggu manakala tubuh kita kekurangan nutrisi. Kekurangan gizi (malnutrisi) merupakan gangguan kesehatan serius yang terjadi ketika tubuh tidak mendapat asupan nutrisi yang cukup. Padahal, nutrisi ini sangat penting agar tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Makanan merupakan sumber energi sekaligus sumber nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita, semakin sedikit kita makan semakin sedikit nutrisi yang kita peroleh, tetapi semakin banyak makan itu pun tidak menjamin kita mempunyai nutrisi yang baik untuk tubuh, jika asupan tubuh bukanlah makanan yang bergizi maka sama saja tubuh tetap kekurangan nutrisi. 

Banyak dari kita yang seringkali tidak menyadari ketika tubuh kekurangan nutrisi. Oleh karenanya perlu bagi kita untuk selalu menjaga tubuh agar tetap sehat, dan pastikan kita menyadari tanda-tanda tubuh yang kekurangan nutrisi. Dikutip dari berbagai sumber, berikut tanda-tanda tubuh  kekurangan nutrisi:

1. Sulit sembuh atau disebut juga Delayed healing, yaitu kekurangan nutrisi yang terjadi ketika kita luka atau cedera, namun luka atau cedera tersebut lama sembuhnya. Jika terjadi demikian maka harus kita pastikan untuk selalu makan yang cukup dan bagi yang menjalani diet ketat maka perlu ditinjau ulang atau hentikan dulu sesaat, sebab kalori dan protein banyak dibutuhkan untuk proses penyembuhan.

2. Rambut mudah rontok, ditandai dengan rambut yang mudah sekali rontok atau rambut lebih cepat rontok dari biasanya. Kekurangan protein, kekurangan lemak, dan kurangnya vitamin B dari biji-bijian seperti gandum merupakan penyebab rambut mudah rontok. Untuk mengatasinya pastikan tubuh kita untuk mendapatkan cukup protein, lemak sehat, dan sumber-sumber yang baik dari karbohidrat glisemik rendah. Pastikan juga untuk mengonsumsi suplemen B sebagai gantinya. 

3. Tulang terlihat menonjol, juga termasuk salah satu tanda-tanda utama gejala awal kurang nutrisi. Tulang yang terlihat menonjol biasanya terjadi pada tulang dada atau punggung. Berat badan yang menurun menunjukan tubuh tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup. Tubuh kita kekurangan lemak yang menyebabkan tubuh terlihat lemah dan kurus.

4. Kuku mudah patah atau rapuh. Kuku yang mudah sekali patah, mengelupas atau bahkan berdarah adalah tanda lain tubuh kehilangan nutrisi penting. Kekurangan magnesium adalah salah satu penyebab terjadinya kerusakan kuku ini. Untuk mencegah hal tersebut pastikan tubuh kita untuk mendapatkan nutrisi yang cukup, terutama protein yang sehat, seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Mengonsumsi buah-buahan seperti alpukat dan pisang, sayuran terutama semua sayuran hijau juga dapat mengatasi hal ini.

5. Gigi rusak, seperti gigi yang mengikis, gusi berdarah, atau bau napas yang tidak enak terus menerus bersamaan dengan gejala-gejala lainnya. Segala jenis infeksi gigi yang tidak hilang merupakan tanda-tanda kekurangan nutrisi. Terlalu banyak makanan yang mengandung gula bisa menjadi penyebab utamanya. Oleh karenanya cukupi nutrisi dan perbanyak asupan vitamin C terutama untuk gusi berdarah.

6. Lidah pecah-pecah atau lidah seperti terbelah-belah ini bisa terjadi karena tubuh kekurangan vitamin B. Oleh karena itu perbanyaklah makan ikan dan juga tambahkan kedelai dalam menu makan.

7. Kulit kering, memang bisa juga disebabkan terlalu lama berada ditempat yang dingin seperti tempat ber AC, di puncak gunung dan tempat-tempat dingin lainnya. Tetapi kulit kering juga bisa terjadi karena makanan yang kita konsumsi kurang mengandung vitamin A. Oleh karenanya cukupi nutrisi yang mengandung vitamin A, seperti sarapan dengan perpaduan mentega yang ternyata banyak mengandung vitamin A.

8. Tangan terasa dingin, maksudnya adalah tangan yang gampang dingin. Ini terjadi karena tubuh kekurangan yodium. Untuk mengantisipasi hal ini perlu kita tambahkan menu makanan dari laut, seperti rumput laut, udang-udangan atau makanan lainnya seperti cranberry, yogurt dan kentang.

9. Penuaan dini. Sebuah studi menunjukkan bahwa kualitas makan yang buruk dapat menyebabkan penuaan dini. Oleh karenanya biasakan untuk mulai perbanyak mengkonsumsi vitamin A, E dan makanan yang mengandung banyak antioksidan, diantaranya terdapat pada buah-buahan dan sayuran.

Demikianlah informasi mengenai tanda-tanda tubuh kekurangan nutrisi. Semoga kita semakin peduli terhadap kesehatan tubuh kita dengan memberi asupan makanan yang baik dan kaya nutrisi. Sekian.




Sumber dari sinisini, dan sini.
Selengkapnya
Emansipasi Wanita dalam Islam

Emansipasi Wanita dalam Islam

Ilustasi wanita

Di era modern ini, pembahasan mengenai emansipasi wanita selalu menjadi topik pembicaraan yang banyak dikupas oleh kalangan para akademis Muslim. Penyetaraan hak dalam berbagai bidang antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai solusi untuk mengangkat derajat kaum wanita yang katanya selama ini "termarjinalkan" oleh kuasa kaum pria. Tetapi bagaimanakah sebenarnya emansipasi wanita dalam pandangan Islam?

Terciptanya laki-laki dan perempuan merupakan kuasa dan kebijaksanaan Allah. Kebijaksanaan Allah sebagai Sang Maha Mengatur ini tidak mungkin salah dan tersalahkan. KebijaksanaanNya ini juga tidak mungkin terkalahkan oleh siapa pun, di mana pun dan sampai kapan pun. Allah Maha Tahu untuk apa manusia, baik laki-laki atau pun perempuan diciptakanNya dan Allah Maha Tahu pula bagaimana mengatur kedua jenis manusia ini.

Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan dibekali persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Masing-masing diciptakan sedemikian rupa sehingga keduanya dapat bekerja sama di dalam kebedaan dan kesamaannya untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah di bumi Allah, sebagai makhluk yang paling besar peranannya memelihara kehidupan di muka bumi.

Selama ini masih ada yang beranggapan bahwa Islam bersikap tidak adil antara perlakuan kepada laki-laki dan perempuan. Mereka memandang bahwa peran kaum perempuan sangat dibatasi dalam kehidupan ini. Anggapan seperti ini sebetulnya menunjukan masih dangkalnya pemahaman kita terhadap prinsip-prinsip ajaran Islam secara keseluruhan. Selain itu pandangan seperti ini juga agaknya banyak dipengaruhi oleh kurangnya pengertian terhadap hak-hak perempuan dalam Islam, karena lebih banyak orang berbicara tentang kewajiban-kewajiban perempuan saja.

Padahal sebenarnya, Islam juga memberikan peranan bagi kaum perempuan dalam berbagai bidang kehidupan yang cukup luas. Bukan saja di dalam urusan biologis dan alamiah semata, tetapi di dalam bidang-bidang lain, perempuan juga punya peranan sebagaimana kaum laki-laki punya peranan.

Hanya saja memang ada perbedaan besar kecilnya peranan di dalam suatu bidang tertentu, sesuai dengan sifat-sifat yang berbeda antara perempuan dan laki-laki. Adakalanya di suatu bidang perempuan punya peranan lebih besar dan adakalanya di bidang lain laki-laki punya peranan lebih besar. Kecilnya peranan pada bidang tertentu bukan berarti kelemahan secara keseluruhan, karena pada bidang yang lain mungkin perannya justru lebih besar.

Sebagai contoh kita umpamakan dalam kehidupan berkeluarga. Peranan laki-laki di dalam bidang pencarian nafkah memang lebih besar, tetapi peranan perempuan di dalam bidang pendidikan anak serta pemeliharaannya juga lebih besar. Artinya, baik laki-laki maupun perempuan punya peranan yang sama-sama besar di dalam memelihara kesejahteraan keluarga dan rumah tangga. Dalam rumah tangga, laki-laki sebagai suami merupakan orang pertama sedangkan perempuan atau istri adalah orang kedua. Suami memikul beban tanggung jawab sepenuhnya ke luar, sedangkan istri mengurus tanggung jawab ke dalam. Inilah garis besarnya.

Secara keseluruhan, peranan perempuan dan laki-laki di dalam semua bidang kehidupan adalah sama besar. Adanya perbedaan besar-kecilnya peranan ini sesuai dengan perbedaan sifat dan keadaan masing-masing, tegasnya yakni sesuai dengan kebijaksanaan Allah Yang Maha Kuasa. Tidak ada satu pun segi bidang kehidupan manusia yang tidak memerlukan peranan perempuan, baik langsung atau tidak langsung, karena memang sekian banyak segi bidang kehidupan manusia itu satu sama lain selalu ada hubungannya, tidak ada yang secara mutlak berdiri sendiri.

Dalam menilai peranan dan hasil karya perempuan, sering kali kita terpengaruh oleh "gemerlapnya" lahir, atau apa yang tampak mencolok saja. Umpamanya: Seorang perempuan tokoh organisasi, pandai berpidato, sibuk ke sana kemari, dinilai lebih tinggi prestasi dan peranannya daripada seorang ibu yang tidak banyak keluar rumah, tetapi tekun memelihara rumah-tangga, mendidik putra-putrinya sehingga berhasil menjadi manusia-manusia yang baik, yang berguna untuk masyarakat, negara dan agama.

Penilaian ini belum tentu tepat dan belum tentu benar. Pernahkah kita renungkan "Berapa nilai sukses mendidik seorang anak menjadi orang baik? dan berapa pula nilai sukses menyelenggarakan suatu pertemuan atau rapat dengan baik?". Banyak perempuan yang disibukkan dengan aktivitas di luar rumah, tetapi kehidupan rumah tangganya justru terbengkalai dan anak-anak tidak terurus selayaknya. Kiranya kita masih perlu beberapa kali berpikir dan mempertimbangkan pilihan mana yang sebenarnya lebih penting.

Memang aktivitas di luar rumah, menjadi wanita karir, aktivis organisasi dan sebagainya juga penting, tetapi itu semua juga harus berjalan dengan seimbang. Kegiatan di luar rumah tangga oleh seorang istri sudah pasti tidak akan sebebas yang bisa dilakukan oleh seorang suami. Hal ini tidak dapat dianggap sebagai suatu ketidakadilan. Bahkan sebaliknya menyamaratakan kesempatan bergerak di luar rumah tangga bagi suami dan istri secara umum, justru akan merusak ketertiban hidup kemanusiaan, karena hal ini bertentangan dengan sifat-aifat dan kepentingan hidup manusia yang telah ditetapkan, dicipta dan diatur oleh Allah Yang Maha Bijaksana.

Islam tidak pernah mengekang peran dan kebebasan berekspresi kaum wanita. Banyak peran dan tugas yang bisa digarap oleh perempuan, mulai dari bidang politik, pendidikan, sosial dan sebagainya sampai kepada perdagangan. Semuanya tidak dilarang oleh Islam, bahkan adakalanya dianjurkan. Seperti misalnya di dalam mencari ilmu adalah sama wajibnya atas laki-laki dan perempuan. Bahkan istri-istri Nabi pernah mendapat tugas ambil bagian di dalam bidang pertahanan negara secara langsung ikut ke medan perang. Istri-istri Nabi juga naik kuda, naik unta, belajar, memanah dan sebagainya.

Hanya saja di dalam segala kegiatan ini harus tetap dipelihara kesopanan dan hukum-hukum agama di dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang akan banyak dialami di dalam kegiatan-kegiatan di luar rumah tangga. Kesimpulannya, Islam membuka pintu bagi perempuan untuk beraktivitas di berbagai bidang, dengan syarat atas persetujuan suami dan terpeliharanya kepentingan hidup berumah tangga dalam arti sebenarnya.

Akhirnya, perlu ditegaskan kembali bahwa emansipasi bukanlah berarti kesamaan mutlak di dalam segala hal, tetapi hakikat emansipasi menurut Islam haruslah berarti:

1. Keseimbangan antara hak dan kewajiban yang sesuai dengan sifat, bakat, minat dan kepentingan masing-masing dan sekaligus kepentingan bersama,

2. Bukan "mempertemukan peranan" atau "mencampuradukannya" sampai masing-masing menjadi "setengah laki-laki" dan "setengah perempuan" atau "laki-laki semua" dan "perempuan semua",

3. Pemeliharaan eksistensinya masing-masing secara terhormat.

Islam adalah agama yang membawa kemaslahatan bagi umatnya. Islam mengatur dan memberikan masing-masing peranan kepada laki-laki dan perempuan untuk kemaslahatan bersama di kehidupan ini. Islam memberikan kedudukan, peranan, hak, kewajiban dan peraturan kepada perempuan untuk dapat menjadi "perempuan sejati", demikian pula kepada laki-laki, supaya dapat menjadi "laki-laki sejati". Peranan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan tidak kalah pentingnya dengan peranan laki-laki. Masing-masing memiliki peran yang saling mengisi dan diatur untuk kemaslahatan bersama menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.



Disarikan dari Fikih Perempuan Praktis, karya KH. Abdul Muchith Muzadi.
Selengkapnya
Kisah Tsabit al-Bunani dan Pemuda dari Alam Kubur

Kisah Tsabit al-Bunani dan Pemuda dari Alam Kubur

Ilustrasi makam

Memang sebagian umat Muslim berselisih pendapat mengenai berkirim pahala dan amal baik untuk orang yang telah meninggal. Sebagian menganggapnya tidak akan sampai dan termasuk perbuatan bid'ah. Tetapi bagi kita yang percaya, kita mesti yakin bahwa amal dan pahala yang kita kirimkan akan sampai kepada mereka yang telah meninggal. Berkaitan dengan hal ini, ada sebuah kisah dari seorang Ulama Tabi'in yang bernama Tsabit al-Bunani. Beliau adalah salah seorang murid dari sahabat Rasulullah SAW yaitu Anas bin Malik RA. 

Pada setiap malam jum'at, Tsabit al-Bunani punya kebiasaan selalu pergi berziarah ke makam dan bermunajat hingga menjelang waktu Shubuh tiba. Suatu ketika, saat beliau sedang khusyu' bermunajat, rasa kantuk menyerangnya dengan hebat sehingga membuatnya tertidur.

Dalam tidurnya itu beliau bermimpi melihat seluruh penghuni kubur itu bangkit dari kuburnya. Mereka tampak mengenakan pakaian yang indah-indah dan wajah mereka tampak putih berseri-seri. Masing-masing dari mereka juga mendapatkan hadiah seperangkat hidangan makanan yang beraneka macam.

Namun di antara para penghuni kubur itu tampak seorang pemuda yang berwajah pucat, rambutnya acak-acakan, tampak sedih hati, berpakaian kumuh dan kepalanya menunduk sembari mengalir air matanya. Pemuda itu juga terlihat tidak mendapatkan makanan seperti penghuni kubur yang lain.

Kemudian, seluruh penghuni kubur itu kembali ke dalam kuburnya masing-masing dengan wajah berseri-seri selain pemuda yang berwajah muram itu. Pemuda itu pulang dengan diiringi rasa putus asa dan kesedihan yang mendalam. Maka, Tsabit pun mendekati pemuda itu dan bertanya, "Hai anak muda! Siapakah engkau? Apa yang terjadi denganmu? Mengapa engkau tidak mendapatkan hidangan makanan seperti yang lain? dan wajahmu juga nampak berduka?"

Pemuda itu menjawab, "Wahai Imam kaum Muslim, aku adalah seorang pengelana. Tidak ada satu pun dari keluargaku yang ingat lagi padaku dengan cara beramal baik dan berdoa. Berbeda dengan mereka yang mempunyai anak-anak, sanak kerabat, dan sahabat karib yang baik. Kebaikan dan pahala dari mereka yang masih hidup telah sampai kepada ahli kubur itu."

"Sewaktu hidup, aku adalah seorang lelaki yang hendak menunaikan ibadah haji bersama ibuku. Namun dalam perjalanan, ketika kami memasuki kota ini, ajal menjemputku. Akhirnya ibuku pun memakamkanku di kuburan umum ini. Kemudian ibuku menikah lagi dengan orang lain dan lupa kepadaku. Ia tidak ingat padaku lagi untuk berkirim pahala sedekah dan berdo'a, sehingga aku putus asa dan dirundung kesedihan setiap waktu.

Tsabit al-Bunani kemudian berkata, "Wahai anak muda! Katakanlah, dimanakah ibumu tinggal, akan kuceritakan keadaanmu ini kepadanya?".

Pemuda itu menjawab, " Wahai Imam kaum Muslim, Ibuku tinggal di tempat dan perkampungan ini. Ceritakanlah kepada ibuku, jika ia tidak mempercayaimu, maka katakanlah bahwa di dalam sakunya ada 100 gram perak peninggalan ayah. Perak itu adalah hak anak-anaknya dan mintalah dia bersedekah dengan harta tersebut sesuai tuntunan agama."

Ketika Tsabit al-Bunani telah sampai di rumah ibu pemuda itu, maka beliau pun menceritakan perihal anaknya yang ditemuinya dalam mimpi. Beliau juga menyebutkan mengenai 100 gram perak yang berada di saku ibu pemuda itu. Mendengar penuturan Tsabit, mendadak ibu itu pingsan. Setelah siuman, ia langsung menyerahkan 100 perak itu kepada Tsabit al-Bunani seraya berpesan, "Sedekahkanlah ini demi anakku yang berkelana".

Tsabit al-Bunani pun menjalankan amanat ibu itu dan disedekahkannya 100 perak tersebut yang pahalanya dihadiahkan untuk anaknya itu. Ketika malam jum'at berikutnya, seperti biasa Tsabit al-Bunani pergi berziarah kubur ke makam itu. Kembali rasa kantuk yang berat dialaminya hingga beliau kembali tertidur. Dalam tidurnya kali ini beliau kembali bertemu dengan pemuda pengelana itu. Namun kali ini pemuda itu tampak mengenakan pakaian yang sangat indah dengan wajah yang berseri-seri dan diliputi kebahagiaan. Pemuda itu berkata, "Wahai Imam kaum Muslim, semoga Allah berkenan mengasihimu sebagaimana engkau mengasihi diriku.

Demikianlah, mereka yang telah meninggal akan merasakan kesedihan bilamana keluarganya yang masih hidup tidak beramal shaleh dan justru melakukan keburukan. Namun sebaliknya jika keluarganya senantiasa beramal baik, maka mereka yang telah meninggal akan merasakan kebahagiaan karena mendapat bagian pahala dari mereka yang masih hidup.



Kisah dinukil dari kitab al-Mawa'idz al-'Ushfuriyyah, hal. 15.
Selengkapnya
Sejarah Keberadaan Bedug di Indonesia

Sejarah Keberadaan Bedug di Indonesia

Gambar bedug

Secara umum bedug termasuk alat musik tabuh seperti halnya gendang. Namun selain sebagai instrumen musikal, bedug juga biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu shalat atau sembahyang. Sehingga bagi masyarakat Indonesia, bedug juga senantiasa dikaitkan dengan media panggilan peribadatan. Biasanya sebelum adzan berkumandang, seruan ketika waktu sholat tiba selalu dibuka dengan suara bedug. 

Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang. 

Kulit hewan yang biasa dibuat sebagai bahan baku bedug biasanya adalah kulit kambing, sapi, kerbau, atau banteng. Kulit tersebut kemudian dipasangkan pada bonggol kayu dan selanjutnya disatukan dengan batang kayu menggunakan paku dan beberapa tali-temali. Bila ditabuh, bedug menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh.

Menurut sejarah, penggunaan bedug telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Bedug memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Menurut sebuah studi, penggunaan bedug juga terkait dengan masa prasejarah Indonesia di mana nenek moyang kita sudah mengenal nekara dan moko, sejenis genderang dari perunggu yang dipakai dalam ritual minta hujan. 

Literatur lain seperti dalam Kidung Malat, sebuah karya sastra dari abad ke 14-16 Masehi menyebutkan bahwa bedug dibedakan antara bedug besar dengan bedug ukuran biasa. Disebutkan juga bahwa pada masa kerajaan Majapahit, bedug biasa digunakan sebagai alat komunikasi dan penanda adanya perang, bencana alam atau hal-hal bersifat mendesak lainnya.

Bukti lain terlihat pada penampilan arca terakota yang ditemukan di situs Trowulan. Tampak arca-arca bergambar prajurit berwajah Mongoloid yang sedang menabuh tabang-tabang, sejenis genderang yang terpengaruh budaya dari timur tengah. Kemungkinannya itulah instrumen musik yang dimainkan orang-orang Cina Muslim di ibukota Majapahit pada saat itu. 

Menariknya, tabang-tabang sebenarnya merupakan instrumen musik yang sudah ada sejak masa Hindu-Budha. Di dalamnya ada pengaruh kuat dari India dan budaya Semit yang beragama Islam. Namun diperkenalkan dan dimainkan oleh masyarakat Cina Muslim.

Beberapa literatur lain yang terkenal juga meyakini bahwa bedug masuk ke tanah Nusantara melalui China. Hal ini seiring dengan kedatangan Laksamana Cheng Ho Pada abad ke 15. Pada saat Laksamana Cheng Ho dan pengikutnya datang ke Semarang, mereka disambut baik oleh Raja Jawa pada masa itu. 

Ketika Cheng Ho hendak pergi dan hendak memberikan hadiah, raja dari Semarang mengatakan bahwa dirinya hanya ingin mendengarkan suara bedug dari masjid. Sejak itulah, bedug kemudian menjadi bagian dari masjid, seperti halnya negara Cina, Korea dan Jepang yang memposisikan bedug di kuil-kuil sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. 
Dari beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa bedug merupakan contoh perwujudan akulturasi budaya waditra (instrumen musik membrafon) di mana secara fisiografis terjadi perpaduan antara waditra membrafon etnik Nusantara dengan wadistra sejenis dari luar, seperti India, Cina, dan Timur Tengah. 

Pada Muktamar NU ke-11 tahun 1936 di Banjarmasin, pernah dikukuhkan penggunaan bedug dan kentongan, di mana pemakaian kedua alat tersebut di masjid-masjid sangat diperlukan untuk memperbesar syiar Islam. Namun pada masa orde baru, ketika kelompok Islam modernis mulai mendapat tempat di hati pemerintah, pernah "debedukisasi" dilakukan, sehingga akibatnya banyak beduk-beduk bersejarah yang hilang dan sebagian besar digudangkan. 

Mereka beralasan bahwa penggunaan bedug dianggap mengandung unsur-unsur bukan Islam sehingga harus dihilangkan. Sebagai gantinya kemudian dikembangkan program speakerisasi, yakni penggunaan bedug diganti dengan memasang speaker di menara atau di kubah masjid. 

Menanggapi keadaan seperti itu, kalangan warga NU melakukan perlawanan, sehingga serangan Islam modernis akhirnya bisa dieliminir dan tradisi pemakaian bedug dapat terus dipertahankan. Bahkan masjid-masjid dari kelompok Islam lain seperti Perti, Al Washliyah, Mathlaul Anwar dan sebagainya, atau mesjid yang belum diambil alih oleh kelompok Islam modernis akhirnya tetap memakai bedug. 

Pada kenyataannya, sampai sekarang kita juga dapat saksikan masih banyak masjid yang mempertahankan pemakaian bedug sebagai sarana syiar Islam di seantero bumi Nusantara ini. Diolah dari berbagai sumber.



Selengkapnya